Share

Chapter Five

Cerry Pov.

Pagi ini aku terbangun dalam ruangan yang cahayanya remang-remang. Cahaya itu berasal dari celah atap ruangan ini. Walaupun aku tidak bisa melihat dengan jelas ruangan ini, setidaknya aku tidak bangun dalam kegelapan atau mata yang tertutup. Jika penculik itu menutup mataku maka hal tersebut mampu menghancurkan ketenangan yang aku jaga.

"Hiis. "

Rasa perih terasa di pergelangan tanganku. Rupanya tanganku masih dalam keadaan terikat, hanya kakiku yang bisa bergerak bebas. Yah, kondisiku lebih baik dari pada kondisiku kemarin.

Aku berusaha mencerna apa yang terjadi padaku kemarin. Tentang kegiatan panas antara aku dan penculik malam itu. Apakah tadi malam itu hanyalah mimpi atau kenyataan?

"Akh..."

Aku tidak perlu jawaban karena aku tau jawabannya ketika merasakan rasa sakit di antara kedua paha saat aku bergerak. Ditambah dengan kelelahan di sekujur tubuh. Jadi aku yakin jika aktivitas panas itu benar-bebas terjadi. 

Tak bisa dipercaya jika aku dengan tidak tau malu meminta lebih pada orang asing yang menculikku sekaligus pemerkosaku. Aku tidak menyangka bisa berbuat liar seperti seorang hiperseks karena dibutakan libido yang mengamuk. Itu seperti bukan diriku. Sekarang aku harus merasakan dampak perbuatanku yang liar itu. Sebuah pertanyaan besar kembali menghampiri otakku.

Siapakah orang itu?

Pria itu, samar-samar aku ingat otot keras tubuhnya ketika bersentuhan dengan kulitku. Begitu kekar dan keras, aku yakin dia mendapatkannya dengan olah raga teratur. Aku rasa dia seorang pria yang sangat tinggi, setidaknya tingginya mencapai seratus delapan puluh centimeter.

Ya, dugaan jika dia pria yang tinggi karena aku merasakan kakinya yang panjang menekan kakiku dan melebarkannya. Membuatnya lebih mudah memasuki diriku.

Ku rasa dugaanku benar sayangnya hal itu menimbulkan rasa penasaran yang lain. Ini tentang pekerjaannya. Bayangan pria berotot yang sering berolah raga membawa imajinasi ku kepada profesi yang membutuhkan tenaga untuk bekerja. Tentu saja hal tersebut dalam hal negatif. Tidak mungkin seseorang yang memiliki pekerjaan positif melakukan penculikan. Itu dugaan ku.

Apakah dia penjahat yang melarikan diri dari penjara berpengaman maksimum, seorang mafia atau entahlah. Yang pasti dia adalah pria tinggi berotot dan memiliki aset pria yang besar. Dan dinegara ini sangat sedikit pria yang ingin melatih ototnya hanya demi menjaga kesehatan.

Oh sial, apa yang terjadi pada otakku. Seharusnya dalam posisi seperti ini aku menangis dan terisak karena kehilangan keperawanan yang aku jaga. Aku juga seharusnya merasa khawatir terhadap pria berotot baru saja memperkosaku.

Ya, benar. Aku akan melakukannya jika saja aku tidak menikmati aktivitas itu. Aku akan menjerit frustrasi seperti duniaku telah runtuh. Sayangnya aku bukan orang munafik, terutama di negara bebas seperti ini. Aku bahkan bisa mengatakan jika pengalaman pertama yang ia paksakan padaku adalah pengalaman luar biasa yang tidak mungkin aku lupakan seumur hidup.

Lalu bagaimana aku harus membenci milik pria itu yang aku tau sangat besar. Ya besar, aku bisa membandingkan jika miliknya sebesar tongkat bisbol. Banyak pria yang pasti akan iri dengan ukurannya, dan aku tau jika seorang wanita merasakannya maka setiap malam mereka akan memimpikan milik pria itu. Bahkan memohon padanya untuk merasakan kembali milik penculik itu.

