Share

Identitas York

Bandara internasional Zurich tampak ramai ketika York keluar dari ruang pengambilan barang di. Rambut pirang York yang lembut dan halus terurai manja di antara jaket kulit hitamnya. York mengenakan kacamata hitam untuk menutupi mata bengkaknya sehabis mengamuk tadi malam saat kedatangan Celeste.

Kaos putih yang membalut tubuh langsing tampak trendi dipadu padankan dengan legging hitam yang menonjolkan bentuk paha dan kakinya serta sneakers putih yang membuat penampilannya casual namun elegan dan modis di saat bersamaan.

Tinggi badannya yang mencapai 178 cm membuatnya tampak menonjol di tengah kerumunan apalagi fitur wajahnya yang tampak lembut dan rahangnya yang tegas namun terlihat halus dan temperamennya yang dingin membuat siapapun yang melihatnya pasti akan menengok dua kali.

York mengistirahatkan kaki jenjangnya di kursi sambil menunggu jemputannya datang.

“York Portland?” York mengangkat kepalanya dari ponsel yang sedang di utak-atiknya sedari tadi ketika mendengar namanya di panggil.

York menaikkan alisnya seolah bertanya “apa?” pada pria berotot yang mengenakan kejam hitam yang lengannya di gulung ke siku. Alisnya yang tebal tampak memperindah wajah tegas namun tampan di saat bersamaan. Matanya yang tajam dan jernih membuat siapapun ingin menyelaminya lebih dalam. Sayang sekali wajah tampan itu terlihat dingin yang sialnya semakin menambah daya pikatnya.

“Ternyata benar ada nona York, perkenalkan saya Chris yang di tugaskan oleh tuan tua Portland untuk menjemput anda. Mari ikuti saya nona.” Chris tampak professional, ia menawarkan untuk membawakan koper York namun York menolak bagaimanapun York sangat tidak suka jika ada orang yang menyentuh barang-barangnya.

“Tuan tua Portland memerintahkan saya untuk membawa anda ke markas terlebih dahulu nona, apakah anda keberatan?” Chris berbicara dengan pandangan lurus ke depan sembari mengemudi sedangkan York sedang bersandar malas di kursi penumpang.

“Lakukan saja seperti apa yang dia perintahkan.” York sebenarnya tidak mengerti mengapa kakeknya membawanya terlebih dahulu ke markas alih-alih ke rumah terlebih dahulu.

Bagaimana York bisa mengenal tuan tua Portland? tentu saja saat itu York mengikuti kompetisi meretas yang ternyata di selenggarakan oleh perusahaan kakeknya “Winter Corp”. Hadiah yang ditawarkan sangat besar selain York yang saat itu sedang membutuhkan uang untuk membantu Celeste keluar dari krisis keuangan perusahaannya hal inilah yang menyebabkan York saat ini memiliki saham di perusahaan Celeste.

York keluar sebagai pemenang dalam kompetisi ini, ia mampu membobol seluruh sistem keamanan  Winter Corp dalam hitungan 2 jam. Padahal  Winter Corp terkenal dengan sistem pertahanan website yang sulit untuk ditembus.  Winter Corp berencana untuk merekrut York ke perusahaan mereka karena menurut mereka bakat jenius York itu langka dan dipastikan akan lebih berkembang jika bergabung dengan  Winter Corp. namun York menolak karena bagaimanapun York ikut kompetisi ini untuk mendapatkan uang secepat kilat.

Informasi ini terdengar ke telinga tuan tua Portland, tuan tua Portland sangat menghargai dan tergila-gila pada bakat jadi dia bersikeras untuk memburu York ke perusahaannya. Tuan tua Portland melakukan penyelidikan secara menyeluruh di bulan pertama mereka tidak bisa menemukan siapa York.

Namun di bulan ketiga dengan bantuan Chris akhirnya tuan tua Portland mengetahui seluk beluk York dan lebih mengejutkan lagi ternyata ia memiliki marga yang sama dengan York sehingga tuan tua Portland melakukan penyelidikan lebih mendalam bahkan sampai menurunkan orang-orangnya untuk mengawasi York secara dekat dan mengejutkan ia menemukan bahwa York adalah cucunya.

Tuan tua Portland sangat bersemangat namun tuan tua Portland merasa ada yang janggal dengan wanita yang di panggil “ibu” oleh York dan ternyata benar saja wanita itu tidak memiliki hubungan darah dengan York. Lalu Portland memutuskan untuk memberitahukan bahwa Berly bukanlah ibu kandung York dan bermaksud untuk membawanya kembali ke Swiss. Itu terjadi pada malam natal di jepang di bawah pohon yang berselimutkan salju.

