Dengan ekspresi wajah penuh ketegangan Kania tidak berhenti berjalan mondar-mandir didepan pintu kamar mama mertuanya. Wanita itu tampak begitu tegang dan cemas menunggu mama mertuanya diperiksa oleh dokter didalam kamarnya.
Beberapa saat yang lalu, tepatnya saat sedang makan malam bersama tiba-tiba nyonya Anggun mengeluh sesak napas yang berhasil membuat seluruh anggota keluarga seketika panik. Saat itu juga tuan Salim langsung meminta Raga untuk memanggil dokter pribadi.
“Tidak bisakah kamu diam? Kamu hanya membuatku semakin panik!” Bentak Raga karena merasa kesal melihat sang istri terus saja berjalan mondar-mandir didepannya disaat dirinya sedang mencemaskan mamanya.
“Katakan, apa yang sudah kamu berikan ke mama?”lanjut Raga begitu sang istri sudah tidak lagi berjalan mondar-mandir didepannya.
“Apa maksud mas Raga?”
“Tidak mungkin mama tiba-tiba sesak napas kalau tidak ada sesuatu di makanan yang kamu masak.”
Ucapan Raga barusan sontak membuat Kania terkejut. Wanita itu merasa seperti Raga sedang menuduhnya karena telah memberikan racun pada mama mertuanya. “Kenapa mas Raga menuduhku? Aku sama sekali tidak memberikan apapun pada masakan yang aku masak. Kalaupun ada racun seharusnya bukan hanya mama yang menjadi korban. Aku, mas Raga dan papa pasti akan menjadi korbannya juga.”
Belum sempat Raga mengeluarkan suaranya, tiba-tiba terdengar suara bel rumah berbunyi. Karena bunyi nya tidak kunjung berhenti akhirnya dengan sangat terpaksa Raga pun berjalan kedepan untuk membukakan pintu. Sebelum pergi pria itu juga sempat mengancam Kania jika terjadi sesuatu dengan mamanya, maka dia tidak akan diam.
Dengan langkah besarnya Raga berjalan menuju pintu utama. Sesampainya didepan pintu dan membukanya, pria itu langsung terkejut begitu melihat siapa gerangan yang saat ini datang kerumahnya.
“Kamu? Ngapain kamu kesini?“ ini bukan Raga yang bertanya melainkan Kania yang kebetulan menyusul suaminya membukakan pintu.
Kezia, sambil menyunggingkan senyumnya wanita itu menyapa sang kekasih. Entah apa yang membuat wanita itu berani mendatangi rumah Raga yang jelas kedatangannya cukup membuat Kania dan tentunya Raga terkejut. Jika sampai tuan Salim melihat kedatangan Kezia, sudah bisa dipastikan Raga lah yang akan mendapat amukannya karena papanya itu memang sangat melarang Kezia datang kerumahnya.
“Kezia, kamu ngapain kesini?“ kini giliran Raga lah yang bertanya pada sang kekasih.
“Aku kesini ingin menjenguk mamamu, aku boleh masuk ketemu mamamu kan?”
“Menjenguk mama? Darimana kamu tahu kalau mama lagi sakit? Mas Raga, kamu yang sudah memberitahunya?” Kania cukup bingung memikirkan darimana Kezia bisa tahu jika mama mertuanya sedang sakit. Padahal jika dihitung, belum ada 1 jam sejak mamanya sesak napas sampai sekarang. Jadi sedikit membingungkan jika tiba-tiba Kezia sudah tahu bahkan langsung datang kerumah.
Tidak hanya Kania saja yang kebingungan memikirkan darimana Kezia tahu tentang mamanya yang sakit, Raga pun juga memikirkan hal yang sama. Pria itu juga bahkan belum memberitahunya sama sekali.
“Feeling aja, memangnya kenapa? Mungkin kontak batinku sama mamanya mas Raga itu kuat jadi aku bisa merasakan jika mamanya mas Raga sedang tidak baik-baik saja.”
“Itu bukan alasan yang tepat. Katakan, darimana kamu tahu mama sakit?”
