“Mas Raga harus minta istri mas buat berhenti bekerja disini. Kita tidak akan bisa bebas kalau dia masih bekerja disini!” Kalimat ini terus saja terngiang-ngiang di kepala Raga.
Tidak terasa sudah 1 minggu lamanya Kania bekerja dikantor suaminya. Tidak seperti biasanya, Raga dan Kezia yang selalu bebas berduaan dikantor seketika menjadi kesulitan karena mereka merasa jika Kania selalu mengawasi mereka. Sebenarnya Kezia sendiri memilih untuk tidak terlalu memperdulikan hal itu, toh Kania sendiri juga sudah tahu jika ia adalah selingkuhan suaminya. Hanya saja Raga yang merasa kurang nyaman setiap kali melihat Kania memergokinya berduaan dengan Kezia. Hal itu lah penyebab kenapa Kezia mendesak Raga untuk memaksa Kania berhenti bekerja.
“Tumben mas sudah pulang jam segini? Biasanya mampir lembur dulu,” tanya Kania dengan nada seperti sebuah sindiran tat kala melihat suaminya pulang tidak lama setelah dirinya pulang dari kantor.
Dengan tatapan malas Raga menarik tangan Kania masuk kedalam kamar. Bisa dilihat bagaimana tak sukanya Raga saat menatap sang istri yang kini berdiri didepannya setelah beberapa saat yang lalu menyindirnya.
“Aku mau kamu berhenti bekerja dikantorku.” Sangat to the point, Raga sama sekali tidak ingin bertele-tele saat berbicara dengan Kania. Pria itu langsung mengatakan jika ia ingin Kania berhenti bekerja di kantornya.
Seperti dugaan Raga sebelumnya, pria itu sudah berpikir jika pasti tidak akan mudah meminta istrinya berhenti bekerja. Istrinya itu pasti akan menolak, dan dugaannya pun 100% benar karena Kania pun juga langsung to the point menolak permintaan suaminya untuk berhenti bekerja.
“Kania, kamu boleh bekerja dimanapun asalkan jangan dikantorku. Atau kamu benar-benar kekurangan uang? Aku bisa memberimu lebih banyak, katakan saja berapa yang kamu minta aku akan berikan asalkan kamu berhenti bekerja dikantorku.”
“Bagaimana kalau aku minta 1M perbulan, apa kamu mau memberikannya?”
Bisa dilihat bagaimana ekspresi kaget Raga saat mendengar nominal uang yang diinginkan Kania. Gila, sekaya-kayanya dia, 1M berbulan adalah nominal yang sangat besar dan pria itu tidak akan mau memberikannya apalagi pada seorang wanita yang sebenarnya tidak begitu ia cintai.
“Kamu ingin memerasku?!”
“Kenapa, tidak sanggup? Kalau begitu jangan memintaku berhenti bekerja dikantormu.”
“Sebenarnya apasih yang kamu inginkan? Aku tahu kamu tidak benar-benar membutuhkan uang sebanyak itu. Kamu benar-benar hanya ingin menggangguku dan Kezia kan?”
Sebuah senyuman sinis tersungging dibibir Kania. Ternyata suaminya itu cukup peka dan sadar juga, pria itu tahu alasan kenapa dia tetap bertahan bekerja dikantornya. “Kalau mas Raga sudah tahu lalu kenapa masih bertanya? Mas, tidak ada satu orang pun istri yang rela suaminya selingkuh termasuk aku. Aku tidak ingin rumah tanggaku hancur hanya karena wanita itu, jadi aku tidak akan membiarkanmu leluasa bermain api dengan wanita itu.”
“Kania, kamu….”
“Sebenarnya apasih yang mas cari darinya? Cantik? Apa aku masih kurang cantik? Pintar? Akupun juga tidak kalah pintar, buktinya papa mempercayakan jabatan sebagai kepala keuangan padaku. Jika dipikir tidak ada yang kurang dariku, lalu kenapa mas Raga berkhianat dengan wanita itu?”
