Bab 71. MASA LALU JAKA KELUD KECIL Jaka kemudian mengelilingi mobil SUV putih itu untuk mencari pengemudinya, akan tetapi meskipun dia sudah berkeliling dan mencari keberadaannya, tetap saja pengemudi mobil SUV itu tidak terlihat, seakan menghilang tertelan bumi. Sebenarnya pengemudi mobil itu tidak menghilang tertelan bumi, akan tetapi telah berlari dan naik mobil hitam yang berjalan di belakang mobil yang di tumpangi Rustam Buwono, sesaat setelah kecelakaan itu terjadi. Dan Jaka tidak melihat saat pengemudi itu keluar dari dalam mobil, karena jeda waktu ketika Jaka harus menghentikan mobilnya di tepi jalan dan berjalan ke seberang jalan untuk menolong korban kecelakaan ini. Dengan wajah lesu, Jaka kembali ke arah Rustam Buwono untuk membantu mengobatinya. Akan tetapi saat dia mau mendekat ke arah mereka, di sana sudah berkumpul banyak warga dan sudah ada mobil ambulans dan ada beberapa petugas kesehatan yang sedang membawa kedua orang itu dengan tandu dan
Bab 72. MATA TEMBUS PANDANG Dan tanpa sepengetahuan Jaka Kelud, sebenarnya dia baru saja bertemu dengan ayah kandungnya. Akan tetapi karena Jaka Kelud maupun Rustam Buwono juga tidak tahu kalau mereka sebenarnya adalah ayah dan anak yang terpisahkan oleh sebuah kecelakaan maut, membuat mereka berdua menganggap pertemuan itu hanya seperti sebuah figuran dalam sebuah sinetron. Malam ini Jaka tidur dengan nyenyak di atas kasurnya yang empuk, dan saat tidur tiba-tiba saja dia bermimpi sebuah pemandangan kejadian kecelakaan lalu lintas yang sangat mengerikan. Dalam mimpinya Jaka melihat ada anak kecil yang terlempar dari dalam mobil yang jatuh kedalam sungai yang sedang sangat deras arusnya. “Astagfirullah Hal ‘adzim….” ucap Jaka yang tiba-tiba terbangun dan duduk di atas kasur dengan keringat dingin membasahi tubuhnya. “Mimpi apa saya barusan? Kenapa mimpinya sangat mengerikan seperti ini? Anak siapa yang jatuh ke sungai itu?” gumam Jaka sambil memikirkan mimpi
Bab 73. WIDURI INDO RUSIA Seketika suasana yang sebelumnya sedikit tegang, kini berubah menjadi cair dan terlihat senyuman di wajah Jaka serta wanita cantik itu. “Perkenalkan saya Jaka Kelud,” sapa Jaka memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya mengajak wanita cantik itu berjabat tangan. “Saya Widuri, oh iya, apa kamu sering jogging?” sahut wanita cantik itu yang ternyata bernama Widuri. “Kak Widuri sudah bertemu dengan rumah pak Subagyo?” “Iya, kemarin saya bertanya kepada satpam komplek. Apakah kamu mau jogging bersama saya?” tiba-tiba saja Widuri mengajak Jaka untuk lari pagi bersama. Tentu saja Jaka tidak menolaknya, apa lagi diajak lari pagi bersama seorang wanita dewasa yang sangat cantik seperti Widuri. Selain cantik, aroma Widuri sangatlah harum dengan aroma khas yang sangat lembut serta sangat enak saat memasuki hidungnya. Sambil berlari kecil Widuri membuka percakapan, “Jaka, apa kamu tinggal bersama keluargamu?” “Tidak