Dengan tatapan penuh curiga Kania menatap Kezia. Tampaknya wanita itu sedang mencari rahasia atau kebohongan dari sorot mata Kezia karena ia yakin yang Kezia katakan barusan itu hanyalah sebuah alasan tak berdasar.
“Terserah kalau tidak percaya, aku tidak butuh kepercayaanmu. Mas Raga ayo kita masuk, mama pasti senang melihat kedatanganku.” Tanpa memperdulikan keberadaan Kania, dengan lancang Kezia menarik tangan Raga masuk kedalam rumah. Meninggalkan Kania yang merasa semakin curiga padanya.
..
Begitu sampai didepan kamar mamanya, Raga yang tadinya sudah cukup tegang karena takut Kezia akan bertemu dengan papanya mulai bernapas lega saat melihat tidak ada papanya didalam kamar. Pria itu juga tidak melihat keberadaan dokter yang tadi memeriksa mamanya.
“Ma, papa mana? Dokternya juga mana?” Tanya Raga pada mamanya tampak sudah mulai bisa bernapas teratur.
“Papamu sedang berbicara dengan dokter diruangkan kerjanya. Loh Kezia, kamu datang kesini?”
Sambil tersenyum Kezia mengangguk. Wanita itu berjalan menghampiri nyonya Anggun, mencium kedua pipinya kemudian memberikan bingkisan buah yang sengaja ia bawa. “Selamat malam tante, tante baik-baik saja kan? Saya dengar tante sakit makanya saya langsung kesini. Saya juga membawa buah kesukaan tante.”
“Ya ampun sayang, kenapa harus repot-repot. Kamu datang saja sudah membuat tante senang.”
Bisa dilihat bagaimana perlakuan nyonya Anggun pada Kezia yang sangat jauh berbanding terbalik dengan perlakuannya pada Kania. Wanita paruh baya itu terlihat sangat menyukai Kezia.
“Tante sakit apa? Alergi tante kambuh ya pasti sampai sesak napas.”
“Darimana kamu tahu? Iya alergi tante kambuh. Tante juga bingung kenapa bisa tiba-tiba kambuh. Padahal sebelumnya tidak kenapa-napa.”
“Jangan-jangan ada yang sengaja ingin membuat tante seperti ini. Kalau boleh tahu siapa yang memasak makanan tante?”
“Kania.”
“Kania? Ckk pasti dia yang sudah membuat tante seperti ini. Sepertinya dia sengaja karena mungkin tidak suka dengan tante.”
Mendengar tuduhan Kezia barusan membuat nyonya Anggun langsung termakan ucapannya itu. Bahkan Raga pun juga sepertinya termakan tuduhan Kezia, sangat terlihat jelas dari sorot makanya.
“Apa maksud kamu? Kamu ingin menghasut mama dan mas Raga kalau mama sakit karenaku?” Tanpa diduga ternyata Kania mendengar apa yang baru saja Kezia tuduhkan padanya.
Dengan tatapan penuh kekesalan Kania berjalan memasuki kamar mama mertuanya. Saat itu juga Kezia yang tadinya duduk ditepi ranjang nyonya Anggun seketika langsung bangkit berdiri.
Sambil menyunggingkan senyum sinisnya Kezia melipat kedua tangannya didepan dada kemudian berkata “Kenapa, benar kan kalau mamanya mas Raga sampai seperti ini karena ulahmu? Sejak awal kan kamu tidak menyukai mamanya mas Raga karena mamanya mas Raga merestui hubunganku dengan mas Raga, lalu sekarang tiba-tiba mamanya mas Raga keracunan makanan yang membuat alerginya kambuh dan ternyata makanan itu kamu yang masak. Kalau bukan kamu yang sengaja meracuni mamanya mas Raga lalu siapa?”
Suara tamparan yang cukup keras terdengar begitu nyaring didalam kamar nyonya Anggun. Kania, wanita itu barusaja melayangkan tamparan kerasnya pada pipi wanita yang menjadi selingkuhan suaminya. “Jaga bicaramu! Aku sama sekali tidak ada sedikitpun niatan untuk mencelakai mama. Seharusnya yang dicurigai itu kamu! Bagaimana caranya kamu bisa tahu kalau mama sakit dalam waktu secepat ini? Bahkan kamu juga tahu kalau alergi mama kambuh padahal mama belum mengatakan apapun. Dan aku yakin mas Raga juga pasti tidak memberitahumu. Bisa jadi kamu yang sudah menyuruh seseorang untuk meracuni mama. Katakan, siapa yang kamu jadikan mata-mata dirumah ini dan melaksanakan semua perintahmu?”
