Home / Urban / Pewaris Tunggal Itu Adalah Suamiku / Bab 3. Jangan Ganggu Istriku!

Share

Bab 3. Jangan Ganggu Istriku!

Author: L.A. Zahra
last update Last Updated: 2023-03-16 09:51:15

"Lepaskan istriku!" hardik Evan pada lelaki tersebut.

Melihat suaminya datang, Alana langsung menarik tangannya sekuat tenaga. Namun, bukannya melepaskan Alana, pria itu malah mencengkramnya semakin kuat. Tangan Alana memerah, ia meringis kesakitan.

Tanpa basa-basi, Evan pun menghajar pria yang berusaha menyakiti istri tercintanya tersebut. "Beraninya menyentuh istriku!" bentaknya.

"Sial, apa yang pria miskin sepertimu lakukan padaku? Berani sekali tangan kotormu itu menyentuh wajah mahalku" bentak pria itu sambil memegangi pipinya yang baru saja dihajar Evan.

Alana tak ingin pertikaian itu berlanjut. Ia langsung menghampiri Evan dan menahan suaminya itu agar tidak terus terbawa emosi.

"Sayang, jangan terlibat dengannya. Lebih baik kita pergi dari sini," ajak Alana, ia menarik-narik tangan suaminya itu.

"Jadi ini lelaki miskin yang menikah denganmu. Ternyata wajahmu saja yang cantik tapi kamu sangat bodoh. Melepas orang hebat sepertiku dan malah memilih orang rendahan sepertinya," ledek pria itu.

Evan benar-benar sudah tak tahan lagi. Siapa pun bebas menghinanya tapi tidak dengan orang yang dicintainya. Karena sudah dipenuhi emosi, tanpa sadar ia mendorong Alana. Istrinya itu pun terjatuh dan tanpa sengaja keningnya membentur batu, hingga mengeluarkan sedikit darah.

Evan tersadar, ia kemudian memeluk Alana. "Sayang, maafkan aku," ucapnya, lirih.

Alana tersenyum, "jika kamu menyayangiku. Tolong dengarkan aku. Berhenti berkelahi dan kita pulang sekarang," titahnya.

Kasih sayang Evan pada Alana jauh lebih besar dibanding rasa amarahnya pada pria itu. Karena itulah, ia langsung menurut saat diajak pulang.

Pria itu tertawa melihat Evan yang menurut pada seorang perempuan. "Pantas saja hidupmu miskin, ternyata hanya seorang suami takut istri," ledeknya.

"Diam, Robi! Sudah cukup! Jika suamiku mau, dia pasti bisa menghajarmu lebih dari ini. Lihat saja tubuhmu yang sangat kurus dan lemah itu, apa bisa melawan suamiku yang jauh lebih tinggi dan berotot ini?" teriak Alana, membungkam pria yang bernama Robi tersebut.

Apa yang dikatakan Alana benar adanya. Robi pun mulai merasa gelisah, apalagi setelah menyadari jika tubuh Evan sangatlah atletis, bukan hal sulit bagi suami Alana untuk membuatnya babak belur.

Robi pun pergi sambil menggerutu.

"Sayang, kita pulang sekarang," ajak Alana menarik lengan Evan.

"Tunggu, aku beli plester dulu."

Evan langsung menempelkan plester di kening istrinya. Ia juga mengecup bagian yang terluka. "Maafkan aku sayang," bisiknya.

Mereka memutuskan pulang. Saat melewati gerobak sate, penjual itu pun tersenyum ke arah Evan. Ia ingin mengucapkan terima kasih, tapi anak buah Evan yang memberikan uang tadi memintanya untuk tak mengatakan apa pun saat ada Alana.

"Sayang, tukang sate tadi tidak komplain atau marah kan?" tanya Alana yang sekilas melihat di penjual sate itu terus memandangi Evan.

"Sudah, katanya boleh bayar besok."

Alana menghela napas. "Syukurlah…"

Keduanya pun memutuskan untuk langsung kembali ke rumah. Karena merasa bersalah, Evan pun langsung menggendong Alana meski sang istri beberapa kali menolak.

"Jangan menolak terus! Lagian jalan ini kan sepi, tidak perlu khawatir ada orang yang melihat," protes Evan.

