Share

5. Keberadaan Camilia

Beberapa bulan kemudian

Tuan Alfonso duduk termenung sendirian di ruangan kerjanya yang terpisah dengan rumah utama. Dia kemudian berdiri dan melangkah menuju kamar yang tersekat oleh dinding. Presiden Direktur perusahaan property itu kemudian menghampiri lemari kaca yang berada di sudut kamar.

Lemari kaca telah dibukanya. Dia kemudian menyentuh sebuah kotak yang berisi peralatan pendeteksi tekanan darah. Hal itu mengingatkannya pada Camilia yang telah beberapa bulan menghilang. Batin Tuan Alfonso merasa rindu dengan perawatnya itu yang telah membuat dirinya jatuh cinta.

Sementara, di rumah utama, Nyonya Merry menunggu kedatangan asisten pribadi kepercayaan anaknya. Nyonya Besar itu, sesekali mendongak ke arah benda bulat yang menempel di dinding.

"Permisi, Nyonya Besar! Saya telah datang," panggil Tuan Reinhard yang telah berdiri di depan pintu ruangan Nyonya Merry.

"Masuklah! Aku telah menunggu sejak tadi." Nyonya Besar mempersilakan Tuan Reinhard untuk segera masuk ruangannya.

Tuan Reinhard pun segera memutar handel pintu dan masuk ke ruangan itu. Dia duduk berhadapan dengan Nyonya Merry.

"Bagaimana dengan anak itu? Apakah kamu telah mencarinya? Aku sedang membicarakan Camilia, apakah kamu mengerti?" tanya Nyonya Merry setelah beberapa bulan merasa kebingungan dengan keberadaan Camilia.

"Iya, Nyonya. Bahkan, saya juga telah menyuruh beberapa orang untuk mencari ke kota kelahirannya dan tempat-tempat yang biasa dikunjunginya," sahut Tuan Reinhard kemudian.

"Terus, bagaimana hasilnya? Apakah sudah ada laporan mengenai anak itu?" cecar sang Nyonya Besar.

"Saya kehilangan jejaknya, Nyonya. Apalagi dia tidak mempunyai kerabat," balas sang asisten pribadi Tuan Alfonso.

"Betulkah?" Nyonya Merry tersentak mendengar kabar jika Camilia tidak ada kerabat satupun di kota kelahirannya. Nyonya Besar merasa telah putus harapan untuk menemukan Camilia. Wanita tua itu menarik napas berat.

"Iya, Nyonya." 

"Kandungan anak itu pasti telah membesar," gumam Nyonya Merry sembari menoleh ke arah jendela.

"Saya akan segera mengirim orang yang banyak untuk mencarinya lagi hingga ke sudut-sudut kampung sekitar kota kelahirannya, Nyonya. Jadi, saya mohon jangan cemas, Nyonya!" Tuan Reinhard berusaha membujuk Nyonya Besar itu agar tenang dengan kebohongan yang ia ciptakan. Selama ini, asisten pribadi Tuan Alfonso itu tidak bersungguh-sungguh mencari keberadaan Camilia.

"Lalu ... pada siapa kamu berpihak? Kepada anakku atau kepada istrinya? Untuk siapa kamu bekerja di sini?" tanya Nyonya Merry saat asisten pribadi anaknya itu hendak undur diri. Tuan Reinhard terkejut mendengar pertanyaan wanita tua itu yang tiba-tiba. Lelaki itu merasa disudutkan.

Tuan Reinhard terdiam sejenak. Dia teringat dengan Nyonya Agatha yang telah mengandung 3 bulan benih cinta bersamanya. Nyonya Agatha mengatakan jika perusahaan property itu kelak menjadi milik anak yang dikandungnya.

"Bekerja untuk siapa dirimu?" tanya Nyonya Merry lagi, membuat lamunan Tuan Reinhard buyar seketika.

"Sa-saya bekerja untuk perusahaan Cakrawala Abadi Property, Nyonya. Demi pertumbuhan dan kejayaan perusahaan." Tuan Reinhard menjawab dengan hati-hati atas pertanyaan Nyonya Merry. Dia takut jika Nyonya Besar itu menjebak dirinya.

"Jangan sampai tujuanmu keluar dari motivasi itu! Lebih baik kamu temukan Camilia terlebih dahulu! Bawa dia kembali ke sini dalam keadaan baik-baik saja!" desak Nyonya Besar.

Tuan Reinhard teringat lagi ucapan Nyonya Agatha yang saat ini mengandung buah hati bersamanya. Satu sisi wanita yang dicintainya menginginkan dirinya untuk mencari Camilia dan membuang bayi yang dikandungnya. Sedangkan sisi yang lain, Nyonya Merry yang juga majikannya, menyuruh membawa Camilia kembali dengan keadaan baik-baik saja. Tuan Reinhard saat ini merasa dilema, tetapi hatinya tahu persis dia harus berbuat apa.

"Baik, Nyonya," jawabnya kemudian. Tuan Reinhard lantas berpamitan untuk kembali ke kantor. 