“Kamu yang seharusnya jaga bucaramu, Kania!! Bisa-bisanya kamu menuduh Kezia. Kamu ingin melimpahkan semua kesalahanmu dengan menjadikan Kezia kambing hitam? Dasar menantu tidak tahu diri! Keluar kamu dari kamarku!” Teriak nyonya Anggun dengan suara lantangnya.
Melihat bagaimana nyonya Anggun membela dirinya, Kezia pun tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Wanita itu langsung berakting seolah dirinya sedih karena difitnah oleh Kania.
“Tidak usah menangis! Aku tahu itu hanyalah air mata buaya, iyakan? Dasar pengganggu rumah tangga orang!”
“KANIA CUKUP! Sebaiknya kamu keluar dari kamar mama,” sahut Raga tak kalah emosinya.
“Tapi mas.”
“Aku bilang keluar! Kamu tuli?!”
Merasa sudah tidak bisa menahan diri, Kania pun akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamar mama mertuanya. Bukan karena mengakui kekalahannya karena suami dan mama mertuanya tidak membelanya, Kania hanya tidak ingin membuat suasana semakin panas dan berusaha menghargai mertuanya.
“Malam ini kamu menginap disini saja. Biar kalau ada apa-apa Raga bisa langsung datangin kamu. Lagipula kamu juga baru keguguran pasti butuh perhatian lebih, iya kan Raga?”Sambil tersenyum nyonya Anggun menatap sang anak. Menunggu anaknya itu mengiyakan pertanyaannya. Tapi sayangnya sang anak hanya diam dan malah langsung pergi begitu saja.“Maaf ya Kezia, mungkin Raga masih sedih karena kehilangan calon anak kalian. Ayo mama antar ke kamarmu.”Kezia mengangguk sebelum kemudian berjalan mengikuti nyonya Anggun kekamar yang akan dia tempati.Beberapa saat yang lalu sepulang dari klinik, nyonya Anggun sengaja mengajak Kezia pulang dan menginap dirumahnya. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan lantas Kezia pun langsung setuju untuk menginap dirumah yang mungkin sebentar lagi akan menjadi rumahnya juga...Disisi lain Raga yang baru saja masuk kedalam kamar langsung berjalan menuju jendela kaca. Pria itu tampak menghela napasnya panjang tat kala tidak melihat keberadaan istrinya. Walaupu
“Keguguran dok?”“Iya, pasien mengalami pendarahan yang cukup parah sampai akhirnya keguguran.”Saat ini Raga sedang berada disebuah klinik yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumahnya. Tadi saat dalam perjalanan Kezia pura-pura merasakan kesakitan, wanita itu meminta Raga membawanya ke klinik alih-alih rumah sakit dengan alasan sudah tidak bisa menahan rasa sakitnya.Alasan kenapa Kezia memilih klinik adalah karena jika wanita itu dibawa kerumah sakit maka semua kebohongannya akan terbongkar. Dokter akan mengatakan jika dia tidak hamil. Berbeda dengan klinik karena tanpa disengaja ternyata ada salah satu teman dekatnya yang bekerja diklinik itu. Kezia sempat meminta tolong pada teman dekatnya untuk berpura-pura mengatakan jika ia keguguran dengan begitu ia tidak akan kesusahan pura-pura hamil lagi. Bodohnya Raga dan nyonya Anggun percaya begitu saja. Padahal mereka sama sekali tidak tahu bahkan melihat Kezia mengalami pendarahan.“Mas.” Dengan ekspresi wajah yang dibuat penuh kesed