Alana yang sedang menaiki punggung Evan pun tersenyum, ia menaruh dagunya di bahu Evan.

"Sayang, jangan sampai berurusan dengan Robi lagi. Dia itu manager di salah satu kantor cabang Astira Corp. Dia juga tak segan membayar orang untuk menyakiti siapapun yang tak disukainya," jelas Alana.

"Astira Corp?" tanya Evan, memastikan.

"Iya, perusahaan nomor satu di Indonesia. Begini-begini, aku pernah melamar kerja di sana, loh."

"Lalu, apa diterima? Sepertinya kamu tidak pernah cerita pernah kerja disana."

"Tentu saja tidak," sahut Alana, tertawa, "waktu itu cuma aku saja pelamar kerja yang bukan bawaan orang dalam. Jadi, dari sekian puluh orang, aku sendiri yang tidak lulus."

Mendengar cerita Alana, Evan pun merasa kasihan. Seandainya ia kenal Alana saat itu, sudah pasti Evan akan langsung mempekerjakan Alana di bagian yang paling bagus di perusahaan.

Sepanjang perjalanan, Alana terus saja mengoceh. Banyak hal yang ia ceritakan, sang suami yang begitu mencintainya itu pun selalu berusaha menjadi pendengar yang baik. Hal itulah yang menjadi salah satu alasan Alana menjadi semakin cinta pada Evan setiap harinya.

Sesampainya di rumah, keduanya pun memutuskan untuk langsung tidur. Bukan tanpa alasan, karena besok Evan akan menghadiri rapat penting perusahaan, sedangkan Alana, ia berencana untuk berkeliling melamar kerja.

Keesokan harinya.

Setelah selesai sarapan, Evan pun bersiap-siap berangkat.

"Aku berangkat dulu ya, sayang! Baik-baik di rumah, jangan terlalu capek." Evan mengecup kening Alana dengan penuh cinta.

Evan kemudian berjalan ke depan gang, ia berdiri sambil menunggu angkutan umum untuk menuju kantornya. Danu sudah seringkali meminta untuk menjemputnya di depan gang, tapi Evan selalu menolak karena khawatir jika ada tetangga atau teman Alana yang melihatnya.

Sesampainya di depan kantor, beberapa orang anak buah Evan sudah menunggu kedatangannya. Mereka juga telah menyiapkan pakaian ganti dan juga keperluan lainnya.

"Direktur, rapat hari ini menghadirkan beberapa orang penting. Saya harap Anda tak keluar dari rapat karena masalah pribadi lagi," pinta Danu yang sangat khawatir dengan atasannya yang selalu berbuat semaunya.

"Apa kamu sedang mengaturku?" gertak Evan, sambil menatap tajam.

Bagi Evan, perusahaan adalah urusan nomor dua. Alana tetap prioritas utamanya, bahkan ia pernah meninggalkan rapat hanya karena Alana mengirim pesan kalau perutnya sangat sakit efek datang bulan. Evan yang siaga pun langsung pulang dan memberikan pereda sakit untuk Alana, ia bahkan menyempatkan diri untuk sekedar mengusap punggungnya.

Rapat akan segera dimulai, beberapa investor pun mulai berdatangan. Evan yang telah berganti pakaian pun kini sudah terlihat layaknya seorang Direktur. Setiap ia melangkah, semua karyawan membungkuk memberi hormat padanya.

Setelah dua jam berlalu, rapat pun akhirnya selesai. Lagi-lagi kinerja Evan membuat para investor semakin tertarik padanya.

"Pak Evan, saya senang dengan cara kerja Anda. Semoga kedepannya kita bisa terus menjalin kerja sama," ucap salah seorang investor sambil berjabat tangan dengan Evan.

"Benar sekali, kami benar-benar puas dengan cara kerja Anda," sambung salah seorang investor lainnya.

Evan tersenyum tipis. "Terima kasih, saya juga senang bisa bekerja sama dengan Anda sekalian" sahutnya.

