Share

4-Dengarkan Aku

Author: Meila Woo
last update Last Updated: 2022-04-03 05:31:25

Lucas tersenyum asimetris. “Kenapa Anda menatap saya seperti itu?” tanyanya.

“Jangan buat berita burung!” balas Eric sambil menatap tajam ke arah Lucas.

“Siapa yang bikin berita burung, hah? Rumor itu memang benar, kan? Anda sudah bertunangan. Saya membacanya sendiri di internet.”

Eric sontak membisu, lisannya kelu.

“Diam, berarti benar,” sindir Lucas.

Estelle yang sedari tadi diam, kini ia mulai membuka suara. Makanan yang dipesan sudah selesai dilahapnya. “Saya permisi.”

Melihat Estelle pergi dengan raut yang tak ramah, Lucas pun mengekorinya. Ia meninggalkan Eric yang masih mematung di kursi.

Estelle sudah menduga jika Lucas pasti mengikutinya. Lelaki itu mungkin menyadari perubahan sikapnya yang tadi tak bisa ditahan setelah mendengar kabar tentang pertunangan Eric. Karena tidak ingin karyawan lain melihat Lucas mengekorinya, ia pun memilih untuk pergi ke rooftop melalui tangga darurat. 

Setelah melewati puluhan anak tangga, Estelle menghentikan langkah. Ia berbalik dan berucap, “Aku tahu, kamu pasti ngikutin aku. Lucas, tolong biarin aku sendiri!”

Lucas yang terpaut sepuluh anak tangga dari posisi Estelle menjawab, “Nggak mau! Aku harus nemenin kamu.”

Estelle memutar kedua bola matanya malas. Lantas, ia kembali menaiki anak tangga tanpa membalas ucapan Lucas.

Karena keberadaan Lucas sudah Estelle sadari, lelaki itu pun mempercepat langkahnya agar bisa menaiki anak tangga bersebelahan dengan Estelle.

“Ada masalah?” tanya Lucas pelan.

“Nggak.”

“Lalu, kenapa pergi ke rooftop lewat tangga darurat? Kan, ada lift.”

“Olahraga,” balas Estelle singkat, mengabaikan Lucas yang ternyata bisa menebak secara tepat arah tujuannya.

Setelah mereka menaiki anak tangga bersama, akhirnya sampailah di tempat tujuan. Estelle langsung melangkah ke sisi rooftop untuk melihat panorama di bawah. Pun dengan Lucas yang ikut berdiri sejajar dengan gadis itu.

“Estelle ... kamu beneran nggak ada masalah? Kayaknya setiap kamu ketemu sama Eric, kamu jadi badmood tiba-tiba,” celetuk Lucas.

Estelle tak menoleh ke arah Lucas. Gadis itu hanya tersenyum kecut.

“Sosok mantan yang pernah kamu ceritain ke aku itu dia, ya? Eric itu mantanmu?” Lucas kembali bertanya.

“Hm,” balas Estelle tanpa menoleh.

Tanpa disadari, ternyata ada seseorang yang mendengar perbincangan mereka. Orang itu tersenyum tipis sambil terus melanjutkan langkah untuk mendekat ke arah Estelle.

“Estelle?” panggil seorang bersuara berat dengan lembut.

Estelle dan Lucas menoleh kompak. Mereka cukup terkejut dengan sosok Eric yang berdiri dalam radius dua meter dari posisi mereka.

“Ada perlu apa Anda ke sini, Pak Eric?” tanya Lucas sok santun.

Eric tak membalas pertanyaan Lucas. “Estelle, ada sesuatu yang perlu aku bicarakan denganmu.” Lantas, tatapannya beralih ke arah Lucas. “Tolong Anda tinggalkan kami berdua.”

“Hah?” Tentu Lucas tetap berada di sana. Ia tak sudi jika Estelle berduaan dengan mantan kekasihnya di tempat sepi seperti rooftop. Lucas justru menyuruh Eric yang harus pergi meninggalkan mereka.

“Estelle ... kenapa susah sekali bicara empat mata denganmu?”

“Memangnya apa yang ingin kamu bicarakan sama aku?” Akhirnya Estelle membuka suara, mengabaikan bahasa formal yang biasa digunakannya ketika bertemu Eric dengan rekan kerja yang lain. “Nggak ada hal yang perlu kita bicarakan selain kerja sama antar perusahaan.”