“Kezia, ngapain kamu kesini?”Malam-malam Raga sudah dikejutkan dengan kedatangan Kezia kerumahnya. “Loh bukannya mas Raga tadi yang kirim pesan ke aku dan minta aku kesini?”Beberapa saat yang lalu Kezia mendapat pesan dari nomor Raga. Raga memintanya datang kerumahnya, setelah membaca pesan itu lantas Kezia pun langsung bergegas pergi. Tapi anehnya kenapa sampai rumah Raga justru Raga terlihat terkejut melihat kedatangannya?“Aku yang suruh dia datang kesini, Mas. Aku kirim pesan kedia lewat ponselmu,” sahut Kania yang tiba-tiba datang menghampiri suami dan selingkuhan suaminya itu.Yup benar, Kania lah yang meminta Kezia datang kerumahnya. Untuk apa? Jelas untuk membongkar kebohongan Kezia.Setelah berhari-hari diam memikirkan masalahnya dengan Naren, Kania memutuskan untuk segera membongkar kebohongan Kezia, dengan begitu ia bisa segera memberitahu kehamilannya pada Raga sebelum adanya fitnah-fitnah tentang kehamilannya. Itulah kenapa saat ini Kania meminta Kezia datang kerumahny
Sepanjang perjalanan pulang Kania tidak henti-hentinya menangis, bahkan tangisannya itu berhasil membuat seorang supir taxi kebingungan dan khawatir dibuatnya. Beberapa kali supir itu menanyakan apa yang membuatnya menangis tapi bukannya menjawab pertanyaan supir itu, Kania justru hanya diam dan terus menangis.Alasan yang membuat Kania menangis adalah karena kejadian beberapa saat yang lalu. Saat dirinya dikejutkan dengan kejadian yang amat sangat tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Kania dan Naren terbangun disebuah ranjang yang sama dengan Naren yang bertelanjang dada. Kaget? Jelas sekali. Bahkan kaget saja tidak cukup untuk mendeskripsikan apa yang Kania rasakan tadi. Semuanya terjadi begitu saja, entah bagaimana ceritanya keduanya bisa tidur diranjang yang sama. Bahkan karena saking kaget dan marah Kania sempat menampar Naren karena wanita itu merasa dijebak oleh Naren.Setelah menempuh perjalanan hampir 20 menit akhirnya Kania sampai dirumahnya. Sekarang waktu sudah menunjukk
“Kamu lagi, ngapain sih kamu datang kesini? Belum cukup jelas dengan apa yang aku bilang kalau aku benar-benar hamil anaknya mas Raga?”Lagi, entah untuk keberapa kalinya Kania kembali menemui Kezia. Wanita itu bahkan sama sekali tidak memperdulikan peringatan Raga untuk tidak lagi menemui Kezia. Kania tidak akan berhenti menemui Kezia sebelum Kezia mengakui kebohongannya.“Kamu pikir aku bisa dengan mudah mempercayaimu? Aku tahu kamu itu tidak hamil. Sudahlah Kezia, lebih baik kamu mengakuinya saja.”“Kalau iya kenapa? Iya aku berbohong! Aku tidak hamil!” Bentak Kezia kemudian. Tampaknya wanita itu sudah cukup muak mendapat penekanan dari Kania. Kezia mengakui kebohongannya didepan Kania karena merasa sudah cukup muak. Kezia berpikir jika hanya Kania yang mengetahui itu tidak akan berdampak buruk baginya karena Kezia yakin Raga lebih mempercayai kebohongannya dibanding kebenaran yang istrinya katakan. Jadi untuk sekarang tidak masalah jika Kania tahu, pikir Kezia.Sebuah senyuman pu
Sejak hari dimana Kania mendatanginya ke apartment dan menuduhnya berpura-pura hamil, Kezia tidak pernah lepas dari teroran Kania. Lebih tepatnya hampir setiap hari ada saja hal yang Kania lakukan demi membongkar kebohongannya. Hal itu tentunya membuat Kezia sangat merasa terancam, karena kalau sampai Kania berhasil memberikan bukti bahka Kezia tidak hamil, maka bukan hanya tidak jadi dinikahi Raga, Kezia pasti juga akan langsung dijauhi oleh Raga.“Sial*n! Wanita itu selalu saja menerorku. Aku tidak bisa tinggal diam, kalau sampai dia berhasil temuin bukti kalau aku tidak hamil, bisa mati aku nanti.”Sepulang bekerja Kezia tidak berhenti mengumpat. Wanita itu benar-benar kesal dengan Kania. Kezia juga heran memikirkan bagaimana Kania bisa tahu alamat tempat tinggalnya karena kalau saja Kania tidak tahu tempat tinggalnya pasti wanita itu tidak akan menguping obrolannya dengan sepupunya tempo hari.Saat hendak masuk kedalam lift menuju lantai tempat dimana unit apartmennya berada, Kezi
