Share

Please Let Me
Please Let Me
Penulis: Porcelain Doll

1. Manis seperti Vanilla

Vanilla Kim, seorang murid dari sekolah menengah atas yang tergolong semi-elit, SMA Hamyulyang di Korea Selatan. Secara fisik, dia memiliki tinggi yang tidak terlalu tinggi dan tubuh yang sedikit berisi. Dengan gaya rambut sebahu dan poni depan, teman-temannya setuju bahwa dia memiliki penampilan yang manis seperti anak kecil.

Vanilla adalah satu-satunya anak dalam keluarga yang cukup mapan karena kedua orang tuanya berbisnis di bidang furniture. Dia dibesarkan dalam lingkungan yang sangat protektif, yang membuatnya menjadi gadis yang pintar namun juga cenderung takut untuk mencoba hal-hal baru dalam hidupnya.

***

Setiap hari, Vanilla pergi ke sekolah seperti biasa, menggunakan bus karena jarak antara rumah dan sekolah cukup jauh. Kembali lagi, kecenderungan orang tuanya yang overprotektif menjadi alasan mengapa ia tidak diperbolehkan menggunakan kendaraan pribadi.

Setelah memasuki kelas 2 SMA, Vanilla menyadari bahwa jarak antara rumah dan sekolahnya mulai mengganggu kegiatan sekolahnya. Terutama setelah pulang dari sekolah pada jam 5 sore, kadang-kadang ia harus mengikuti kelas tambahan hingga larut malam.

Vanilla kemudian meminta izin untuk pulang lebih awal agar tidak ketinggalan bus. Selain itu, dia selalu naik bus sendirian karena tidak ada teman yang tinggal di arah yang sama dengan rumahnya. Keadaan ini menyebabkan Vanilla merasa sangat lelah dengan rutinitasnya.

Dengan kesibukan baru yang dia alami di kelas 2 SMA, Vanilla mulai memikirkan kemungkinan untuk tinggal di indekos agar bisa belajar dengan lebih efektif. Dia merasa bahwa ini juga akan membantunya untuk menjadi lebih mandiri.

Vanilla yakin bahwa usahanya keras selama masa sekolah akan membawa hasil yang baik di masa dewasa. Oleh karena itu, dia berharap orang tuanya dapat memberikan izin kepadanya untuk tinggal di kos yang terdekat dengan sekolah agar dapat belajar dengan lebih lancar.

***

Akhirnya! Vanilla sangat terkejut karena permohonannya dikabulkan oleh kedua orang tuanya yang sangat protektif. Alasan logis yang telah dia sampaikan berkali-kali ternyata berhasil membuat orang tuanya percaya padanya.

Kini, Vanilla telah resmi menetap di apartemen ini. Meskipun kamar yang dia tempati kecil, namun baik lorong maupun isinya sangat bersih. Dia telah melengkapi kamarnya dengan perlengkapan standar indekos, termasuk lemari, meja belajar, dan bahkan televisi.

Ini seperti memiliki kamar sendiri di rumahnya, hanya saja dalam ukuran yang lebih kecil. Itulah yang membuat kedua orang tuanya yakin bahwa Vanilla akan merasa nyaman dan aman di sini.

Dengan keputusan yang diambil oleh Vanilla, kedua orang tuanya juga menyadari bahwa dia telah tumbuh dewasa. Mereka melihat bahwa anak kesayangan mereka mulai melangkah menuju masa depan yang cerah dengan mantap.

Mereka mengingat janji Vanilla untuk belajar dengan sungguh-sungguh hingga kelulusan nanti. Itu merupakan awal yang bagus, bukan?

***

Hari ini adalah hari pertama Vanilla berangkat dari apartemennya. Seperti yang dia antisipasi, semuanya terasa jauh lebih mudah. Dia tidak perlu bersusah payah bersiap-siap dari rumahnya yang jauh.

Perjalanan dari apartemen ke sekolahnya hanya memakan waktu sekitar 15 menit dengan berjalan kaki. Jika dibandingkan dengan perjalanan dari rumahnya, waktu tempuhnya bisa lebih dari satu jam.