Karena telah selesai, Evan memutuskan untuk kembali ke toko miliknya yang berada tak jauh dari rumah. Ia memang berniat datang ke perusahaan hanya untuk hadir dalam rapat saja. Namun, saat ia baru saja menginjakan kaki di luar gedung. Matanya tanpa sengaja menatap seseorang yang sangat ia kenali sedang duduk beristirahat dibawah pohon.

"Tolong panggilkan security kemari," perintahnya pada Danu.

"Maaf, ada keperluan apa, Pak?" Danu merasa heran.

"Panggilkan saja," jawab Evan sambil tersenyum.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pewaris Tunggal Itu Adalah Suamiku   Bonus

    Bagaimana dengan akhir kisah yang lainnya?Danu, sungguh sebuah keberuntungan di pesta kecil. Pelayan yang waktu itu ia temui ternyata sudah sejak lama menaruh perasaan padanya. Tak ingin membuang-buang waktu, asisten Evan tersebut langsung melamar sang gadis dan buru-buru menentukan tanggal pernikahan.Cherry dan Alvin, benar-benar sesuatu yang tak terduga. Berawal dari sebuah sandiwara, perempuan yang sama sekali tak pernah mengenal cinta itu pun pada akhirnya memilih untuk melabuhkan hati pada laki-laki yang pantang menyerah untuk memperjuangkannya. Meski Alvin sedikit lebih lemah darinya, pria itu selalu saja berusaha melindungi dalam situasi apa pun. Benar-benar sosok yang sangat Cherry impikan.Sasa dan Deo, mereka terus bertengkar sampai akhirnya muncul perasaan saling suka. 'Bisa karena biasa', mungkin itulah salah satu pepatah yang cocok untuk mereka, mengingat kebencian mereka awalnya begitu mendalam, tetapi bisa-bisanya malah berubah menjadi rasa suka.Brian, beberapa kali b

  • Pewaris Tunggal Itu Adalah Suamiku   Bab 204. Akhir Yang Indah

    "Sayang hati-hati! Kamu sedang menggendong Zayn," teriak Alana."Ya, tenang saja," sahut Evan yang sekilas menoleh ke arah Alana.Dengan menggendong Zayn, Evan yang sudah bersemangat pun menghampiri mobil tersebut. Lalu semua yang berada dalam kendaraan itu pun keluar bersamaan.Evan menghampiri sang kakek yang tengah diangkat ajudannya ke kursi roda."Kakek, tumben sekali. Ada perlu apa?" tanya Evan dengan tatapan bahagia bertemu sang kakek."Dasar cucu durhaka! Bukannya menanyakan kabar malah tanya ada perlu apa!" hardik Willy.Evan tertawa melihat kakeknya itu marah. "Ayo masuk dulu."Disaat bersamaan muncul Jeny yang sejak tadi hanya diam di dalam mobil tak berani menunjukan batang hidungnya. Ia tampak malu-malu karena sadar pernah melakukan kesalahan.Evan yang hatinya sedang dalam keadaan baik pun tak memperdulikan masalah yang telah berlalu. Ia malah tersenyum menatap ibunya itu."Ibu, ayo masuk! kebetulan aku akan mengadakan pesta kecil-kecilan," ajak Evan seraya melambai ke ar

  • Pewaris Tunggal Itu Adalah Suamiku   Bab 203. Hari Bahagia

    Tanpa berpikir dua kali, Evan langsung pulang meski Candra sempat mengundangnya untuk makan siang merayakan keberhasilan rencana mereka."Maaf, mungkin lain kali," ujar Evan yang pikirannya sudah melayang-layang entah ke mana."Tidak masalah, lain kali masih bisa. Pulang dulu saja, istrimu sudah menunggu di rumah," ujar Candra.Evan tersenyum simpul. "Kalau begitu, sampai jumpa di lain waktu."Evan berlari menuju mobil, diikuti oleh Danu dan Deo yang juga tampak gelisah, khawatir terjadi sesuatu di rumah.Danu langsung melajukan mobil dengan kecepatan melebihi biasanya.Selama perjalanan, Evan tak hentinya menelepon Alana. Namun, hasilnya nihil karena tak sekalipun sang istri menjawab panggilan tersebut."Apa yang terjadi?" Evan mengacak-acak rambutnya, saking kesal."Seharusnya tidak terjadi apa-apa, semua musuh sudah berada dalam genggaman kita. Kecuali…" Deo seolah ragu untuk melanjutkan kalimatnya."Apa? Kenapa kamu selalu saja menyebalkan!" hardik Evan."Hey tenanglah, kamu terla

