LOGIN"Jadi berapa lama lagi kita harus menunggu mobil yang kamu sewa itu?" Sudah satu jam lamanya mereka terdampar di airport. Thea dan dokter itu sudah menghilang sejak lama. Namun Raka menyakinkan agar Zee tidak panik kehilangan jejak keduanya dengan menyewa sebuah rumah tidak jauh dari rumah yang Thea tempati dengan dokter itu. Supir itu datang sambil terburu-buru. Zee sudah malas menghadapinya, dia serahkan semuanya pada Raka, dengan senyum manis setidaknya Raka masih mau berbasa-basi sebelum serah terima kuncinya. "Ayo Kak Zee, jangan buang waktu banyak-banyak disini." Ucap Raka dengan cengengesan. Keduanya pun pergi meninggalkan airport, hanya berbekalkan maps dan SIM Internasional milik Raka mereka menjelajahi negeri yang belum pernah dikunjungi ini. "Nah Kak Zee, kita sudah memasuki area komplek perumahan yang kita tempati." Raka memberhentikan mobilnya ditepi jalan. "Itu Kak Zee, bisa melihat kearah kanan, seberang jalan ini adalah rumah yang ditempati Thea dan dokter itu." "
Setibanya di Ibu kota, mereka langsung memesan tike hotel. Lebih baik dari yang kemarin, pertama misi kali ini bukan untuk mengungkap identitas Zee sebagai anggota keluarga Theodora kepada pihak asing. Kedua semua transaksi dilakukan atas nama Raka. Itulah kegunaan Raka dibawa di misi kali ini juga. Zee meyakinkan semua pihak cukup hanya mereka berdua untuk melakukan misi penjemputan Thea dan juga bukanlah hal yang membahayakan nyawa mereka berdua. "Urusan perut seharusnya sudah selesai, sekarang waktunya kamu untuk fokus pada riwayat hidup Thea. Laporkan se lengkap-lengkapnya tanpa terkecuali.""Itu urusan gampang, sebentar lagi rampung." Benar saja beberapa menit kemudian laporan itu masuk kedalam email milik Zee. Thea pernah tinggal di kota lain untuk menenangkan diri. Betapa terkejutnya Zee mengetahui bahwa Thea memang istri sah pertama tapi suaminya Thea sudah melakukan pernikahan siri dengan wanita lain. Zee hampir saja kehilangan kendali dan membanting tab yang sedang dipeg
Makan malam yang menyenangkan. Georgio bahkan mengundang semua anak buahnya yang berada di pulau Paradise untuk kembali bertemu. Banyak laporan yang selama ini perlu dibahas ditambah selingan percakapan ringan, gurauan ala-ala geng mafia. "Zee, kenapa dari tadi mukamu terlihat sangat ceria. Ada berita membahagiakan apa?" Georgio berhasil melepaskan diri dan lebih memilih mendekat pada Zee yang tengah asyik mengobrol dengan Raka, Genta, dana Evan."Nanti saja Zee ceritakan, enggak enak kalau dibahas disini. Lagi pula ini kan acara kakek mana berani Zee merusaknya.""Oh iya, Kakek jadi semakin penasaran. Baiklah kita tunggu sampai acara ini selesai." Lalu chef yang menghidangkan makanan muncul menyapa Georgio. "Tuan Besar, apa makanannya sesuai dengan selera anda.""Tidak ada yang mengecewakan daei masakanmu selalu lezat." "Ah, tapi tolong kali ini maafkan saya. Kebanyakan makanan tersebut bisa tersaji tepat waktu itu berkat bantuan dari cucu menantu anda."Mengingat umur saya yang s
"Bagaskara.""Hm! Kakek merasa kurang setuju dengan keluarga itu, selain karena Tedi terlalu banyak memiliki kerja sama dengan mereka aku tidak yakin semua itu kerja sama bisnis biasa. Pasti mereka mempunyai rencana yang tidak ketahui.""Aku juga berpikir demikian, apalagi beberapa kali mendapati Thea seperti diabaikan oleh suaminya.""Zee, cari tahu semua kabar terbaru serta keadaan rumah tangga Thea, biarkan Raka melakukan semuanya. Aku memberikan otoritas penuh, jika dia membutuhkan sesuatu segera fasilitasi dengan kualitas yang terbaik." Zee sudah memantapkan diri agar tidak bertindak sembrono lagi, menuruti kehendak kakeknya. Namun perasaannya pada Thea memang tidak pernah padam mendengar hal ini saja sudah membuat Zee sangat senang. Hatinya yang sempat kosong kini kembali membara dan terbakar menjadi semangat "Jika dia tidak bahagia dengan pernikahannya, kamu harus kembali membawa Thea. Kita berdua masih sanggup memberikan bahkan lebih dari sanggup untuk memenuhi kebutuhan Thea
"Jangan dibukan Kek, besok saja kita berbicaranya. Aku melihat Kakek sudah sadar saja sangat senang dan cukup puas. Pelan-pelan saja aku masih bisa menunggu." Zee menahan Georgio yang hendak melepaskan selang oksigen yang menutup mulut dan hidungnya. Georgio juga menurut saja apa yang dikatakan Zee saat melihat Eva mengangguk menyetujui apa yang disarankan oleh Zee. Sebagai gantinya Georgio mengelus rambut Zee kemudian turun ke wajahnya, sudah berapa tahun dia tidak bertemu dengan salah satu cucu kesayangannya ini. "Kakek maafkan. Aku yang salah, enggak tahu diri dan wajib dihukum oleh keluarga Theodora. Kalian sudah melimpahkan harta dan kebahagian yang sangat banyak padaku. Aku dengan disengaja merusak masa depan yang sudah cerah dan jelas berada dalam genggamanku." Jika Georgio tidak menepuk-nepuk punggung tangan Zee untuk berhenti, mungkin Zee seharian akan menyalahkan dirinya didepan Georgio. "Aku sudah menyadari kesalahanku dan aku sedang melakukan perbaikan untuk kedepannya demi
"Semuanya berjalan dengan baik." Itu kalimat pertama saat Eva bertemu dengan Rafli di teras rumah. Eva mengangguk dan setelahnya Rafli memilih untuk meninggalkan orang-orang yang menyambut kedatangan mereka. Beberapa anggota lain yang tidak suka melihat kelakuan Rafli dan hendak mencegahnya pergi begitu saja, namun Eva memberi isyarat untuk membiarkan Rafli. Fokus mereka sekarang harus tertuju pada Zee yang sedang mengelurkan Georgio dibantu dengan anggota yang lainnya. Genta dan Eva segera cekatan membawa Georgio kedalam kamar yang sudah disiapkan dan si sulap tidak kalah dengan kamar rawat kelas VVIP . Segala macam peralatan yang dibutuhkan sudah ada disana. Zee tidak menganggu lagi dan memilih menunggu dengan jarak saat Eva dan Genta yang sedang melakukan pemeriksaan terhadap Georgio, mengecek detak jantung, pupil mata serta mulai memasangkan alat-alat itu pada tubuh Georgio. Barulah setelah semua selesai Eva dan Genta mendekat pada Zee untuk melaporkan kondisi Georgio. "Apa kondi







