Untuk pertama kalinya, Rose jatuh sakit, tiba-tiba dia dibawa ke rumah sakit karena kepalanya pusing dan dadanya sesak. Malam ini Angkasa datang ke rumah sakit dengan cepat, dia juga membawa Aluna dan Rangga untuk ikut melihat Ibunya. Jarang sekali Rose sakit, Angkasa jadi takut kalau Ibunya sakit parah apalagi sudah satu Minggu, Angkasa tidak datang ke rumah Ibunya. Rumah mereka jauh, pulang kerja Angkasa langsung pulang menemui anak dan istrinya. Melihat Rose sakit seperti itu, Aluna merasa iba, tidak tega juga Aluna. Rose sudah mendapatkan kamar. Angkasa masuk ke ruangan Ibunya dan keluarga sedang berkumpul. Ada juga Siska dan suaminya. Aluna masuk mengekori Angkasa. Aluna ingin jadi istri yang penurut saja, semenjak Angkasa menuruti semua maunya, Aluna jadi kembali seperti dirinya yang lembut dan penuh perhatian. "Masih ingat Ibu, Angkasa?" Mulai Siska mengajak ribut, padahal tidak ada yang memulai walaupun wajah Rose tetap terlihat tidak suka dengan Aluna. "Sudahlah, Kak! Ak
Sebenarnya Aluna sudah curiga, kalau mertuanya pasti mengajak Ulfa untuk menjaganya dengan Angkasa dan benar sekali, Siska sengaja membuat wa story yang menunjukkan foto kebersamaan mereka di rumah sakit dan itu saat malam hari. Angkasa tidak bercerita apa pun dengan Aluna ketika pulang pagi, inilah yang membuat berdebar hati Aluna. "Mas, semalam sama siapa?" tanya Aluna saat pagi Angkasa sudah ada di rumah, dia baru saja selesai mandi dan akan ke restoran sebentar lagi sambil mengantar Rangga sekolah. "Jaga Ibu?" Angkasa bertanya balik dan Aluna mengangguk. Aluna hanya ingin tahu kejujuran Angkasa saja. "Sendirian," jawab Angkasa dengan begitu santai. Bohong! Padahal Aluna tahu kalau Angkasa bersama dengan Ulfa di ruangan itu. Kenapa harus berbohong? Aluna tidak suka sekali sikap Angkasa yang seperti ini. "Aku lihat ada Ulfa, ada fotonya di story Kak Siska," sindir Aluna dan Angkasa hanya diam. Dia tidak mau membuat ribut dengan Aluna karena apa yang Ulfa lakukan dengan dia di d
Hari ini Aluna pergi ke rumah sakit, perasaannya tidak nyaman sekali. Tidak puas dia dengan penjelasan Angkasa dan Aluna tidak percaya dengan apa yang suaminya katakan. Rasanya ada yang Angkasa sembunyikan. Kalau memang Angkasa tidak suka dengan Ulfa, pasti Angkasa jujur saja kalau ada Ulfa menginap, Aluna tidak akan jadi cemburu seperti ini. Setidaknya Aluna tenang karena suaminya jujur, ini tidak. Angkasa lebih memilih membohonginya. Pelan-pelan Aluna melangkahkan kakinya menuju koridor rumah sakit tempat Rose dirawat. Tidak ada suara tetapi Aluna melihat dari kaca dari luar, kalau benar ada Ulfa di tempat itu dan hanya berdua dengan Angkasa. Mereka duduk dekatan dan sedang bercerita. "Aku mau pulang aja, Mas. Kalau Ibu sudah tidur, gak enak nginep di sini terus apalagi Mbak Aluna kemarin itu kirim pesan, dia nuduh aku selingkuh sama Mas," ucap Ulfa cerita sambil menunduk dan seolah-olah sedang teraniaya. "Aluna kirim pesan?" Angkasa rasanya tidak percaya kalau Aluna bisa bersi
Semenjak mertua Aluna sakit sampai sekarang Rose sudah pulang, Angkasa jadi malam sekali pulangnya. Aluna berusaha berpikir positif, tidak ada yang terjadi dengan Angkasa. Angkasa hanya mengkhawatirkan Ibunya saja. Seperti itu yang Aluna pikirkan sampai Ulfa memposting di salah satu media sosialnya saat dia ada di ruang tamu, yang Aluna tahu betul kalau itu ruang tamu mertuanya. Ulfa hanya foto sendiri saja tetapi hari Aluna tidak nyaman, ada suaminya di sana dan lagi-lagi Angkasa tidak bicara kalau ada Ulfa di rumahnya. Rasanya capek bertahan sendiri. Aluna butuh sosok suami yang menguatkannya saat mertuanya tidak suka, bukan yang malah mendukung semua tindakan Rose. "Mereka makan malam di rumah," gumam Aluna melihat status Siska yang memposting foto makanan di meja makan dan caption-nya begitu menyesakkan dada. "Masakan Ulfa memang selalu terbaik daripada yang ngakunya buat usaha makanan tapi gak enak." Siapa lagi yang Siska sindir, pastilah Aluna. "Capek aku, Mas!" Aluna menghu