Eric mengembuskan napas kasar dengan mata tertutup. Sepersekian detik berikutnya, ia melangkah makin mendekat ke posisi Estelle berdiri. Namun, Lucas menghalangi langkahnya, menghadang Eric dengan kedua tangan yang terentang.

“Tolong minggir!” pinta Eric pelan.

Lucas tersenyum asimetris, tatapannya tajam ke arah Eric. “Anda tidak tuli, kan? Estelle bilang kalau nggak ada yang perlu kalian bicarakan selain pekerjaan.”

“Minggir!” Eric meninggikan nada bicaranya serta mendorong tubuh Lucas ke samping, membuat lelaki itu terjatuh.

Dengan cepat, Eric memeluk tubuh Estelle. Meskipun gadis itu mencoba sekuat tenaga untuk melepas pelukan Eric, tenaganya tetap kalah. Apalagi, Eric memeluknya makin erat.

“Lepas!” pinta Estelle.

“Estelle, tolong dengarkan aku! Aku masih mencintaimu, Estelle. Biarkan aku jelasin kesalahpahaman kita di masa lalu. Biarkan—”

Bugh!

“Dasar berengsek!” umpat Lucas.

Tak bisa meredam emosi, Lucas langsung mendaratkan tinju ke pipi Eric. Bukan hanya sekali tinju, melainkan berkali-kali sampai Eric terjatuh ke lantai rooftop. Bahkan, saat  Eric sudah terkapar pun, Lucas tetap meninju wajah lelaki yang kabarnya sudah bertunangan itu. 

“Lelaki berengsek kayak kamu memang harus diberi pelajaran!” 

Bugh!

“Sudah, hentikan!” teriak Estelle.

Karena permintaan Estelle, Lucas pun menghentikan aksinya. Padahal, ia masih ingin terus meninju wajah Eric sampai orang lain tak bisa mengenalinya. 

“Tolong kalian pergi dari sini!” pinta Estelle.

“Nggak!” balas Lucas tegas. “Aku harus pergi sama kamu.”

Eric yang terkapar mencoba untuk bangun. Sambil menyeka cairan kental berwarna merah yang keluar dari ujung bibir, ia terus menatap Estelle. 

“Estelle, aku tahu kamu masih mencintaiku. Aku juga masih mencintaimu,” ucap Eric lirih.

Estelle menyeringai dan membuang muka. Sungguh, ia begitu benci melihat lelaki itu berbicara dengannya kali ini. Gadis mana yang tak benci jika lelaki yang pernah menorehkan luka, tiba-tiba kembali dan mendekat saat luka itu mulai menutup?

Kemudian, Estelle berusaha untuk menatap Eric. Ia mulai melangkah mendekat sehingga lelaki itu menarik kedua ujung bibirnya. 

“Eric, kamu tahu apa kesalahanmu?” tanya Estelle pelan.

“Memutuskanmu waktu itu,” balas Eric. “Ta-tapi, aku menyesal, Estelle. Aku masih mencintaimu. I swear.” Lelaki itu meraih kedua tangan Estelle.

Melihat Estelle yang tak melepas genggaman tangan Eric, Lucas mematung. Ia beranggapan Estelle masih ingin kembali berhubungan dengan Eric sehingga terus menolak cintanya. 

“Hanya itu?” tanya Estelle setelah beberapa detik bungkam. “Hanya itu kesalahan yang bisa kamu akui?”

“Apa maksudmu?”

“Sudahlah. Kamu sendiri nggak tahu apa kesalahanmu. Buat apa kita membahas masa lalu itu?” balas Estelle sambil melepas paksa genggaman tangan Eric. “Buang-buang waktu saja.”

“Tapi, kamu masih mencintaiku, kan?”

Estelle tertawa pahit. Bisa-bisanya seseorang yang telah menoreh luka besar padanya menanyakan hal seperti itu dengan enteng.  

“Eric, kamu pikir aku masih mencintaimu? Nggak, Eric ... kamu salah! Aku justru nggak ingin bertemu lagi denganmu. Dan ....”

Estelle berjalan mendekat ke arah Lucas yang sedari tadi mematung. Gadis itu melingkarkan tangan ke lengan kanan Lucas. Tentu Lucas begitu terkejut karena ini adalah pertama kali Estelle melakukan hal itu padanya.

