Share

Bab 5

Dengan sangat lepas Kania tertawa, menertawakan candaan yang baru saja Naren ucapkan. Bahkan tanpa sadar tawanya ini berhasil membuat beberapa orang yang kebetulan berada dikantin yang sama dengannya langsung melirik kearahnya. Namun meskipun begitu Kania tidak merasa malu karena baru kali ini dia bisa kembali tertawa lepas setelah menikah dengan Raga.

“Pelankan suaramu, Ckk kamu ini tidak pernah berubah ya. Cantik-cantik tapi kalau tertawa membuat orang yang melihatnya geleng-geleng. Untung saja kamu sudah menikah, coba kalau belum pasti cowok yang melihatmu tertawa seperti ini akan langsung ilfil,” ucap Naren sambil menggelengkan kepalanya melihat bagaimana cara temannya ini tertawa.

Tanpa sadar ucapan Naren ini berhasil membuat tawa Kania langsung terhenti. Tawa yang tadinya tersungging dibibirnya seketika langsung luntur menjadi ekspresi datar. Sadar dengan perubahan ekspresi itu, lantas Naren langsung meminta maaf karena pria itu merasa jika ucapannya membuat Kania tersinggung.

“Bukan begitu maksudku, kamu tetap cantik kok meskipun tertawa seperti itu. Justru aku senang bisa melihatmu tertawa lepas karenaku. Maaf kalau ucapanku membuatmu tersinggung.”

Belum sempat Kania membalas ucapan Naren, mereka dikejutkan dengan kedatangan Raga dan Kezia. Kania yang melihat hal itu memilih untuk mengabaikannya, berbeda dengan Naren yang terlihat cukup terkejut. Pasalnya saat ini Kezia terlihat memeluk posesif tangan Raga.

“Jangan dilihat, biarkan saja,” sahut Kania tat kala Naren ingin memberitahunya bagaimana saat ini Kezia tampak bermesraan dengan Raga.

“Apa maksudmu? Kania, itu Raga suamimu mesra-mesraan dengan perempuan lain kamu hanya diam? Nggak bener nih, biar aku samperin.”

Melihat Naren sudah beranjak berdiri dari kursinya hendak menghampiri Raga, dengan sigap Kania menarik tangannya dan membawanya pergi dari kantin. Raga yang kebetulan juga sadar dengan keberadaan istrinya dan Naren pun hanya bisa menyunggingkan senyum sinisnya.

::

Taman kantor, tempat inilah akhirnya Kania membawa Naren pergi. Sudah hampir 5 menit lamanya kedua orang itu berada disana. Sejak tadi Naren tidak berhenti mengomel sedangkan Kania hanya diam.

“Kania, jelasin kenapa kamu hanya diam saat melinat suamimu bersama wanita lain?”

“Dia pacarnya mas Raga.”

“Pacar?!” Bisa dilihat bagaimana terkejutnya Naren saat mendengar Kania mengatakan jika wanita yang tadi dia lihat bermesraan dengan Raga adalah pacarnya.

Pacar? Bagaimana bisa? Bukankah Raga itu sudah menikah dengan Kania? Lalu kenapa dia bisa berpacaran dengan wanita lain dan lebih parahnya didepan Kania? Pikir Naren bingung.

“Kania, sebenarnya ini ada apa?”

Pada akhirnya Kania pun menceritakan semuanya pada temannya itu. Tentang perselingkuhan yang dilakukan Raga dan masalah lainnya. Kania juga menceritakan jika selama dikantor dia harus berpura-pura tidak mengenal suaminya sendiri. Mendengar cerita itu lagi-lagi Naren terkejut. 

“Dan kamu hanya diam melihat suamimu selingkuh? Kenapa kamu tidak memberitahu orang tuanya?”

“Percuma, mamanya mas Raga mendukung hubungan itu, malah dia memaksaku untuk menceraikan mas Raga. Sedangkan papa, dia sudah berulang kali menasehati mas Raga tapi mas Raga masih tidak ingin berubah. Aku hanya bisa diam dan membiarkan mereka bermain didepanku seperti tadi.”

Hembusan napas kasar terdengar keluar dari mulut Naren. Pria itu benar-benar tidak habis pikir dengan pola pikiran Kania. Dia juga tidak menyangka Raga akan tega menghianati sahabatnya itu. Kalau saja bisa mungkin saat ini ingin rasanya Naren menghampiri Raga dan menghajar wajah Raga sampai babak belur, hanya saja hal itu tidak bisa ia lakukan karena Kania tidak akan membiarkannya melakukan hal itu.

“Sudahlah kamu tidak perlu memikirkannya, aku tidak akan tinggal diam kok. Aku akan membuat mas Raga sadar dan berhenti berhubungan dengan wanita itu.”

:::

Pukul 7 malam Kania baru saja sampai rumah karena tadi sepulang dari kantor wanita itu harus mampir kerumahnya untuk melihat keadaan ayahnya yang sedang sakit. 

“Aku masuk dulu ya, terima kasih untuk tumpangannya. Hati-hati dijalan.”

Sambil tersenyum Kania melambaikan tangannya pada mobil Naren yang baru saja berjalan meninggalkan halaman rumahnya. Tepat setelah mobil Naren sudah tidak terlihat, Kania segera membalikkan badannya untuk masuk kedalam rumah. Namun siapa sangka ternyata sejak tadi Raga sudah berdiri dibelakangnya, menyaksikan bagaimana wanita itu tersenyum sambil melambaikan tangannya pada mobil Naren.

“Mas Raga?”

Sambil menatap tajam kearah Kania, Raga melipat kedua tangannya didepan dada. “Darimana saja kamu baru pulang jam segini? Keluyuran dulu dengan pria lain?”

“Aku tadi mampir kerumah orang tuaku dulu mas sepulang dari kantor kareka ibu bilang ayah sakit. Naren hanya mengantarku saja setelah itu langsung pulang.”

“Kenapa tidak memberitahuku dulu? Seharusnya kamu bilang kalau mau kerumah orang tuamu. Ckk sudah berani kamu keluyuran dengan pria lain dibelakang suamimu? Bagaimana kalau ada yang melihatmu pergi dengan pria lain, apa kata orang?!”

“Kenapa mas Raga harus marah? Kan aku sudah bilang aku hanya pergi kerumah orang tuaku lalu pulang. Lagipula kenapa mas Raga juga harus memikirkan orang lain tentang bagaimana jika mereka melihatku pergi dengan Naren? Kenapa mas Raga tidak memikirkan hal itu saat mas pergi dengan Kezia? Aku masih mending pergi dengan temanku dan pergi pun kerumah orang tuaku sedangkan mas Raga pergi dengan selingkuhan mas.”

Mendengar dirinya yang sekarang disalahkan tentunya membuat Raga kesal. Saat ini pria itu sedang marah karena melihat istrinya pulang malam bersama pria lain tapi istrinya itu justru malah memutarbalikkan kesalahan padanya. Meskipun yang dibicarakan Kania memang benar tapi tetap saja pria itu tidak suka.

“Sudahlah mas aku tidak akan selingkuh seperti yang mas lakukan dengan Kezia jadi mas tidak perlu khawatir.” Tepat setelah mengatakan hal ini Kania langsung melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah, meninggalkan sang suami yang sudah mengeluarkan segala umpatannya.

Entah kenapa semenjak Naren kembali dan dekat dengan Kania membuat Raga selalu saja merasa kesal. Pria itu tidak suka melihat Kania pergi dan dekat dengan pria lain selain dirinya. Katakanlah Raga egois, pria itu bebas berselingkuh tapi tidak ingin istrinya dekat dengan pria lain.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status