Dengan sangat lepas Kania tertawa, menertawakan candaan yang baru saja Naren ucapkan. Bahkan tanpa sadar tawanya ini berhasil membuat beberapa orang yang kebetulan berada dikantin yang sama dengannya langsung melirik kearahnya. Namun meskipun begitu Kania tidak merasa malu karena baru kali ini dia bisa kembali tertawa lepas setelah menikah dengan Raga.
“Pelankan suaramu, Ckk kamu ini tidak pernah berubah ya. Cantik-cantik tapi kalau tertawa membuat orang yang melihatnya geleng-geleng. Untung saja kamu sudah menikah, coba kalau belum pasti cowok yang melihatmu tertawa seperti ini akan langsung ilfil,” ucap Naren sambil menggelengkan kepalanya melihat bagaimana cara temannya ini tertawa.
Tanpa sadar ucapan Naren ini berhasil membuat tawa Kania langsung terhenti. Tawa yang tadinya tersungging dibibirnya seketika langsung luntur menjadi ekspresi datar. Sadar dengan perubahan ekspresi itu, lantas Naren langsung meminta maaf karena pria itu merasa jika ucapannya membuat Kania tersinggung.
“Bukan begitu maksudku, kamu tetap cantik kok meskipun tertawa seperti itu. Justru aku senang bisa melihatmu tertawa lepas karenaku. Maaf kalau ucapanku membuatmu tersinggung.”
Belum sempat Kania membalas ucapan Naren, mereka dikejutkan dengan kedatangan Raga dan Kezia. Kania yang melihat hal itu memilih untuk mengabaikannya, berbeda dengan Naren yang terlihat cukup terkejut. Pasalnya saat ini Kezia terlihat memeluk posesif tangan Raga.
“Jangan dilihat, biarkan saja,” sahut Kania tat kala Naren ingin memberitahunya bagaimana saat ini Kezia tampak bermesraan dengan Raga.
“Apa maksudmu? Kania, itu Raga suamimu mesra-mesraan dengan perempuan lain kamu hanya diam? Nggak bener nih, biar aku samperin.”
Melihat Naren sudah beranjak berdiri dari kursinya hendak menghampiri Raga, dengan sigap Kania menarik tangannya dan membawanya pergi dari kantin. Raga yang kebetulan juga sadar dengan keberadaan istrinya dan Naren pun hanya bisa menyunggingkan senyum sinisnya.
::
Taman kantor, tempat inilah akhirnya Kania membawa Naren pergi. Sudah hampir 5 menit lamanya kedua orang itu berada disana. Sejak tadi Naren tidak berhenti mengomel sedangkan Kania hanya diam.
“Kania, jelasin kenapa kamu hanya diam saat melinat suamimu bersama wanita lain?”
“Dia pacarnya mas Raga.”
“Pacar?!” Bisa dilihat bagaimana terkejutnya Naren saat mendengar Kania mengatakan jika wanita yang tadi dia lihat bermesraan dengan Raga adalah pacarnya.
Pacar? Bagaimana bisa? Bukankah Raga itu sudah menikah dengan Kania? Lalu kenapa dia bisa berpacaran dengan wanita lain dan lebih parahnya didepan Kania? Pikir Naren bingung.
“Kania, sebenarnya ini ada apa?”
Pada akhirnya Kania pun menceritakan semuanya pada temannya itu. Tentang perselingkuhan yang dilakukan Raga dan masalah lainnya. Kania juga menceritakan jika selama dikantor dia harus berpura-pura tidak mengenal suaminya sendiri. Mendengar cerita itu lagi-lagi Naren terkejut.
“Dan kamu hanya diam melihat suamimu selingkuh? Kenapa kamu tidak memberitahu orang tuanya?”
“Percuma, mamanya mas Raga mendukung hubungan itu, malah dia memaksaku untuk menceraikan mas Raga. Sedangkan papa, dia sudah berulang kali menasehati mas Raga tapi mas Raga masih tidak ingin berubah. Aku hanya bisa diam dan membiarkan mereka bermain didepanku seperti tadi.”
Hembusan napas kasar terdengar keluar dari mulut Naren. Pria itu benar-benar tidak habis pikir dengan pola pikiran Kania. Dia juga tidak menyangka Raga akan tega menghianati sahabatnya itu. Kalau saja bisa mungkin saat ini ingin rasanya Naren menghampiri Raga dan menghajar wajah Raga sampai babak belur, hanya saja hal itu tidak bisa ia lakukan karena Kania tidak akan membiarkannya melakukan hal itu.
