Share

2. Perpisahan tak terduga

Pada dini hari Senin, Vanilla terus melongok ke kamar depannya melalui jendela yang tertutup tirai. Dia terus-menerus memeriksa untuk memastikan apakah Ravi sudah kembali atau belum. Rindunya pada Ravi sangat mendalam.

Dalam hubungan istimewa yang telah berlangsung selama dua setengah bulan ini, Vanilla berhasil mengenal arti cinta dari seorang pria selain dari ayahnya.

Melalui ponselnya, Vanilla mengirim pesan kepada Ravi untuk menanyakan kapan dia akan pulang. Tak lama kemudian, Ravi membalas bahwa ia akan pulang hari itu juga. Dia mengatakan bahwa meskipun agak telat, ia akan segera berangkat ke sekolah.

Ravi memberinya pesan untuk langsung berangkat tanpa terlalu memperdulikannya. Vanilla merasa heran mengapa Ravi tidak pulang pada hari Minggu agar tidak terlambat pada hari Senin. Namun, dia menyadari bahwa itu bukanlah urusannya untuk mengetahui masalah apa yang sedang dihadapi Ravi di Busan.

***

"Vanilla, istirahat ke atap ya," ujar Ravi ketika bel masuk berbunyi. Vanilla, yang sedang asyik mengobrol dengan sahabatnya, sangat bersyukur bahwa Ravi tidak terlambat, meskipun dia berangkat dari Busan.

*Triiing* Bel istirahat telah berbunyi.

Setelah guru mata pelajaran meninggalkan kelas, Vanilla segera berbalik ke arah belakang untuk memastikan bahwa mereka akan pergi ke atap. Namun, Ravi mengatakan bahwa hal itu dibatalkan dan bisa dibicarakan lain kali saja. Mendengar hal itu, Vanilla hanya mengangguk setuju.

Untuk saat ini, Ravi merasa perlu untuk berpikir. Dia menyadari bahwa mengungkapkan hal tersebut sekarang akan terlalu dini secara mental. Setelah mereka baru saja bertemu, Ravi merasa bahwa tidak pantas untuk segera membicarakan hal tersebut.

Ravi memikirkan bahwa setidaknya ia harus memberikan quality time terakhir untuk Vanilla sebelum mereka berpisah. Mungkin itulah yang seharusnya dilakukannya.

***

Akhirnya, hari Sabtu tiba. Ada yang berbeda kali ini, Ravi membawa mobil untuk kencan mereka. Beberapa waktu sebelumnya, Ravi telah bertanya kepada Vanilla tentang tempat mana yang ingin dia kunjungi untuk kencan akhir pekan mereka.

Dengan semangat, Vanilla menunjukkan lokasi di ponselnya. Dia sangat ingin pergi ke kafe mewah yang khusus menyajikan dessert, meskipun letaknya agak jauh. Jarak antara titik awal dan kafe tersebut sekitar 11 kilometer.

Ravi tersenyum melihat Vanilla yang begitu ceria saat menyetujui tempat tersebut. Dia berharap quality time yang dia berikan setidaknya dapat membuat Vanilla bahagia.

***

"Vanilla, ada yang ingin aku bicarakan," kata Ravi, memecah keheningan.

Vanilla sedang menikmati rainbow layer cake di piringnya. Dia menatap Ravi tanpa curiga.

"Ayo akhiri hubungan kita," lanjutnya.

Garpu Vanilla terhenti. Dia menatap mata Ravi sekali lagi, memastikan kebenaran dari apa yang baru saja didengarnya.

"Apa?" jawab Vanilla.

Sambil menghela napas, Ravi mencoba menjelaskan, "Aku punya alasan. Tapi, aku harap kita berdua sudah cukup dewasa untuk menghadapi hal yang seperti ini."

Vanilla menatap Ravi dengan tidak percaya. Namun, ekspresi serius di wajah lawan bicaranya menunjukkan bahwa ini adalah keputusan yang sungguh-serius. Vanilla tidak pernah membayangkan bahwa hari yang ia anggap istimewa itu akan menjadi akhir dari hubungan mereka.

"Aku dijodohkan oleh orang tuaku," jawab Ravi.

"Sejujurnya... Orang tuaku baru ditanggung jawabkan untuk mengelola sebuah perusahaan. Perusahaan itu akan diakuisisi dengan jaminan bersyarat," tambahnya.

Mendengar penjelasan itu, Vanilla memahami kemana arah pembicaraan itu menuju. Dia tidak pernah menyangka bahwa dia akan menghadapi situasi seperti ini.

"Aku tidak mau mengecewakan orang tuaku. Aku akan bertunangan dengan anak dari pemimpin perusahaannya. Sebelum hubungan kita terlalu jauh, aku ingin segera melepas hubungan kita sebelum terlambat," jelas Ravi.