Bab 74. JERITAN KESAKITAN Tentu saja pedagang bubur ayam tidak berani mengusir kelima preman yang memang sengaja sedang membuat masalah dengan salah satu pelanggannya. Melihat ada orang yang berani membuat masalah dengannya, dengan cepat Jaka segera mengambil sendok bubur yang sebelumnya digunakan untuk makan. Cep…! “Argh…!” Jeritan kesakitan seketika keluar dari mulut preman yang berani menggebrak meja di depan Jaka. Mana mungkin dia tidak berteriak kesakitan, karena tangannya yang digunakan untuk menggebrak meja telah terpaku dengan sendok stainless menembus tangannya hingga menancap di meja kayu. Pemandangan mengerikan ini tentu saja langsung mengejutkan semua orang, demikian juga dengan Widuri, dia sampai tidak percaya kalau Jaka bisa melakukan perbuatan seperti itu yang terlihat sangat sadis dengan begitu mudahnya. Pemimpin preman yang sebelumnya sedang menggoda Widuri langsung emosi, begitu melihat salah satu anak buahnya terluka oleh pe
Bab 75. DI SERANG RATUSAN GENG KALAJENGKING HITAM Mendengar teriakan Widuri, Jaka sama sekali tidak panik. Dia mendorong tubuh Widuri agar menjauhi jalanan, sedangkan tubuhnya tiba-tiba saja melakukan sebuah tendangan yang sangat cepat. Wusss…. Bugh… Brum….!! Tendangan Jaka sangatlah cepat dan sama sekali tidak pernah disangka oleh geng motor yang melakukan serangan kepada Jaka. Geng motor ini merupakan bagian dari geng Kalajengking hitam yang salah satu anggota sudah diberi pelajaran oleh Jaka. Saking cepatnya tendangan Jaka, begitu tendangan itu mengenai bagian depan sepeda motor, seketika itu juga sepeda motor itu terbang sangat jauh. Secara otomatis, pengendara sepeda motor yang sedang mengayunkan pedangnya ikut terlempar dan menghantam sepeda motor lain yang ada di belakangnya. Pemandangan ini tentu saja mengejutkan semua geng motor yang sedang konvoi mengejar Jaka, bagaimana tidak terkejut semua geng motor melihat sendiri bagaimana seped
Bab 76. MENAKLUKKAN BANG GONDO Wusss…. Sekali gerakan langkah kakinya, tubuh Jaka melesat bagai kilat ke arah bang Gondo. Kemudian tangan Jaka terlihat sedang mencengkram leher bang Gondo dengan kuat. Wajah bang Gondo langsung memerah dengan cepat dan perlahan mulai kehitaman karena dia tidak bisa bernafas dengan leluasa. Bahkan saat tangan dan kakinya ingin digerakkan, keempat anggota tubuhnya sama sekali tidak bisa digerakkan. Entah kenapa tiba-tiba saja sarafnya menjadi lemas dan otak tidak bisa memerintahkan sepasang kaki dan sepasang tangannya untuk menyerang Jaka. Belum juga satu menit leher bang Gondo di cengkeram Jaka, wajahnya sudah mulai sehitam tinta dan ada darah yang mulai merembes di sepasang matanya. Ekspresi ketakutan serta ketidak berdayaan terlihat jelas di raut wajahnya. Begitu melihat wajah bang Gondo yang sudah menghitam dan tidak lama lagi akan mati. Jaka merasa tidak tega melakukannya, jika dia tidak melepaskan cengkraman tangannya
Bab 77. CAHAYA KECEMBURUAN Setelah mempelajari semua artikel mengenai PT Cahaya Nusantara dan menyimpan nomor kontak direktur perusahaan, Jaka segera menutup laptopnya. “Perusahaan ini mempunyai lima hotel bintang lima yang tersebar di lima kota besar, pastilah harga perusahaan ini tidak sedikit, apa sebaiknya saya menarik dana yang tersimpan di Bank Internasional ke Bank dalam negeri ataukah langsung mentransfer ke rekening perusahaan yang akan saya beli?” gumam Jaka dalam hatinya, otaknya berpikir cepat untuk mengatasi masalah keuangan ini, meskipun dia mempunyai uang yang sangat banyak di Bank Internasional. Bang…. bang… bang…! Begitu menutup laptopnya, terdengar suara pintu gerbang rumahnya ada yang mengetuk. Segera saja Jaka berjalan ke pintu utama untuk melihat siapa orang yang mengetuk pintu gerbang rumahnya. Dari balik pintu gerbang yang terbuat dari besi setinggi tiga meter, bisa terlihat dengan jelas sosok wanita dengan celana jeans biru di padu