“Sudahlah kamu tidak perlu memikirkannya, aku tidak akan tinggal diam kok. Aku akan membuat mas Raga sadar dan berhenti berhubungan dengan wanita itu.”
:::
Pukul 7 malam Kania baru saja sampai rumah karena tadi sepulang dari kantor wanita itu harus mampir kerumahnya untuk melihat keadaan ayahnya yang sedang sakit.
“Aku masuk dulu ya, terima kasih untuk tumpangannya. Hati-hati dijalan.”
Sambil tersenyum Kania melambaikan tangannya pada mobil Naren yang baru saja berjalan meninggalkan halaman rumahnya. Tepat setelah mobil Naren sudah tidak terlihat, Kania segera membalikkan badannya untuk masuk kedalam rumah. Namun siapa sangka ternyata sejak tadi Raga sudah berdiri dibelakangnya, menyaksikan bagaimana wanita itu tersenyum sambil melambaikan tangannya pada mobil Naren.
“Mas Raga?”
Sambil menatap tajam kearah Kania, Raga melipat kedua tangannya didepan dada. “Darimana saja kamu baru pulang jam segini? Keluyuran dulu dengan pria lain?”
“Aku tadi mampir kerumah orang tuaku dulu mas sepulang dari kantor kareka ibu bilang ayah sakit. Naren hanya mengantarku saja setelah itu langsung pulang.”
“Kenapa tidak memberitahuku dulu? Seharusnya kamu bilang kalau mau kerumah orang tuamu. Ckk sudah berani kamu keluyuran dengan pria lain dibelakang suamimu? Bagaimana kalau ada yang melihatmu pergi dengan pria lain, apa kata orang?!”
“Kenapa mas Raga harus marah? Kan aku sudah bilang aku hanya pergi kerumah orang tuaku lalu pulang. Lagipula kenapa mas Raga juga harus memikirkan orang lain tentang bagaimana jika mereka melihatku pergi dengan Naren? Kenapa mas Raga tidak memikirkan hal itu saat mas pergi dengan Kezia? Aku masih mending pergi dengan temanku dan pergi pun kerumah orang tuaku sedangkan mas Raga pergi dengan selingkuhan mas.”
Mendengar dirinya yang sekarang disalahkan tentunya membuat Raga kesal. Saat ini pria itu sedang marah karena melihat istrinya pulang malam bersama pria lain tapi istrinya itu justru malah memutarbalikkan kesalahan padanya. Meskipun yang dibicarakan Kania memang benar tapi tetap saja pria itu tidak suka.
“Sudahlah mas aku tidak akan selingkuh seperti yang mas lakukan dengan Kezia jadi mas tidak perlu khawatir.” Tepat setelah mengatakan hal ini Kania langsung melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah, meninggalkan sang suami yang sudah mengeluarkan segala umpatannya.
Entah kenapa semenjak Naren kembali dan dekat dengan Kania membuat Raga selalu saja merasa kesal. Pria itu tidak suka melihat Kania pergi dan dekat dengan pria lain selain dirinya. Katakanlah Raga egois, pria itu bebas berselingkuh tapi tidak ingin istrinya dekat dengan pria lain.