“Kamu ingin tahu apa yang kurang darimu? Karena kamu bukan wanita yang aku cintai. Kamu hanya sebuah opsi yang tidak bisa aku tolak karena paksaan dari papa. Kamu ini sangat jauh berbeda dibanding Kezia yang sejak awal sudah aku cintai, jadi jangan pernah menganggap dirimu setara atau bahkan lebih baik dari Kezia karena itu mustahil!” Tepat setelah mengatakan kalimat menohok ini, Raga langsung melangkahkan kakinya keluar kamar. Dengan sangat keras pria itu membanting pintu kamar.
Sakit hati, kecewa, semuanya campur aduk menjadi satu. Kania tidak pernah menyangka jika suaminya akan mengatakan hal seperti tadi padanya. Namun meskipun begitu wanita itu tidak ingin menjadi lemah, Kania menganggap jika semua yang suaminya katakan hanyalah sebuah kalimat yang sengaja ingin membuatnya membenci suaminya itu agar kemudian suaminya bisa dengan leluasa bersama selingkuhannya.
“Tidak Kania, kamu tidak boleh menangis. Kamu harus kuat. Kamu harus bisa membuktikan pada suamimu dan selingkuhannya jika kamu kuat, kamu bukan wanita lemah yang akan mudah hancur hanya karena mereka. Jika kamu hancur maka mereka juga harus ikut hancur sama sepertimu.”
:::
Keesokan paginya Raga kembali harus menahan rasa kesalnya saat papanya memaksanya berangkat ke kantor bersama Kania. Pria itu sudah menolak dengan alasan dia harus pergi menemui salah satu teman bisnisnya sebelum kekantor untuk menghindari permintaan papanya berangkat kekantor bersama Kania. Tapi sialnya papanya terus memaksanya untuk berangkat bersama Kania.
“Aku turun didepan saja, takut ada yang lihat.”
“Bagus kalau kamu sadar.”
Tepat setelah Raga menghentikan mobilnya tidak jauh dari kantor, Kania langsung turun dari mobil itu tanpa mengatakan sepatah katapun. Saat itu juga Raga kembali melajukan mobilnya, meninggalkan Kania yang sudah turun dari mobilnya.
Hembusan napas panjang terdengar keluar dari mulut Kania. Wanita itu benar-benar kesal melihat sikap dingin suaminya yang amat sangat tidak pernah peduli atau setidaknya sedikit perhatian padanya. Padahal niatnya tadi hanya basa-basi minta diturunkan tapi ternyata suaminya benar-benar menurunkannya dipinggir jalan. Salah Kania sendiri, sudah tahu sifat suaminya seperti itu malah diajak basi basi.
“Loh Kania? Kamu Kania kan?”
Baru ingin melanjutkan langkahnya menuju kantor, Kania dibuat terkejut saat mendengar ada seseorang yang memanggil namanya. Cukup lama wanita itu memperhatikan seorang pria yang baru saja turun dari mobil dan berjalan menghampirinya. Hingga tak lama setelahnya sebuah senyuman tersungging dibibirnya begitu mengingat siapa pria itu.
“Narendra? Kamu Narendra kan?”
“Yup betul! Syukurlah kamu masih mengingatku.”
“Ya ampun Naren!” Saking senangnya bertemu teman lama, Kania tidak sadar langsung memeluk pria itu. Tidak jauh berbeda dengannya, pria bernama Narendra itupun juga membalas senang pelukan Kania.
Narendra sendiri adalah teman baik Kania. Pria itu juga sempat menghadiri pernikahan Kania dan Raga, namun setelah itu harus pergi keluar kota untuk mengurus salah satu perusahaan orang tuanya yang sedang tidak baik-baik saja.
“Nggak nyangka kita ketemu disini. Kamu ada waktu? Kita ngobrol bentar yuk?”
“Aku harus kerja sih, tapi gapapa deh masih ada waktu 30 menitan. Kita ngobrol di warung depan aja gapapa kan?”
Tanpa pikir panjang Narendra mengangguk sebelum kemudian meminta Kania masuk kedalam mobilnya untuk pergi ke tempat mereka mengobrol.
“Mas Raga pasti bakalan marah kalau tahu istrinya pelukan sama pria lain.” Siapa sangka ternyata sejak tadi Kezia yang kebetulan tidak sengaja melihat Kania dan Narendra berpelukan pun mengabaikan momen itu untuk diperlihatkan pada Raga. Wanita itu yakin foto itu pasti bisa membuat rumah tangga Raga dan Kania semakin hancur.