York mondar-mandir di bawah pohon yang tidak jauh dari rumah tempat ia dan ibunya menginap. York sadar bahwa selama ini ia diawasi setelah ia memenangkan kompetisi retas. Namun pihak lain sepertinya tidak berniat untuk menyakitinya sehingga ia meyakinkan dirinya untuk tenang.

“York?” sebuah suara tajam memanggil namanya. York mendongakkan kepalanya dan menatap pria yang berdiri tepat di depannya, dan tidak salah lagi itu adalah Chris sang  tangan kanan tuan tua Portland.

York hanya mengangkat alisnya sebelah lalu mengikuti pria tersebut ke dalam mobil yang parker tidak terlalu jauh dari tempat ia berdiri dari. Tanpa mereka sadari ternyata ada orang yang mengamati mereka dari atas pohon dimana York tadi mondar-mandir.

York masuk ke dalam mobil dan melihat tuan tua Portland yang masih terlihat gagah meski rambutnya sudah memutih. York hanya diam menunggu pria tua itu berbicara karena bagaimanapun pria itulah yang mengajaknya untuk bertemu terlebih dahulu.

“York…” ada rasa haru dalam nada pria tua tersebut karena akhirnya bisa bertemu keturunannya setelah putra sulungnya menghilang.

“Seperti yang aku katakan sebelumnya kau adalah cucuku dan Berly bukanlah ibu kandungmu kau bisa memeriksanya pada hasil tes DNA ini.” Tuan tua Portland menyerahkan kertas tes DNA tersebut pada York dan York hanya membacanya sebentar lalu menyerahkannya pada tuan tua Portland.

“Lalu apa tujuan anda sekarang?” York masih berusaha mencoba memahami kebenaran yang terpampang nyata di depannya. Dan bagaimana mungkin ibu yang selalu memperlakukannya dengan penuh cinta ternyata adalah manipulator ulung dan dibayar  untuk membuat York bergantung padanya lalu meninggalkan York di saat York semakin melekat dan menghancurkan semangat York untuk hidup, tapi untuk apa mereka melakukan hal sekeji ini pada York? Seingat York ia tidak pernah memprovokasi siapapun.

“Kembali lah bersamaku York, ada orang-orang yang mengincarmu selama ini. Dan dia juga menyimpan rancangan tersembunyi untukmu, dia adalah bom waktu York sewaktu-waktu dia akan meledak dan menghancurkanmu.” Tuan tua Portland memandang York yang sangat mirip dengan putranya dan York adalah versi wanita dari wajah putranya.

“ Terimakasih atas perhatianmu tapi tolong berhenti mengawasi aku, aku bisa menjaga diriku sendiri. Dan tolong lupakan percakapan malam ini, anggap saja kita tidak pernah berbicara dan bertemu.”York keluar dari mobil tanpa memberikan tuan tua Portland untuk berbicara.

York menyusuri jalan dengan kaki sepatu bootnya yang hampir tenggelam di antara genangan salju. Ia tidak pernah meminta keluaraga yang utuh ia hanya butuh ingin bersama ibunya. York hanya berharap apa yang dilihatnya tadi hanyalah ilusi, dalam hati York masih sangat mempercayai ibunya tidak akan sekejam itu.

Hingga ia tiba di rumah, di bilik yang dikosongkan dan tak terawat York menyadari bahwa informasi yang diberikan tuan tua Portland itu benar dan ada kebenaran yang membuat York memutuskan untuk tidak tidur bersama ibunya malam itu dengan alasan ia ingin begadang menonton film horror sebelum tidur, dan York takut suara film akan mengganggu ibunya.

“Nona York, kita telah tiba di markas.” York tersadar dari lamunannya ketika Chris memanggil namanya. Ia mengikuti Chris menuju ruang pribadi tuan tua Portland yang ditemani tumpakan kertas di sisi kanan dan kiri meja kayu berwarna coklat yang York yakini itu bukan jenis kayu biasa.

“Kau sudah sampai?” tuan tua Portland mengangkat kepalanya dari tumpukan kertas sedangkan Chris keluar dari ruangan tersebut dan menyisakan York serta tuan tua Portland.

“Hmm….” York menjawab singkat. York memang dingin dan acuh tak acuh, meskipun pria tua di hadapannya ini adalah kakeknya namun York tidak menemukan adanya bonding ataupun ikatan diantaran mereka. Bagi York tuan tua Portland adalah orang asing.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status