“Eric, kamu pikir aku nggak bisa move on darimu, kan? Kamu salah, Eric. Aku sudah jatuh cinta padanya.”

Eric menggeleng. Ia tak percaya dengan penuturan Estelle. Lelaki itu tetap beranggapan bahwa Estelle masih mencintainya, tetapi tak ingin mengakui.

“Aku tahu kalau kamu itu sedang membohongiku, Estelle,” balas Eric.

“Butuh bukti?” tanya Estelle.

Eric hanya mengerutkan dahi. Bukti apa yang dimaksud oleh gadis itu?

Tanpa pikir panjang, Estelle menangkup kedua wajah Lucas agar pria itu sedikit membungkuk. Lantas, gadis itu mendaratkan bibirnya di bibir hangat Lucas dengan mata tertutup. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pikat Cinta Mantan Pacar   30-Remember You

    Tampak indah sebuah gelang manik buatan tangan. Perpaduan warna pastel yang indah membuat gelang tersebut cukup unik. Ditambah ada inisial huruf E di gelang itu. Sepertinya, si pembuat memang secara sengaja membuat gelang yang hanya ada satu untuk perempuan berinisial E itu. Estelle terkejut. Di dalam batinnya bertanya-tanya, siapa si pengirim gelang itu. Gelang sederhana, tetapi begitu indah. Warnanya ia suka, bentuk payung yang bersanding dengan inisial huruf E pun disukainya. "Wah, gelangnya lucu. Sepertinya orangnya sengaja bikin just for you deh, Es," celetuk salah satu rekan kerja Estelle. "Dari siapa tuh? Sepertinya bukan dari Lucas.""Entahlah," balas perempuan berambut gelung yang menerima paket gelang unik itu.Gelang unik dimasukkan kembali ke wadahnya. Tidak ingin ambil pusing, Estelle hanya meletakkan kotak berisi gelang itu di meja dan ia pun mulai kembali melakukan pekerjaannya. Namun, kehadiran gelang itu cukup mengganggu. Estelle penasaran dengan pengirim hadiah it

  • Pikat Cinta Mantan Pacar   29 - Peringatan Hubungan

    Tok-tok-tok!"Masuk!"Suara khas high heels terdengar dengan langkah yang anggun. Perempuan yang rambutnya digelung rapi mulai mendekat ke arah meja milik pria berjas warna navy. Terlihat pria itu sedang memainkan bolpoin di tangan dengan tatapan yang tak fokus."Anak perusahaan Red Group sedang mengelola hotel. Dan, ini proposal pembangunan hotel. Silakan dipelajari dulu isi proposalnya," ucap perempuan molek itu sambil meletakkan proposal ke meja.Perempuan dengan rambut digelung itu mengerutkan dahi karena si pria tak meresponsnya. Lantas, ia pun memanggil nama pria itu sampai tiga kali. Akhirnya, di kali ketiga ia memanggil, pria bernama Lucas itu pun menoleh. "Eh, iya, gimana?"Perempuan itu mengulang kembali kalimat yang disampaikannya baru saja. "Oke. Aku akan coba mempelajarinya," balas Lucas pelan. "Kalau begitu, permisi."Perempuan yang memakai rok span selutut itu mulai berbalik, hendak meninggalkan kantor anak direktur perusahaan Red Group. Baru beberapa langkah, namany

  • Pikat Cinta Mantan Pacar   28-Buket Mawar Merah

    Sinar mentari tampak cukup terik hari ini. Setelah selesai bekerja di sebuah kafe, Eric pergi ke toko bunga. Dulu, sewaktu belum memutuskan hal bodoh pergi dari rumah, Eric bisa membeli buket bunga mawar merah yang besar. Namun, sekarang ia harus berhemat. Jadi, ia hanya bisa membeli buket kecil.Hidup mandiri tanpa fasilitas apa pun dari orang tua rupanya melelahkan. Perbedaannya begitu kentara. Eric merasakannya. Ia cukup menderita. Akan tetapi, ia harus bertahan demi memperjuangkan sebuah hal yang konyol. Ya, memperjuangkan cintanya yang pernah sirna.Kedua ujung bibir pria berkemeja kotak-kotak itu tertarik. Ia mencium mawar merah yang sudah ada di genggaman. Aroma bunga tersebut begitu menenangkan jiwa. Setelah melakukan transaksi pembayaran, ia pun pergi meninggalkan toko bunga tersebut.“Dia pasti suka.”Dengan kaki jenjangnya, Eric mulai melangkah. Dulu, ia bisa mudah bepergian dengan mobil mewah warna silver miliknya. Namun, sekarang ia hanya bisa mengandalkan kakinya. Sebuah