Untuk pertama kalinya Kania merasa begitu senang karena malam ini suaminya akan mengajaknya untuk menghadiri sebuah pesta pernikahan salah satu temannya. Kania sendiri sempat tidak percaya saat Raga mengajaknya. Meskipun sedikit bingung namun Kania sama sekali tidak ingin mengambil pusing masalah itu, ia berpikir mungkin saja suaminya sudah mulai sedikit berubah.Dengan mengenakan dress panjang berwarna hitam, Kania tampak begitu cantik. Rambut hitam panjangnya dia style sederhana, hanya sedikit di curly namun sudah cukup membuatnya terlihat begitu cantik.“Kania, cepat nanti kita terlambat!” Teriak Raga yang sudah berdiri disamping pintu mobilnya. Pria itu terlihat mendengus kesal menunggu sang istri yang tidak kunjung keluar.Hingga tak lama setelahnya sosok Kania pun keluar dari rumah. Dengan anggun wanita itu melangkah menghampiri suaminya. Bisa dilihat bagaimana Raga tampak cukup kagum melihatnya, sangat jelas terlihat dari tatapan pria itu. Bahkan saking kagumnya membuat Raga ti
Dengan ekspresi wajah penuh ketegangan Kania tidak berhenti berjalan mondar-mandir didepan pintu kamar mama mertuanya. Wanita itu tampak begitu tegang dan cemas menunggu mama mertuanya diperiksa oleh dokter didalam kamarnya.Beberapa saat yang lalu, tepatnya saat sedang makan malam bersama tiba-tiba nyonya Anggun mengeluh sesak napas yang berhasil membuat seluruh anggota keluarga seketika panik. Saat itu juga tuan Salim langsung meminta Raga untuk memanggil dokter pribadi.“Tidak bisakah kamu diam? Kamu hanya membuatku semakin panik!” Bentak Raga karena merasa kesal melihat sang istri terus saja berjalan mondar-mandir didepannya disaat dirinya sedang mencemaskan mamanya.“Katakan, apa yang sudah kamu berikan ke mama?”lanjut Raga begitu sang istri sudah tidak lagi berjalan mondar-mandir didepannya.“Apa maksud mas Raga?”“Tidak mungkin mama tiba-tiba sesak napas kalau tidak ada sesuatu di makanan yang kamu masak.”Ucapan Raga barusan sontak membuat Kania terkejut. Wanita itu merasa sep
Tampaknya kejadian semalam membuat Kania terus kepikiran. Bukan tentang suami dan mama mertuanya yang menuduh dirinya sudah meracuni mama mertuanya, melainkan tentang bagaimana bisa Kezia begitu cepat tahu mengenai kabar nyonya Anggun yang sedang sakit, ditambah wanita itu juga bisa menebak jika penyebab nyonya Anggun sakit adalah karena alerginya kambuh. Kania yakin jika ini bukan hanya sekedar kebetulan saja, pasti ada sesuatu yang Kezia rahasiakan.Karena saking fokusnya memikirkan hal itu membuat Kania tanpa sadar larut dalam lamunannya. Hingga suara ketukan pintu ruangannya pun tak terdengar olehnya.Naren yang kebetulan ada keperluan dengannya pun terpaksa masuk kedalam ruangannya tanpa izin karena pria itu sudah cukup lama mengetuk pintu namun tidak ada tanggapan sama sekali.Begitu sudah berada didalam ruangan Kania, Naren langsung dihadapkan dengan Kania yang tampak sedang asik melamun ditempat kerjanya. Perlahan pria itu berjalan menghampirinya dan mencoba memanggilnya. Namu
“Mas Raga kenapa diam saja waktu papa mas membentakku seperti tadi?”“Ini juga salahmu, kenapa kamu main masuk keruanganku tanpa ketuk pintu terlebih dulu?”“Jadi sekarang mas Raga nyalahin aku? Aku kesel mas! Asal mas tahu, istri mas itu sudah membuatku kesal! Bisa-bisanya dia menuduhku ingin korupsi di perusahaan hanya karena aku melarangnya membaca berkas yang aku minta dia tanda tangani.”“Kamu minta Kania buat tanda tanganin berkas? Berkas apa? Kenapa aku tidak tahu?”Kezia yang sejak tadi tersulut emosi seketika langsung diam saat Raga menanyakan tentang berkas yang tadi ia antar keruangan Kania untuk dimintai tanda tangan. “Kezia, berkas apa yang ingin kamu mintai tanda tangannya Kania? Kania itu kepala keuangan, jika kamu meminta tanda tangannya itu artinya ada pengeluaran kantor yang harus Kania tandatangani dan sepertinya tidak ada pengeluaran selain yang aku tahu untuk saat ini.”Raga tampak menatap curiga kearah kekasihnya. Pria itu curiga dan juga bingung memikirkan berk