Makin hari, Aluna makin tidak peduli dengan suaminya, tidak pula dia bertanya kemana suaminya pergi. "Aluna, kamu di mana?" tanya Angkasa saat Aluna dan Rangga masih di rumah makan miliknya."Bentar lagi pulang, Mas. Sabar, ya!" Aluna bergegas membawa Rangga pulang, sebenarnya rumah tangganya dengan Angkasa sudah tidak romantis lagi, Aluna hanya bertahan saja memenuhi kewajibannya sebagai istri selama Angkasa tidak meminta bercerai dan kedapatan selingkuh di belakangnya. Sampai rumah, Angkasa terlihat masam. "Sudah makan, Mas?" tanya Aluna meletakkan kotak makanan yang dibawanya dari dapurnya. Aluna mendekati suaminya dan Angkasa tiba-tiba menepis tubuhnya tanpa Aluna tahu kesalahannya apa, padahal Aluna sedang baik ingin memijat tubuh suaminya. "Dapur terus yang kamu urusi, suami kamu urusi," ucap Angkasa dengan ketus. Aluna sampai jatuh ke lantai karena Angkasa mendorongnya sekuat itu. Kasar sekali. Tidak lama, Angkasa mendekati kotak makanannya dan membukanya. "Buang aja ke sa
"Aluna bilang gak mau di madu, Bu. Makanya aku bertengkar dengannya, aku hanya diam," ucap Angkasa. Rose tahu kalau sudah dua Minggu Angkasa kembali lagi ke rumahnya, dia tinggal sendiri tanpa Aluna. Rose juga tidak melihat usaha Angkasa untuk kembali lagi dengan Aluna. "Ibu itu udah bilang, dia itu wanita aneh tapi Rangga itu cucu, Ibu. Terserah dia mau pergi atau gak, yang penting jangan bawa Rangga, memang dia bisa sekolahin Rangga, uang aja gak ada, sok-sokan. Dia itu baru beli mobil murah aja sudah sombong banget," jawab Rose sambil mengumpat Aluna habis-habisan. Dua Minggu ini kepala Angkasa rasanya mau pecah. Sebenarnya dia juga bingung kenapa malam itu dia bertindak seperti itu dengan Aluna, dia sama sekali tidak ada niat mengusir Aluna dari rumah tetapi mulutnya sudah terlanjur mengatakan itu. Angkasa bahkan berbohong mengatakan Aluna tidak mau dimadu, Aluna itu pencemburu dan semua yang jelek-jelek tentang Aluna. Aluna juga sudah siap, dia tidak minta Angkasa menganggapnya
Aluna memang menghindari bertemu dengan Angkasa, untunglah Rangga memang sedang libur kenaikan kelas. Rangga sekolah di dekat rumah, sekarang mereka sedang libur dan Angkasa terus mencari dimana Aluna tinggal, saat Angkasa sudah mendapatkan alamat Aluna, Aluna justru tidak ada di tempat. Aluna pergi ke Bandung, dia mengajak Rangga liburan, sudah lama sekali mereka tidak berlibur setenang ini. Ya, Aluna sudah ikhlas dengan hidupnya. Cukup Rangga di sampingnya dan Aluna akan perjuangkan itu sampai akhir. Aluna bahkan menggunakan pengacara karena dia ingin hak asuh Rangga jatuh ke tangannya. "Ma, Kenapa Papa gak ikut?" tanya Rangga saat mereka menikmati kebersamaan hanya berdua saja. Rangga tahu orang tuanya bertengkar, dia sebenarnya sangat sedih tetapi tidak bisa mengekspresikan kesedihannya. Rangga hanya ingin selalu dekat saja dengan Aluna. Jangan seperti kemarin, dia ditinggalkan dengan Papa dan Neneknya. "Kerja, Sayang. Makanya Mama pergi sama Rangga aja," jawab Aluna sambil men
Aluna sudah tidak lagi peduli dengan apa yang terjadi dengan Angkasa. Saat ini, dia hanya ingin fokus pada tujuan utamanya yaitu berpisah dengan Angkasa. Entah kenapa Aluna berpikir inilah kebahagiaan yang akan dia dapatkan setelah lepas dari suaminya. Sudah lama Aluna bertahan dan sekarang dia ingin menikmati hidup tenang. Mengurus usahanya yang semakin hari semakin maju. "Siapa?" Bunyi ketukan pintu membuat Aluna terperanjat dari aktivitasnya bermain dengan Rangga. Besok sidang cerai dia dan Angkasa dan malam ini, siapa yang datang. Aluna sekarang tinggal dengan satu pembantunya yang dari desa, dia tidak punya tempat tinggal, Aluna memberikan tempat tinggal untuknya dengan syarat membantunya membersihkan rumah. "Sari, lihat siapa yang datang, kalau itu Pak Angkasa. Jangan dibuka, aku gak mau ketemu dia, kamu udah pernah aku tunjukkan fotonya, kan?" Sari mengangguk dan berjalan menuju pintu, dia mengintip sebentar lalu melihat dua orang wanita dan satu orang laki-laki yang data