  • Pikat Cinta Mantan Pacar   27-Masa Lalu

    Lampu kamar masih menyala terang. Seorang pria sedang menatap layar laptop dengan tatapan kosong. Di layar tersebut, tampak judul laporan hasil penjualan bulan ini. Ia perlu mengeceknya kembali. Namun, sepertinya pikiran pria itu sedang cukup kacau. Sudah lebih dari lima menit ia hanya menatap layar tanpa menggeser kursor ke bawah untuk melihat isi laporan dengan rinci.Ucapan seorang mahasiswa di rumah sakit membuat pria itu teringat akan masa lalunya. Masa lalu berupa kesalahpahaman yang berujung membuat retak hubungan. Mengingat masa itu, rasanya cukup kekanakan. Namun, ia sendiri juga masih belum mendapatkan cara untuk mengembalikan hubungan baik yang sudah retak ini.“Hhh ...” Ia mengembuskan napas berat.***Sembilan Tahun yang LaluDua lelaki tampan dan satu perempuan cantik sedang menikmati es krim bersama. Senyum mereka tampak begitu cerah, secerah mentari siang ini. Dilihat dari kejauhan pun, hubungan mereka tampak begitu dekat. Sepertinya, mereka sudah menjalin hubungan pe

  • Pikat Cinta Mantan Pacar   26-Dering Ponsel

    Di bawah langit senja yang begitu menawan, kedua sejoli yang terikat hubungan palsu itu masih mempertahankan posisi. Ya, wajah mereka masih saling bertatapan. Akan tetapi, mereka tidak langsung memuaskan nafsu yang sedang bergejolak di dalam hati.Bohong jika gadis yang mengenakan gaun motif bunga itu ingin menolak. Jauh di dalam lubuk hatinya, ia sangat menginginkan kejadian itu akan terjadi. Ini adalah kali pertama untuknya benar-benar menginginkan bibir Lucas mendarat lembut membasahi bibirnya.Secara pelan, kedua kelopak mata Estelle tertutup. Melihat hal itu, tentu Lucas yang sudah tidak kuat untuk segera memuaskan nafsunya langsung tersenyum. Dengan pelan, wajahnya makin didekatkannya menuju wajah Estelle. Ia akan melakukan hal yang romantis kali ini.Akhirnya aku bisa dapetin kamu, batin Lucas.Tring! Tring! Tring!Sial! Suara nada dering di ponsel Estelle langsung membuat gadis itu membuka mata. Ia juga langsung melepaskan tubuhnya dari tubuh Lucas. “Aku angkat telepon dulu,”

  • Pikat Cinta Mantan Pacar   25-Senja di Pantai

    Embusan angin di sore hari begitu lembut. Dengan pelan, angin berembus menyapu helai rambut Estelle yang berkilau. Sayang sekali, di tempat yang seindah ini digunakan gadis itu untuk melamun.Bakso iga yang melimpah ruang di mangkuk dengan kuah hangat, kini telah mendingin. Bukan, bukan karena si pembeli telah menyantapnya. Namun, justru semangkuk bakso iga yang menggiurkan itu hanya ditatap dengan sendok yang berputar tak jelas. Melihat Estelle terus melamun, Lucas merasa bersalah. Gadis yang dicintainya itu ternyata benar-benar bersedih atas kejadian tadi. Sudah jelas jika Estelle masih menyimpan nama lelaki sialan itu di hatinya, pikir Lucas.Estelle terperanjat ketika ada tangan yang hangat menggenggam tangannya. Lamunannya pun seketika buyar. Kini, kedua manik indah itu menatap manis Lucas dengan penuh tanda tanya.“Estelle ...,” panggil Lucas lembut.“Hm?” balas Estelle singkat.“Berapa peluangku buat gantiin lelaki sialan itu di hatimu?”Mendengar pertanyaan itu, Estelle refle

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status