Bab 78. KETEMU KELUARGA INTAN WARSITO Mata Intan tiada lepas dari sosok Jaka dan Widuri yang terlihat sangat akrab berjalan memasuki Cafe dan duduk di sebuah meja yang ada di sudut dan terlihat sangat romantis untuk berkencan. Akibat sangat serius menatap kearah Jaka, sehingga tingkah lakunya menimbulkan curiga dari keluarganya yang sedang ngobrol sambil makan siang. “Intan, kamu sedang menatap siapa? Kenapa kamu tidak segera makan?” tegur Rustam Warsito atau ayahnya intan Warsito yang melihat anak gadisnya tampak tidak fokus makan siangnya. “Eh, ndak apa-apa ayah. Hanya tadi seperti melihat teman yang baru saja masuk kedalam Cafe ini,” balas Intan sambil menundukkan wajahnya dan mulai fokus ke makanan di depannya. “Teman? Teman siapa yang bisa membuatmu tampak sangat penasaran?” kata Rustam Warsito sambil mengarahkan pandangannya ke arah pandangan Intan sebelumnya. Dahi Rustam Warsito langsung mengernyit begitu melihat pasangan muda-mudi yang terliha
Bab 178. PRANA PENYEMBUHAN “Nah, sepertinya saraf kecil itu yang menyebabkan pendarahan otak dan ada memar di otaknya yang perlu disembuhkan. Dan itu juga masih ada sisa darah yang belum dibersihkan,” gumam Jaka Kelud dengan mata terus memeriksa seisi kepala Rustam Buwono. Setelah memastikan luka yang ada di dalam kepala Rustam Buwono, tangan Jaka Kelud yang menempel di ubun-ubun kepalanya segera saja menyalurkan energi Prana ke bagian kepalanya. Keajaiban segera terjadi, sesaat setelah Jaka Kelud menempelkan tangannya di kepala Rustam Buwono. Sisa-sisa darah yang belum tuntas di bersihkan di dalam otak, secara ajaib menghilang dan keluar dari batok kelapa berubah menjadi uap. Dengan Mata Prananya, Jaka Kelud bisa memastikan setiap luka di dalam kepala Rustam Buwono kembali normal dan mengalami peremajaan dengan sangat ajaib. Rasa hangat dari Prana Jaka Kelud langsung membuat kinerja saraf serta jaringan yang ada di kepala Rustam Buwono menjadi beker
Bab 177. MATA PRANA X RAY Dokter Sasongko menatap pemuda di depannya dengan tatapan curiga sambil menanyakan profesi Jaka Kelud. “Saya bukan seorang dokter, tapi saya bisa memberi pertolongan pertama kepada seseorang yang terluka.” “Ha ha ha ha…. kamu ini lucu sekali anak muda. Memangnya Rumah Sakit ini disamakan dengan sekolahan yang hanya mengajarkan tentang pertolongan pertama pada kecelakaan? Tolong anak muda, kalau bicara itu lihat situasi dan tempatnya,” kata dokter Sasongko dengan nada mengejek. Jaka kelud sama sekali tidak tersinggung ataupun marah dengan perkataan dokter Sasongko. Tentu saja dia tahu maksud dari perkataannya yang merendahkan kemampuan pengobatan yang dimilikinya. Jaka tidak menyalahkan jalan pikiran dokter Sasongko yang merupakan seorang profesor atau ahli bedah otak yang sangat terkenal. Sedangkan pada saat ini Rustam Buwono sedang di tangani olehnya, bahkan dia juga sedang berusaha dengan keras untuk menyembuhkan luka