Banyak yang akan menganggap jika aku gila. Tapi aku mengatakannya karena aku sudah merasakan kinerja tongkat besar itu. Setiap pujian yang aku ucapkan tidak ada yang dilebihkan-lebihkan. Semoga saja aku tidak kecanduan.

Trik

Hm? Lampu ruangan menyala, meski tidak terlalu terang ini cukup untuk melihat kamar yang aku tempati. Setidaknya tidak ada penutup mata yang membuatku dalam kegelapan. Mungkin ini kebaikan kecil yang ia miliki. Setidaknya dia tidak memaksaku memuaskan tongkat besarnya setiap detik.

Aku mengamati sekeliling ruangan ini. Ternyata aku berada dalam sebuah kamar yang mirip dengan sel penjara. Semua serba abu-abu. Ini menyakitkan indra penglihatan ku.

Yang cukup mencurigakan, aku tidak merasakan hawa dingin atau panas. Rasanya seperti ada yang mengatur ruangan ini agar bersuhu stabil. Tidak ada cermin, tidak ada jendela atau barang - barang lainnya. Hanya ada aku dan ranjang tempatku berbaring saat ini. Apakah orang ini sengaja mengatur ruangan ini seperti itu?

"Halo... Apa ada orang?! "

"Halo...? "

Aku tidak tahan dengan keheningan ini. Ruangan ini seolah mengasingkan diriku dari dunia luar. Seolah aku berada di dunia yang benar-benar terpisah dari dunia luar. Bahkan saat ini aku merasa asing dengan tubuhku. Mereka seolah mati rasa karena tidak mendapatkan rangsangan sensorik.

Satu-satunya yang kurasakan hanya rasa sakit di pangkalan paha karena aktivitas lainnya. Selain itu aku tidak bisa merasakan apapun apapun.

"Siapapun jawablah aku! "

"Aku tau kau mendengarku... Tolong ucapkan sesuatu. "

"Hei, aku yakin kau tidak tuli. Jadi jawab sapaanku sialan. Ini tidak lucu sama sekali! "Aku terus berteriak, setidaknya ini bisa mengisi kekosongan yang ingin ku hilangkan. 

"Baiklah, jika kau tidak mau menjawab. Setidaknya nyalakan lampunya agar lebih terang lagi. Ini menyiksa dan sangat tidak lucu menyiksa orang seperti ini. "

Orang itu masih tidak menjawab pertanyaanku. Aku mulai marah dan mengumpat. 

"Hei, yang kau tahan di sini manusia. Tunjukkan rasa kemanusiaanmu pada orang yang kau tiduri secara paksa. Aku yakin kau memberikan obat padaku. Jangan bilang kau begitu rendah diri sehingga tidak berani menampakkan wajahmu." 

Aku melanjutkan ocehanku. Aku tidak perduli jika pita suaraku putus. Aku hanya ingin melampiaskan kekesalanku karena diperlakukan tidak adil. 

"Jika kau seseorang yang membutuhkan pertolongan maka aku bersedia menolongmu. Setidaknya kita bisa bicara dan aku akan membantumu mencari psikolog yang baik. "

"Merasa rendah diri lalu menculik seseorang bukanlah penyelesaian masalah. Datanglah dan aku akan membantumu. "

Menawarkan pertolongan pada penculik adalah hal bodoh yang pernah dilakukan oleh korban penculikan. Dan aku sekarang melakukan hal bodoh tersebut. Siapa tahu penculikku itu tertarik dan aku bisa bebas dari sini. 

