Share

Lupa Anak, Lupa Waktu

Sementara Aluna kerja keras untuk mendapatkan hidup yang layak untuk dia dan Rangga, Rose terus mencari cela menjodohkan Rangga dengan anak temannya yang selalu dibanggkan Rose setiap hari. Aluna bisa melihat story yang dibuat Rose dan Siska, sepertinya wanita itu mulai mendekati Rangga dan Angkasa, pantas Angkasa sekarang jarang sekali membawa Rangga dan jarang juga menghubunginya untuk sekedar menanyakan kabar. 

Usaha Aluna semakin banyak dikenal orang karena dia rajin promosi dan memang makanan yang dibuatnya enak, banyak juga pesanan box untuk ulang tahun, Aluna sedang sibuk sekali tetapi sekarang sudah ada karyawan yang membantunya.

“Aluna, ngapain kamu?” 

Aluna tidak tahu kalau rumah tempat dia mengantar pesanan kali ini adalah rumah wanita yang mau dijodohkan dengan Angkasa. 

“Mengantar pesanan, Bu.” Aluna melirik Angkasa yang sibuk ngobrol dan tertawa mesra dengan wanita yang Aluna tidak tahu namanya. Aluna bingung, kalau memang Angkasa ingin menikah lagi, kenapa juga dia tidak mengajukan perceraian terlebih dahulu. Jujur saja, Aluna sudah sangat siap lahir dan batin ditinggalkan oleh Angkasa, sekarang dia sudah bisa berdiri sendiri. Bahkan Aluna sudah mendapatkan kontrakan yang lebih bagus kalau Rangga akan menginap di tempatnya, Aluna sedang menabung untuk membeli mobil terlebih dulu, semua ini dia lakukan untuk membuat usahanya semakin lancar, tidak terus-terusan memesan mobil box. 

“Oh, nasi kamu, gak tanya dulu Jeng Ani, Aluna mana bisa masak, makanannya gak enak.” Di depan keluarga wanita itu, Rose menjelekkannya sementara Angkasa belum sadar kalau ada Aluna disana, sibuk dengan wanita baru. 

Aluna diam saja saat Rose mengumpatnya, yang penting semua pesanan ini sudah dibayar, Untunglah Aluna datang tidak dengan pakaian yang kusut hari ini, sengaja hari ini Aluna dandan dengan cantik karena tahu akan mengantar makanan di tempat pesta. Biasanya Aluna tidak ikut, kali ini dia ingin melihat bagaimana karyawannya bekerja.

“Aluna?” Angkasa menoleh dan sadar akan pertengkaran Ibunya dan Aluna. Angkasa mendekati istrinya dan Aluna hanya tersenyum kecut. 

“Permisi, Bu. Saya sudah selesai!” Aluna pamit, dia tidak melihat Rangga, mungkin di rumah dengan pengasuh, Angkasa soalnya asik pacaran pasti melupakan anaknya dan wanita itu pasti tidak suka kalau Angkasa membawa Rangga. Baguslah kalau memang Rangga mengganggu hubungan mereka. Aluna bisa mengambil anaknya. 

“Aluna, tunggu, Mas mau ngomong,” ucap Angkasa sebelum Aluna masuk kembali ke mobil. Aluna tidak tahu apa yang ingin Angkasa katakan. Hanya menebak saja pasti soal wanita yang disampingnya tadi. 

“Kapan kamu mau pulang ke rumah?” 

Terkejut Aluna dengan pertanyaan Angkasa, tetapi bagaimana mau pulang kalau Angkasa saja masih menuduhnya selingkuh dengan temannya dan lagi Ibu Mertua yang tidak pernah mengharapkan kedatangan nya kembali. 

“Oh, aku kira mau minta izin nikah lagi.” 

Angkasa mencibir perkataan Aluna, sampai saat ini, dia tidak ada niat bersama dengan wanita lain meski Ibunya selalu diam-diam mengajak Ulfa di setiap kali mereka pergi kemanapun. 

“Ulfa namanya, aku gak punya hubungan apa pun, itu Ibu aja yang sering berlebihan.” Aluna sama sekali tidak meminta penjelasan pada Angkasa tapi suaminya seperti tahu saja kalau itu yang ada dalam hatinya. 

“Gak apa, Mas. Siapa tahu cocok dengan pilihan Ibu,” jawab Aluna dengan senyum mengejek. Aluna ingin tahu, siapa wanita yang tahan dengan mulut Rose. Pertama, Kedua, Ketiga, mungkin masih bisa bertahan, kalau sudah setiap hari mendengar dia mengomel ini dan itu. Pusing juga kepala Aluna lama-lama. 

“Kamu ini ngomong apa, udah gak tahan kamu pisah sama aku, mau cepet nikah sama, Anton?”

Selalu ini yang menjadi andalan Angkasa untuk membuat Aluna diam. Aluna juga tidak peduli lagi, dia tidak merasa kalau dia salah.

“Pulanglah!” 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status