Nyonya Merry yang menatap punggung asisten pribadi anaknya itu lantas tersenyum penuh arti. Wanita tua itu seolah-olah tahu apa yang disembunyikan Tuan Reinhard.

Tuan Reinhard melajukan mobil dengan kencang menuju perusahaan. Tak berapa lama, lelaki itu tiba dan bergegas masuk ke ruangannya. Baru sejenak dirinya duduk di kursi kerjanya, telepon terdengar berdering. Dia lantas berbicara dengan seseorang di ujung telepon.

Pembicaraan Tuan Reinhard  selesai dan ditutup dengan senyuman menyeringai. Lelaki itu lantas bergegas keluar ruangan lagi dan meninggalkan perusahaan. Dia juga mengajak beberapa orang untuk menumpang di mobil yang sama menuju suatu tempat.

Tuan Reinhard memberikan komando kepada orang-orang yang diajaknya sembari mengemudikan mobil. Mereka yang berada satu mobil merasa paham dan menurut pada setiap ucapan dan perintah Tuan Reinhard.

Mobil yang dikemudikan tangan kanan Tuan Alfonso itu tiba di sebuah klinik terpadu milik pemerintah yang berada di pinggiran kota. Mereka lantas turun dan melangkah beriringan menuju klinik tersebut.

Tuan Reinhard dan rombongannya tampak duduk di ruang tunggu depan sebuah ruang pemeriksaan. 

"Giliran selanjutnya silahkan masuk!" perintah seorang Dokter dari dalam ruangan membuat rombongan Tuan Reinhard merangsek masuk.

Dokter yang berada di depan meja kerjanya seketika berdiri ketika Tuan Reinhard dan rombongan memasuki ruangannya.

"Kenapa anda datang ke sini?" tanya Dokter itu yang merasa heran.

"Apakah staf perawat anda ada yang bernama Camilia? Tolong panggilkan segera, saya ingin bertemu dengannya, sekarang! Ada hal penting yang akan saya sampaikan padanya!" seru Tuan Reinhard kemudian.

"Maksud, Anda?" tanya Dokter itu yang semakin curiga dengan sikap Tuan Reinhard.

"Siapa lagi pasiennya, Dok?" tanya Camilia yang tiba-tiba keluar dari ruangan pemeriksaan usai menangani seorang wanita lanjut usia.

Sang Dokter yang belum sempat mendengar jawaban Tuan Reinhard merasa terkejut. Camilia yang tiba-tiba keluar ruangan itu lantas menatap Tuan Reinhard yang telah dikenalnya cukup lama. Camilia yang keberadaannya merasa terancam bergegas berlari keluar klinik melalui pintu samping. Wanita yang kandungannya telah tampak membesar itu, seolah-olah mengetahui jika akan ada hal yang tidak diinginkan terjadi.

"Tunggu! Jangan lari, kamu!" seru Tuan Reinhard mengejar Camilia. Namun, langkah lelaki dan rombongannya itu dihalang-halangi oleh Dokter jaga tersebut. Sehingga Camilia lolos begitu saja.

Tuan Reinhard dan rombongan berhasil menyingkirkan kedua lengan sang dokter yang mencoba menghalangi. Bahkan, salah satu anak buah asisten pribadi Tuan Alfonso itu menganiaya sang Dokter. Mereka lantas mengejar Camilia yang terus berlari sembari memegangi perutnya.

Camilia berkali-kali menengok ke belakang. Dia berlari sambil terus memegangi perutnya dengan napas tersengal-sengal. Perawat itu lantas bersembunyi di sebuah bangunan, bekas kandang sapi milik warga yang lumayan jauh dari klinik tempatnya bekerja. Suara langkah kaki rombongan Tuan Reinhard yang mengejarnya, membuat jantung Camilia berdegup kencang dan tubuhnya gemetar. Bahkan perutnya tiba-tiba terasa mulas hendak melahirkan.

"Ah ... sakit!" rintih Camilia dengan suara lirih saat menyandar di dinding sebuah bangunan yang berisi jerami.

Wanita yang masih mengenakan seragam perawat itu lantas memegang erat tiang dengan sebelah tangannya. Sedangkan tangan yang lain memegangi perut yang mengalami kontraksi. Camilia mengabaikan suara langkah berlarian orang-orang yang kemungkinan Tuan Reinhard beserta anak buah yang masih mengejarnya.

Camilia terus merintih menahan sakit. Dia merasa sebentar lagi akan melahirkan.

"Sakit ... tolong, Tuhan...." Camilia merintih meminta pertolongan. Kakinya terus bergerak dan menyentuh tumpukan kayu bakar yang tersusun rapi di antara jerami.   Sehingga tumpukan kayu bakar itu berjatuhan.

Tuan Reinhard yang menoleh ke sana ke mari di depan bangunan bekas kandang sapi itupun curiga dengan arah sumber suara. Asisten pribadi Tuan Alfonso itu lantas mendekati pintu bangunan tersebut.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status