:::
Sesuai dugaan, Raga langsung marah begitu melihat foto Kania berpelukan dengan pria yang cukup dia kenal. Melihat rencananya membuat Raga marah berhasil tentunya Kezia sangat senang. Kezia yakin sebentar lagi Kania akan mendapat amukan dari Raga.
“Kamu dapat foto ini darimana?”
“Aku sendiri yang foto. Tadi aku tidak sengaja melihat mereka tidak jauh dari kantor. Sekarang mereka pergi berdua entah kemana.”
Decapan sebal terdengar keluar dari mulut Raga. Tanpa mengatakan sepatah katapun pria itu langsung keluar dari ruangannya. Tujuannya saat ini adalah ruang kerja Kania. Namun baru ingin memasuki lift, pria itu tidak sengaja melihat orang yang saat ini sedang membuatnya marah baru saja keluar dari lift yang hendak ia naiki.
“Mas Raga sakit!” Pekik Kania begitu Raga menarik tangannya kuat hingga membuatnya kesakitan.
“Raga? Kamu apa kabar, sudah lama ya tidak bertemu.” Sapa Naren sambil menyunggingkan senyumnya saat melihat keberadaan Raga.
Berbeda dengan Naren yang tampak menyunggingkan senyumnya pada Raga, Raga justru terlihat memperlihatkan tatapan tak sukanya. “Kamu ngapain kesini? Kamu juga Kania, ngapain kamu pelukan sama dia ditempat umum? Kamu sengaja ingin membuatku malu?”
“Pelukan? Apa maksud mas Raga?”
“Tidak usah pura-pura bodoh, tadi kamu pelukan sama dia ditempat umum kan? Kamu sudah gila ya? Bagaimana kalau ada yang tahu?”
“Pelukan? Sepertinya kamu salah paham. Tadi kita hanya terlalu senang kembali bertemu sampai reflek pelukan. Kamu tidak usah berpikir yang tidak-tidak.” Ini bukan Kania yanh menjawab melainkan Naren. Pria itu berusaha menjelaskan jika dia dan Kania hanya berpelukan secara reflek karena terlalu senang bertemu, tidak ada niat lainnya.
“Kamu juga ngapain disini? Bukannya kamu diluar kota?”
“Aku sudah pindah kesini lagi. Kemarin om Salim menghubungiku dan memintaku datang ke kantornya. Dia bilang ingin memberikanku pekerjaan disini.”
“Apa? Kamu mau bekerja disini? Ckk apalagi sih yang papa rencanakan. Kemarin Kania sekarang kamu. Aku harus berbicara dengan papa!” Tanpa memperdulikan Kania dan Naren, Raga segera melangkahkan kakinya pergi. Pria itu ingin meminta penjelasan pada papanya kenapa papanya memperkerjakan Kania dan Naren di kantornya.