"Aku harap kita berdua juga masih bisa menjadi teman yang baik," tambahnya.

Vanilla tentu saja merasa sulit mempercayainya. Namun, sebagai seseorang yang selalu mempercayai Ravi, ia memilih untuk tidak bereaksi berlebihan. Vanilla teringat akan definisi dewasa yang telah dijelaskan oleh Ravi sebelumnya. Dia takut dianggap tidak dewasa oleh pria di depannya itu.

"Jika Tuhan memang menakdirkan kita tetap bersama, kita pasti dipertemukan kembali," tambah Ravi lagi.

Ravi segera membayar bill pesanan. Dia berpamitan dan mengucapkan terima kasih atas kebahagiaan yang pernah diberikan Vanilla. Hal ini ia lakukan selagi keduanya masih sangat muda. Ravi berharap Vanilla dapat merelakannya dan menemukan orang yang tepat selain dirinya.

Vanilla melihat jam di ponselnya yang masih menunjukkan pukul 2 siang. Meskipun baterai ponselnya hanya tersisa 22%, waktu masih terlalu siang untuk pulang.

Semua kenangan bersama Ravi terus berputar di pikirannya seperti pita kaset yang rusak. Kenyataan pahit yang baru saja diucapkan oleh Ravi membuatnya ingin memperpanjang waktu di sini untuk menerima semua yang baru saja terjadi.

Biasanya, setiap kali mereka berkencan pada hari Sabtu dan Minggu, mereka selalu totalitas menikmati waktu istirahat dari tugas sekolah. Mereka biasanya kembali pulang sekitar pukul 7 hingga 8 malam.

Sekarang, Vanilla harus mengubur kenangan-kenangan indah itu dalam-dalam untuk mencapai definisi "dewasa" yang disebutkan oleh Ravi.

Mengapa Vanilla tidak meminta penjelasan lebih lanjut? Mengapa Vanilla tidak menunjukkan ketidaksetujuannya dan meminta Ravi untuk memohon kepada orang tuanya?

Kekurangan yang dimiliki oleh keduanya adalah kecenderungan untuk selalu mengiyakan (yes man dan yes girl). Mereka merasa tidak nyaman jika harus menolak sesuatu. Tanpa harus ditanyakan, Vanilla sudah cukup paham apa yang akan menjadi jawaban dari Ravi.

Dia memahami alasan di balik keputusan Ravi untuk menerima keinginan orang tuanya. Dia menyadari bahwa menolak hanya karena alasan pribadi dapat memperumit urusan bisnis keluarganya. Cintanya terhadap Ravi juga menjadi alasan mengapa dia menerima situasi ini.

Vanilla tidak ingin membuat Ravi merasa kecewa. Menolak akan membuatnya terlihat tidak dewasa. Dia juga tidak ingin menjadi orang ketiga dalam pernikahan yang akan dijalani Ravi. Vanilla tidak ingin berada dalam posisi seperti itu.

***

Setelah menenangkan diri, Vanilla tidak menyadari berapa lama dia terdiam. Dia mencoba membuka layar kunci ponselnya, namun ia baru menyadari bahwa baterainya sudah habis. Vanilla bertanya kepada pelayan di kafe tentang jam berapa saat ini. Ternyata sudah pukul 9 malam.

Baru saja teringat bahwa dia harus pulang dengan bus, Vanilla segera bergegas menuju halte. Lokasinya cukup jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki.

Malam semakin gelap dan jalanan menjadi sepi. Dalam kegelapan itu, Vanilla hanya bisa berharap agar bus terakhir segera datang. Dia menyesali kecerobohannya karena memilih kafe yang cukup jauh dari pusat kota.

Sedikit kendaraan melintasi jalan. Kebanyakan dari mereka tampak akan melakukan perjalanan jauh dari satu kota ke kota lainnya. Sekarang, Vanilla menyesali lagi karena tidak mengisi daya ponselnya sebelum berangkat.

Dia sama sekali tidak menyadari bahwa sesuatu yang buruk seperti ini bisa terjadi.

***

Ravi sekarang tinggal di apartemen barunya. Lokasinya agak lebih jauh dari sekolah dibandingkan dengan apartemennya sebelumnya. Apartemen itu dibeli oleh ibunya untuk memudahkan urusannya setelah menikahi gadis bernama Cerise Park, mengingat Ravi belum lulus SMA.

Tanggal pernikahan sebenarnya belum diputuskan, tetapi tanggal pertunangan mereka sudah ditetapkan dalam waktu dekat. Ravi menyerahkan penentuan tanggal pernikahannya kepada orang tuanya dan orang tua Cerise.

(Bersambung)

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status