“Oke saya ambil yang itu saja, tolong disiapkan ya.”“Baik nyonya, mohon ditunggu sebentar.”Saat ini Kania sedang berada di sebuah butik ternama yang merupakan langganan keluarganya. Tujuan wanita itu datang ke butik adalah untuk mencari dress yang akan ia kenakan di acara pesta Anniversary perusahaan Raga yang akan dilaksanakan besok malam.Tadinya Kania sudah meminta Raga menemaninya ke butik sekalian minta dipilihkan dress apa yang cocok untuknya, namun seperti biasa Raga selalu menolak dengan alasan sibuk. Karena tidak ingin berdebat dengan suaminya akhirnya Kania memutuskan untuk pergi sendiri, toh sudah biasa juga ia pergi kemana-mana sendiri.Saat sedang menunggu dress yang ia inginkan disiapkan, tidak sengaja Kania melihat suaminya baru saja datang ke butik yang sama dengan dirinya. Namun sepertinya suaminya itu tidak datang sendiri melainkan bersama selingkuhannya, Kezia. Melihat hal itu lantas Kania pun langsung beranjak dari duduknya dan berjalan menghampiri mereka.“Oh in
“Pa, apa tidak sebaiknya kita tunda dulu pengumumannya? Saya takut mas Raga marah.”“Sampai kapan harus ditunda? Kamu tidak lelah melihat suamimu selingkuh dengan wanita itu? Kamu tidak ingin hubungan mereka berakhir?”Kania hanya terdiam mendengar pertanyaan ayah mertuanya. Malam ini akan diadakan acara pesta Anniversary perusahaan milik keluarga Raga. Di acara nanti tuan Salim berniat ingin memberitahu semua orang jika Kania adalah istri Raga. Hal itu tua Salim lakukan agar Kezia tidak lagi berani mendekati Raga secara terbuka. Jika semua orang tahu Kania adalah istri Raga, otomatis Kezia dan Raga tidak akan bisa leluasa berduaan ditempat umum. Dengan begitu diharap hubungan keduanya akan segera berakhir. Jika dipikir ide tuan Salim itu bagus, tapi Kania ragu. Wanita itu yakin pasti nanti suaminya akan marah begitu hubungan mereka dipublikasikan. Dialah yang akan mendapat amukan dari Raga bukan tuan Salim.“Kania, percaya sama papa. Semua ini papa lakukan demi keselamatan rumah tan
Dengan sangat kasar Raga menarik tangan Kania masuk kedalam rumah. Pria itu tampak begitu marah karena kejadian diacara tadi, tentang ayahnya yang tiba-tiba saja mengumumkan hubungannya dengan Kania didepan umum. Raga mengira jika itu semua pasti rencana Kania yang sengaja ingin semua orang tahu tentang hubungan mereka.“Mas Raga lepas, sakit!” Pekik Kania sambil menarik tangannya hingga terlepas dari cengkraman Raga. Bisa dilihat betapa merahnya pergelangan tangan Kania akibat cengkraman kuat Raga, bahkan wanita itu sempat meringis karena merasakan sakit. Selama mereka menikah, ini adalah pertama kalinya Raga berbuat kasar padanya seperti ini. Selama ini mereka hanya sering beradu mulut tanpa melibatkan fisik.Dengan tatapan yang sangat tajam Raga menatap Kania sambil bertanya “Kamu kan yang sengaja meminta papa memberitahu semua orang kalau kita sudah menikah? Kenapa, kamu ingin hubunganku dan Kezia berakhir?!”“Aku juga tidak tahu, Mas. Papa sendiri yang ingin melakukannya, aku sa
Semenjak tuan Salim memperkenalkan Kania sebagai istri Raga pada seluruh rekan kerja serta karyawan yang bekerja di perusahaannya, Raga dan Kezia jadi jarang bertemu. Bukan karena keduanya mengakhiri hubungan mereka melainkan karena Raga tidak ingin sampai dirinya dicoret dari hak ahli waris papanya jika sampai papanya tahu ia dan Kezia masih menjalin hubungan. Meskipun Raga dan Kezia jarang bertemu di kantor, namun siapa sangka keduanya masih sering bertemu diluar kantor. Contohnya saja sekarang. Saat ini Raga sedang dalam perjalanan menuju apartment tempat dimana selingkuhannya yakni Kezia tinggal sepulang dari kantor. Pria itu segaja pulang lebih awal agar bisa menyempatkan dirinya menemui selingkuhannya. Ngomong-ngomong Kezia masih bekerja diperusahaan milik orang tua Raga, hanya saja wanita itu dipindahtugaskan di gedung kantor yang berbeda dengan Raga. Jangan tanya siapa yang memindahkannya, tentu saja tuan Salim.Ditengah perjalanan Raga yang tadinya sedang fokus mengemudi sek