Oleh karena itu aku harus terus mengoceh, jika terus berdiam diri bisa jadi otakku yang waras ikut miring seperti penculikku. Bisa disimpulkan jika penculik seseorang yang mempunyai kelainan. Bukan seorang psikopat hanya kelainan, dia tidak menyiksaku dan mengklaim jika penyiksaan itu seni. Dia belum melakukan hal aneh yang menyangkut kekerasan fisik,tidak memotong tubuhku perlahan lalu menikmati aroma darah seolah itu candu.

Disini jangan memasukkan pelecehan seksual dalam kriteria kekerasan fisik yang aku maksudkan. Mungkin ia melakukan eksploitasi terhadap tubuh ku tapi aku tidak memasukkan dalam kriteria kekerasan fisik karena aku tidak terluka, berdarah atau mengalami memar. Setidaknya itu perbedaan kelainan dan psikopat yang bisa aku definisikan dengan sembrono.

Lupakan itu, sekarang aku merasa sangat frustrasi karena merasakan kehampaan yang luar biasa. Aku merindukan sebuah sentuhan, rangsangan atau apapun yang bisa membuat ku merasakan sesuatu. Bahkan sekarang ini aku bisa mendengar ocehan janji dari mantan ku yang penuh dengan omong kosong. Atau makian para wanita yang ditolak seorang pria karena tertarik padaku.

Cekrek.

Tap tap tap

Klik

"Ah! "

Lampu tiba-tiba padam, kemudian aku melihat cahaya lilin yang kecil dan seseorang membawanya menuju ke arahku.

Sepertinya tangan yang satu membawa sesuatu.

Makanan?

Dia membawa makanan. Aku bisa mencium aroma lezat dari sini.

Tap tap tap

Dia semakin dekat, sayangnya aku hanya bisa melihat siluet pria ini karena cahaya dari lilin itu begitu kecil.

Tap

Akhirnya ia berhenti dan duduk disampingku.

"Kau lapar? "

Eh? Dari seribu pertayaan, yang ia ucapkan adalah bertanya apakah aku lapar?

"Iya a -aku lapar. " jawabku gugup. Baru kusadari jika aku merasa lapar. Dan ruangan aneh ini penyebabnya.

"Kau ingin makan? "

Pertanyaan konyol. Bukankah sudah ku bilang jika aku lapar, bahkan aku rela memakan buaya mati saat ini.

"Iya, " jawabku dingin.

"Jika kau menginginkan makanan di tanganku, kau harus mengikuti aturannya, " ucapnya masih dengan suara dalam dan seksi.

Glek

Aku merasakan firasat buruk mendengar ucapannya tadi. Apakah aku salah saat menilai dia bukan psikopat? Jujur aku merasa takut sekarang, tubuhku tanpa kusadari gemetar karena bayangan kekerasan yang berseliweran di otakku.

Dan karena ketegangan saat ini aku lupa jika tadinya aku berteriak untuk memprovokasi dirinya. 

Apakah game yang dia inginkan termasuk salah satu caranya untuk menghukumku? 

Cerry Pov end. 

Penculik Pov. 

Sedari tadi aku melihatnya dari layar monitor saat dia terus mengoceh untuk memprovokasiku. Aku hanya tersenyum menanggapi ocehannya yang kebanyakan mengira aku orang yang rendah diri. 

Ku rasa dia akan terkejut jika melihat siapa aku sebenarnya. Karena aku sama sekali bukan orang yang rendah diri. Aku hanya orang yang tidak mampu mempercayai orang lain. Karena itulah aku menerapkan metode ini agar dia seratus persen dalam kendaliku. 

Kini saatnya bermain-main dengan gadis cantikku ini. Dia pasti merasa haus dan lapar setelah berteriak tanpa henti hanya agar aku menemuinya. Ini pasti menarik dan aku yakin dia tidak bisa berbuat apapun karena aku yang memegang faktor penting kebutuhan manusia, makanan dan minuman. 

Baiklah sayang waktunya kita bermain-main. Aku ingin sekali melihat ekspresi menggemaskan dirimu saat tau permainan ini. 

Tbc


Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status