Bab 176. DI USIR DARI KANTOR DOKTER Petugas bagian Informasi itu tidak langsung menjawab pertanyaan Jaka Kelud, dia malah memandangi sosok Jaka Kelud dari atas sampai bawah dengan tatapan curiga. “Bapak ini apanya pak Rustam kalau boleh tahu?” “Saya kenalannya, kebetulan saya sedang menjenguk bersama teman saya di ruang VVIP nomor sepuluh.” “Oh, bapak beneran temannya pak Rustam?” Nada bicara karyawan bagian Informasi terdengar mulai ramah, setelah Jaka Kelud mengaku sebagai temannya Rustam Buwono. “Tentu saja benar, untuk apa saya berbohong tidak ada untungnya.” “Ha ha ha ha… maaf, saya hanya tidak ingin memberikan informasi kepada yang tidak berkepentingan saja. Tunggu sebentar biar saya cek dulu.” Kemudian petugas bagian informasi segera sibuk di depan komputernya dan terlihat sedang mengetik sesuatu di keyboardnya. Tak lama kemudian, petugas itu segera memandang kearah Jaka Kelud. kali ini tatapannya terlihat serius, sebelum akhirn
Bab 175. SUGENG BUWONO KEPALA KELUARGA KONGLOMERAT BUWONO “Bukan gadis itu, kalau gadis itu saya sudah tahu. Maksudku siapa anak muda itu,” kata kakek Sugeng Buwono sambil menatap kearah Jaka Kelud yang sedang berdiri sambil menyandarkan punggungnya di dinding Rumah Sakit. “Oh dia. Dia itu temannya Intan,” kata Melati Sugiri sambil tersenyum ke arah Jaka kelud kemudian mengalihkan pandangannya kembali ke Sugeng Buwono atau ayah mertuanya. “Iya, saya juga tahu dia temannya nak Intan. Kan dia datang ke Rumah Sakit ini bersama nak Intan, yang saya ingin tanyakan adalah apakah kita pernah mengenal dia atau keluarganya?” Begitu mendengar perkataan Sugeng Buwono, semua orang seketika memusatkan pandangannya ke arah Jaka Kelud, dan memandangnya dengan tatapan penuh selidik. Sementara itu Jaka Kelud yang sedang menjadi pusat perhatian semua orang tampak serba salah, dan menggaruk rambutnya yang tidak gatal sambil tersipu malu. Melati Sugiri yang mendapat per
Bab 174. RUSTAM BUWONO KECELAKAAN Dan benar saja ketika teriakan itu baru saja berhenti, tiba-tiba saja. Blar….!!Sebuah ledakan yang cukup keras terdengar di tengah jalanan, diikuti dengan terangkatnya mobil milik wanita cantik itu yang meledak seperti terkena bom mobil. Warga yang berdiri terlalu dekat dengan mobil yang meledak tersambar api yang menyambar, sehingga wajah mereka menghitam dengan rambut dan pakaian yang terbakar. Seketika itu juga kepanikan melanda di sekitar mobil yang meledak. Sementara itu Jaka Kelud tampak tersenyum senang, melihat kejahilannya membuahkan hasil. Dengan meledaknya mobil wanita cantik yang sok berkuasa dan tidak mau mengganti kerusakan mobil Intan Warsito yang ditabraknya, maka kekesalan Intan pasti akan terobati. Jaka segera menjalankan mobilnya meninggalkan tempat dia parkir, sementara itu Intan Warsito yang sudah melajukan mobilnya lebih dulu, sudah tidak terlihat. Sesampainya di kampus, tern
Bab 173. MEMBERI HUKUMAN WANITA CANTIK Intan warsito balas mengejek wanita cantik itu sambil melirik ke arah Jaka kelud dengan ekspresi penuh dengan kemenangan. Siapapun orangnya tentu saja sangat senang, jika dalam menghadapi suatu masalah kedatangan orang yang dikenalnya. Dengan kedatangan orang yang dikenalnya, maka urusan akan lebih mudah, karena akan ada yang mendukungnya. Demikian juga dengan Intan Warsito dalam pikirannya, keberaniannya untuk minta ganti rugi atas kerusakan mobilnya semakin menjadi-jadi saja. Brak…! “Cepat kamu ganti kerusakan mobilku, atau kita berurusan dengan pihak Polisi.”Dengan kuat Intan Warsito menggebrak kap mesin mobil wanita cantik itu, sambil memperlihatkan sikap serius kalau dia minta ganti rugi. “Ha ha ha ha… mau dibawa ke pihak Polisi? Baiklah, mari kita lapor Polisi dan lihat apakah Polisi akan membantumu? Hi hi hi hi….” Wanita cantik itu sama sekali tidak takut, saat diancam untuk dilaporkan ke piha