  • Pewaris Tunggal Itu Adalah Suamiku   Bab 202. Akhir Dari Seorang Penjahat

    "Apa maksudmu, Deo?" Evan menatap temannya itu dengan tatapan heran."Kamu lihat saja!" titah Deo.Beberapa menit menjelang berakhirnya sesi visi misi, Anwar sempat menunjukan beberapa program hebat yang ia rencanakan akan dikerjakan jika dirinya terpilih menjadi walikota nanti."Beberapa lahan kosong akan saya buat menjadi taman yang sisi lainnya dikhususkan untuk area bermain anak-anak. Ini salah satu contoh desain taman." Anwar menunjuk ke layar besar dengan penuh percaya diri.Namun, yang muncul di layar tersebut bukanlah apa yang Anwar maksudkan, melainkan sebuah video di mana dirinya sedang berjabat tangan dengan si pemilik panti asuhan. Suaranya terdengar jelas ke seluruh penjuru."Bagaimana dengan uang dari donatur panti asuhanmu?" tanya Anwar yang wajahnya terpampang jelas dalam video tersebut."Sudah saya transfer semua ke rekening Bapak, bahkan uang hasil mengemis dan mengamen anak-anak pun sudah saya setor," ujar pemilik panti asuhan yang tampak begitu hormat pada Anwar."B

  • Pewaris Tunggal Itu Adalah Suamiku   Bab 201. Debat Walikota

    Danu langsung menoleh ke arah Deo. Ia merasa jika ternyata ada yang berpenampilan lebih parah darinya. Gelak tawa seakan membuat sang bos dan asistennya itu sedikit melupakan ketegangan yang akan mereka hadapi.Deo masih belum sadar jika dirinya sedang menjadi bahan tertawaan. Ia pun langsung masuk dan duduk di samping Evan dengan santainya."Maaf, tadi aku terlalu lama menyiapkan penyamaran ini," ujar Deo, "ayo kita berangkat sekarang!"Danu langsung melajukan mobil murah yang sengaja dipinjam untuk mendukung penyamaran tersebut."Kenapa kamu harus menyamar jadi perempuan?" Evan bertanya sambil terus terbahak-bahak. "Lalu, kenapa dadamu menggembung begitu?""Setidaknya penampilan ini akan membuatku mudah menyelinap ke belakang layar," ujar Deo yang sedang fokus menatap layar ponselnya.Alasan Deo tak membuat Evan berhenti tertawa. Ia terus saja terpingkal setiap kali menatap Danu dan Deo, merasa jika kini mereka terlihat seperti grup lawak."Berhenti tertawa! Kita ini sedang berangka

  • Pewaris Tunggal Itu Adalah Suamiku   Bab 200. Bala Bantuan

    Laki-laki jahat di depan Evan tertawa puas, merasa kemenangan telah berada di tangannya.Karena kalah jumlah, anak buah Evan tak bisa menghalau lagi orang-orang yang baru saja datang itu. Meski begitu, beberapa di antaranya masih berusaha menghadang meski pada akhirnya berakhir lengah dan pihak Dody berhasil melumpuhkannya."Menyerahlah, Evanders. Kami bukanlah lawanmu!" timpal pria yang berada di hadapan Evan."Menyerah? Aku tidak takut pada penjahat yang memakan uang anak yatim piatu seperti kalian!" balas Evan."Masih besar kepala juga rupanya? Apa kamu tidak sadar dengan kondisimu sendiri? Jangan sok menjadi pahlawan jika diri sendiri saja sedang dalam keadaan terdesak," ujar pria tersebut."Aku, terdesak? Seharusnya kamu sedikit menoleh ke belakang." Evan pada akhirnya bisa tersenyum penuh kemenangan saat tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi.Pria jahat di hadapan Evan awalnya ragu, tetapi pada akhirnya memilih untuk menoleh saat ia merasa jika suasana menjadi sedikit hening.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status