“Kamu yakin ini alamatnya?”Naren mengangguk.“Kebetulan aku punya teman yang tinggal disini dan dia pernah melihat Kezia disini. Kamu masuk sendiri tak apa kan? Takutnya kalau Kezia lihat kamu datang sama aku yang ada dia bakal fitnah-fitnah kamu.”Kania mengangguk. Wanita itu segera turun dari mobil Naren dan mulai berjalan memasuki gedung apartment yang diyakini adalah tempat tinggal Kezia.Hari ini, setelah beberapa hari berpikir akhirnya Kania memberanikan diri menemui Kezia. Kania ingin memastikan apakah Kezia benar-benar hamil anak Raga atau bukan karena jujur saja ia tidak ikhlas suaminya menikahi Kezia apalagi jika terbukti Kezia tidak hamil.Setelah cukup lama mencari unit apartment yang ditinggali Kezia, akhirnya Kania menemukannya. Baru ingin berjalan menuju unit itu, tiba-tiba langkah Kania terhenti begitu melihat Kezia baru saja keluar dari apartmentnya bersama seorang wanita entah siapa Kania juga tidak kenal.Karena penasaran akhirnya Kania pun memilih untuk bersembuny
Sejak hari dimana Raga meminta izin pada Kania untuk menikahi Kezia, sikap Kania langsung berubah. Wanita itu jadi sering melamun dan bahkan beberapa kali terlihat menghindar dari suaminya. Bukan tanpa alasan kenapa Kania melakukan hal itu, selain karena masih cukup kecewa, ia juga takut ditagih jawaban oleh suaminya itu karena jujur saja sampai saat ini ia belum mempunyai jawaban. Walaupun sebenarnya ingin sekali mengatakan tidak ingin memberikan izin.Perubahan sikap Kania itu juga disadari oleh Raga. Pria itu berusaha untuk berbuat baik pada istrinya, setidaknya perbuatannya itu bisa sedikit menebus kesalahannya. “Mas pulang duluan saja, aku masih ada pekerjaan sedikit lagi.”Baru ingin diajak pulang, tiba-tiba Kania sudah mengatakan jika wanita itu masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan dan belum bisa pulang. Sebagai suami sekaligus CEO dikantor, Raga pun langsung meminta istrinya itu untuk melanjutkan pekerjaannya esok hari.“Pekerjaan apalagi? Lanjutkan besok saja. Kamu ti
“Mas Raga kenapa? Aku perhatikan sejak tadi kok diam? Ada yang lagi dipikirin? Atau lagi ada masalah dikantor?”Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Sudah 3 hari sejak Kania dirawat dirumah sakit, sejak saat itu sikap Raga sangat baik padanya. Keduanya sering pergi bersama kerumah sakit untuk menjenguk tuan Salim. Raga sendiri sudah melarang Kania ikut dengannya kerumah sakit agar wanita itu bisa istirahat dirumah tapi Kania terus memaksa ikut sehingga akhirnya pria itupun mengalah. “Aku cuma kepikiran papa. Apa papa seperti ini karenaku? Sebelumnya papa tidak pernah sakit seperti ini, tapi setelah bertengkar denganku waktu itu papa langsung sakit seperti ini.”Jujur saja Raga merasa sangat bersalah atas sakit yang saat ini papanya derita. Pria itu merasa jika ialah penyebab papanya sakit.Selama beberapa hari ini tepatnya saat Raga sering menjenguk papanya, Kania juga sudah menyadari perubahan sikap suaminya itu. Raga jadi lebih sering melamun dan sedih. Ternyata penyebabnya kare