Bab 172. INTAN YANG APES Tangan Jaka Kelud segera diangkat ke atas langit, sedangkan mulutnya terlihat sedang bergerak-gerak seperti sedang membaca mantra. Langit yang sebelumnya cerah, tiba-tiba saja dipenuhi awan hitam yang bergerak dari segala arah dan menumpuk di atas gedung PT Nusa Bangsa. Jegler…! Blarr…!Suara petir menggelegar dan saling bersahutan membuat penduduk bumi ketakutan, melihat fenomena aneh yang baru saja mereka lihat. Petir menyambar-nyambar di susul turunnya air hujan dari langit yang langsung deras begitu saja, tanpa didahului gerimis seperti biasanya. Petir yang bersahutan bahkan menghantam trafo listrik, sehingga alam seketika menjadi gelap gulita meskipun saat ini masih siang hari. Bahkan ada tiang listrik yang roboh terkena hantaman petir yang menyambar dari langit. Tubuh Jaka Kelud yang berdiri di atap gedung sudah basah kuyup, akan tetapi dia tidak memperdulikannya. Sekali lagi tangan Jaka Kelud mengibas k
Bab 171. MENGHILANGKAN JEJAK Dalam sekejap semua orangnya Raden Tukimin yang ada di ruang meeting menghilang, demikian juga dengan para mayat yang tergeletak diatas lantai. Bahkan Jaka Kelud juga ikut menghilang dari ruang meeting, kemudian muncul lagi di sebuah lembah yang sangat dalam yang bersuhu sangat dingin. “Dimana ini?” Terdengar suara orang berteriak kebingungan dengan tubuh menggigil dan gigi bergemeletuk saking dinginnya suhu udara di tempat mereka sekarang berada. “Di pintu neraka, ha ha ha ha….” “Bocah apa yang kamu lakukan kepada kami?” teriak seorang pria yang tidak asing bagi Jaka Kelud. Rombongan orang yang sedang berdiri dengan tubuh menggigil tentu saja Raden Tukimin dan anak buahnya yang masih hidup, yaitu para pengacara dan sekretarisnya. “Saya tidak bicara apa-apa, hanya berbicara apa adanya. Sekarang lihat apa yang ada di bawah kalian,” kata Jaka Kelud dengan nada santai. Begitu mendengar perkataan Jaka Kelud, me
Bab 170. AKHIR DARI AKI DAWIR “Ehem, Aki Dawir ya? Maaf Aki, permintaan saya juga sama dengan kalian. Kalau kalian ingin selamat, segera pergi dari gedung ini atau nasib kalian akan sama dengan mayat-mayat itu.” “Kurang ajar, sepertinya kamu tidak bisa melihat tingginya gunung di depanmu. Baiklah, terima ini.” Wusss….Tiba-tiba saja Aki Dawir mendorong telapak tangannya ke arah Jaka Kelud, dorongan tangan Aki Dawir memunculkan desisan angin yang sangat tajam. Pakaian semua orang berkibar, ketika Aki Dawir melancarkan serangannya. Akan tetapi apa yang ada dalam pikiran Aki Dawir sepertinya meleset, karena sosok pemuda kurus yang diremehkannya ternyata masih berdiri tegak di tempatnya, tanpa kurang apapun. Jaka Kelud yang sekarang tentu saja bukan seperti Jaka Kelud yang dulu, kini dia yang sudah menyadari kekuatan yang dimiliki, tentu saja menganggap remeh serangan Aki Dawir yang melancarkan pukulan jarak jauh. Padahal pukulan jarak jauh Aki Daw