Dengan sangat lepas Kania tertawa, menertawakan candaan yang baru saja Naren ucapkan. Bahkan tanpa sadar tawanya ini berhasil membuat beberapa orang yang kebetulan berada dikantin yang sama dengannya langsung melirik kearahnya. Namun meskipun begitu Kania tidak merasa malu karena baru kali ini dia bisa kembali tertawa lepas setelah menikah dengan Raga.“Pelankan suaramu, Ckk kamu ini tidak pernah berubah ya. Cantik-cantik tapi kalau tertawa membuat orang yang melihatnya geleng-geleng. Untung saja kamu sudah menikah, coba kalau belum pasti cowok yang melihatmu tertawa seperti ini akan langsung ilfil,” ucap Naren sambil menggelengkan kepalanya melihat bagaimana cara temannya ini tertawa.Tanpa sadar ucapan Naren ini berhasil membuat tawa Kania langsung terhenti. Tawa yang tadinya tersungging dibibirnya seketika langsung luntur menjadi ekspresi datar. Sadar dengan perubahan ekspresi itu, lantas Naren langsung meminta maaf karena pria itu merasa jika ucapannya membuat Kania tersinggung.“
Untuk pertama kalinya Kania merasa begitu senang karena malam ini suaminya akan mengajaknya untuk menghadiri sebuah pesta pernikahan salah satu temannya. Kania sendiri sempat tidak percaya saat Raga mengajaknya. Meskipun sedikit bingung namun Kania sama sekali tidak ingin mengambil pusing masalah itu, ia berpikir mungkin saja suaminya sudah mulai sedikit berubah.Dengan mengenakan dress panjang berwarna hitam, Kania tampak begitu cantik. Rambut hitam panjangnya dia style sederhana, hanya sedikit di curly namun sudah cukup membuatnya terlihat begitu cantik.“Kania, cepat nanti kita terlambat!” Teriak Raga yang sudah berdiri disamping pintu mobilnya. Pria itu terlihat mendengus kesal menunggu sang istri yang tidak kunjung keluar.Hingga tak lama setelahnya sosok Kania pun keluar dari rumah. Dengan anggun wanita itu melangkah menghampiri suaminya. Bisa dilihat bagaimana Raga tampak cukup kagum melihatnya, sangat jelas terlihat dari tatapan pria itu. Bahkan saking kagumnya membuat Raga ti
Dengan ekspresi wajah penuh ketegangan Kania tidak berhenti berjalan mondar-mandir didepan pintu kamar mama mertuanya. Wanita itu tampak begitu tegang dan cemas menunggu mama mertuanya diperiksa oleh dokter didalam kamarnya.Beberapa saat yang lalu, tepatnya saat sedang makan malam bersama tiba-tiba nyonya Anggun mengeluh sesak napas yang berhasil membuat seluruh anggota keluarga seketika panik. Saat itu juga tuan Salim langsung meminta Raga untuk memanggil dokter pribadi.“Tidak bisakah kamu diam? Kamu hanya membuatku semakin panik!” Bentak Raga karena merasa kesal melihat sang istri terus saja berjalan mondar-mandir didepannya disaat dirinya sedang mencemaskan mamanya.“Katakan, apa yang sudah kamu berikan ke mama?”lanjut Raga begitu sang istri sudah tidak lagi berjalan mondar-mandir didepannya.“Apa maksud mas Raga?”“Tidak mungkin mama tiba-tiba sesak napas kalau tidak ada sesuatu di makanan yang kamu masak.”Ucapan Raga barusan sontak membuat Kania terkejut. Wanita itu merasa sep
Tampaknya kejadian semalam membuat Kania terus kepikiran. Bukan tentang suami dan mama mertuanya yang menuduh dirinya sudah meracuni mama mertuanya, melainkan tentang bagaimana bisa Kezia begitu cepat tahu mengenai kabar nyonya Anggun yang sedang sakit, ditambah wanita itu juga bisa menebak jika penyebab nyonya Anggun sakit adalah karena alerginya kambuh. Kania yakin jika ini bukan hanya sekedar kebetulan saja, pasti ada sesuatu yang Kezia rahasiakan.Karena saking fokusnya memikirkan hal itu membuat Kania tanpa sadar larut dalam lamunannya. Hingga suara ketukan pintu ruangannya pun tak terdengar olehnya.Naren yang kebetulan ada keperluan dengannya pun terpaksa masuk kedalam ruangannya tanpa izin karena pria itu sudah cukup lama mengetuk pintu namun tidak ada tanggapan sama sekali.Begitu sudah berada didalam ruangan Kania, Naren langsung dihadapkan dengan Kania yang tampak sedang asik melamun ditempat kerjanya. Perlahan pria itu berjalan menghampirinya dan mencoba memanggilnya. Namu
“Mas Raga kenapa diam saja waktu papa mas membentakku seperti tadi?”“Ini juga salahmu, kenapa kamu main masuk keruanganku tanpa ketuk pintu terlebih dulu?”“Jadi sekarang mas Raga nyalahin aku? Aku kesel mas! Asal mas tahu, istri mas itu sudah membuatku kesal! Bisa-bisanya dia menuduhku ingin korupsi di perusahaan hanya karena aku melarangnya membaca berkas yang aku minta dia tanda tangani.”“Kamu minta Kania buat tanda tanganin berkas? Berkas apa? Kenapa aku tidak tahu?”Kezia yang sejak tadi tersulut emosi seketika langsung diam saat Raga menanyakan tentang berkas yang tadi ia antar keruangan Kania untuk dimintai tanda tangan. “Kezia, berkas apa yang ingin kamu mintai tanda tangannya Kania? Kania itu kepala keuangan, jika kamu meminta tanda tangannya itu artinya ada pengeluaran kantor yang harus Kania tandatangani dan sepertinya tidak ada pengeluaran selain yang aku tahu untuk saat ini.”Raga tampak menatap curiga kearah kekasihnya. Pria itu curiga dan juga bingung memikirkan berk
“Oke saya ambil yang itu saja, tolong disiapkan ya.”“Baik nyonya, mohon ditunggu sebentar.”Saat ini Kania sedang berada di sebuah butik ternama yang merupakan langganan keluarganya. Tujuan wanita itu datang ke butik adalah untuk mencari dress yang akan ia kenakan di acara pesta Anniversary perusahaan Raga yang akan dilaksanakan besok malam.Tadinya Kania sudah meminta Raga menemaninya ke butik sekalian minta dipilihkan dress apa yang cocok untuknya, namun seperti biasa Raga selalu menolak dengan alasan sibuk. Karena tidak ingin berdebat dengan suaminya akhirnya Kania memutuskan untuk pergi sendiri, toh sudah biasa juga ia pergi kemana-mana sendiri.Saat sedang menunggu dress yang ia inginkan disiapkan, tidak sengaja Kania melihat suaminya baru saja datang ke butik yang sama dengan dirinya. Namun sepertinya suaminya itu tidak datang sendiri melainkan bersama selingkuhannya, Kezia. Melihat hal itu lantas Kania pun langsung beranjak dari duduknya dan berjalan menghampiri mereka.“Oh in
“Pa, apa tidak sebaiknya kita tunda dulu pengumumannya? Saya takut mas Raga marah.”“Sampai kapan harus ditunda? Kamu tidak lelah melihat suamimu selingkuh dengan wanita itu? Kamu tidak ingin hubungan mereka berakhir?”Kania hanya terdiam mendengar pertanyaan ayah mertuanya. Malam ini akan diadakan acara pesta Anniversary perusahaan milik keluarga Raga. Di acara nanti tuan Salim berniat ingin memberitahu semua orang jika Kania adalah istri Raga. Hal itu tua Salim lakukan agar Kezia tidak lagi berani mendekati Raga secara terbuka. Jika semua orang tahu Kania adalah istri Raga, otomatis Kezia dan Raga tidak akan bisa leluasa berduaan ditempat umum. Dengan begitu diharap hubungan keduanya akan segera berakhir. Jika dipikir ide tuan Salim itu bagus, tapi Kania ragu. Wanita itu yakin pasti nanti suaminya akan marah begitu hubungan mereka dipublikasikan. Dialah yang akan mendapat amukan dari Raga bukan tuan Salim.“Kania, percaya sama papa. Semua ini papa lakukan demi keselamatan rumah tan
Dengan sangat kasar Raga menarik tangan Kania masuk kedalam rumah. Pria itu tampak begitu marah karena kejadian diacara tadi, tentang ayahnya yang tiba-tiba saja mengumumkan hubungannya dengan Kania didepan umum. Raga mengira jika itu semua pasti rencana Kania yang sengaja ingin semua orang tahu tentang hubungan mereka.“Mas Raga lepas, sakit!” Pekik Kania sambil menarik tangannya hingga terlepas dari cengkraman Raga. Bisa dilihat betapa merahnya pergelangan tangan Kania akibat cengkraman kuat Raga, bahkan wanita itu sempat meringis karena merasakan sakit. Selama mereka menikah, ini adalah pertama kalinya Raga berbuat kasar padanya seperti ini. Selama ini mereka hanya sering beradu mulut tanpa melibatkan fisik.Dengan tatapan yang sangat tajam Raga menatap Kania sambil bertanya “Kamu kan yang sengaja meminta papa memberitahu semua orang kalau kita sudah menikah? Kenapa, kamu ingin hubunganku dan Kezia berakhir?!”“Aku juga tidak tahu, Mas. Papa sendiri yang ingin melakukannya, aku sa