Setelah menjalani rutinitas sekolah dengan tinggal di apartemen, Vanilla baru sadar bahwa teman sekelasnya, Ravi Nam, juga tinggal di apartemen yang sama dengan kamar yang berseberangan.

Awalnya, Vanilla bahkan tidak menyadari keberadaan Ravi. Di sekolah, dia biasanya menghabiskan waktu dengan dua sahabatnya, Sierra dan Avery.

Mereka bertiga sangat erat namun memiliki sifat kekanak-kanakan. Topik tentang percintaan jarang sekali mereka bicarakan. Mereka bertiga lebih fokus pada belajar dan bersenang-senang saat waktu luang.

Setelah mengetahui bahwa Ravi adalah tetangga sebelahnya, Vanilla sering kali meminta bantuan kecil seperti mengangkat galon, memperbaiki barang rusak, atau membantunya menginstal software untuk tugas hingga game.

Vanilla tidak menyangka bahwa Ravi begitu banyak membantunya. Tidak mengherankan bahwa perasaannya mulai tumbuh untuk pria itu. Topik pembicaraan mereka selalu cocok dan membuat mereka semakin nyaman satu sama lain. Tidak heran jika perasaan cinta mulai tumbuh di antara keduanya.

Sebelum Vanilla tertarik pada orang lain, Ravi dengan cepat mengungkapkan perasaannya. Tak berapa lama kemudian, Vanilla menerima pernyataan tersebut.

***

Di tengah semester pertama, SMA Hamyulyang mengadakan study tour yang diakhiri dengan perjalanan rekreasi. Mereka menginap di sebuah vila megah yang terletak di dekat pantai.

Setelah acara utama yang diselenggarakan oleh sekolah selesai, para guru mengajak para siswa untuk menikmati acara lampion yang diadakan di tepi pantai.

Melihat lampion-lampion yang melayang-layang, Vanilla terpesona oleh keindahan yang mirip dengan kunang-kunang. Dia merasa sangat bahagia. Kehadiran Ravi yang selalu menemaninya selama perjalanan membuat kebahagiannya semakin lengkap.

Saat ini, mereka duduk bersandar sambil menikmati angin malam yang sejuk. Teman-teman lainnya juga bergembira dengan bermain kembang api. Mereka semua juga mengabadikan kesenangan itu dengan berfoto-foto bersama-sama.

Setiap wajah di tempat itu tercermin senyum. Tidak ada yang terkecuali.

***

Setelah kembali dari study tour, Ravi memberi tahu Vanilla bahwa ia akan pulang sebentar ke kampung halamannya di Busan. Dia memberitahu kekasihnya itu dengan pesan agar jangan terlalu khawatir tentangnya.

Sebelum berangkat ke Busan, Ravi menyempatkan diri untuk berpamitan dengan Vanilla. Dia mengelus pipinya dan memberikan ciuman singkat di keningnya. Meskipun Vanilla masih mengantuk, dia memberikan pelukan hangat dan meminta Ravi untuk segera pulang.

Melihat gestur manis tersebut, Ravi merasa sangat beruntung memiliki kekasih yang begitu manis. Setelah itu, meskipun belum mengetahui alasan sebenarnya mengapa orang tuanya memintanya pulang, Ravi segera berangkat.

***

Dua hari telah berlalu sejak Ravi kembali dari Busan. Saat ini, dia berniat untuk menyampaikan sesuatu yang penting. Memang, hal penting itulah yang membuatnya harus pulang dan berdiskusi dengan orang tuanya.

Tetapi, Ravi merasa bingung tentang bagaimana cara menyampaikannya. Dia tidak ingin menyakitinya karena keputusan ini pasti akan sangat memberatkan Vanilla sebagai kekasihnya. Pikirannya terus menerka-nerka bagaimana reaksi Vanilla nanti ketika dia mengungkapkan hal tersebut.

Ravi sangat mengagumi kedua orang tuanya. Mereka adalah politikus yang dermawan dan menjadi sumber inspirasinya. Didikan dari kedua orang tuanya telah membentuknya menjadi individu yang unggul baik dalam hal akademis maupun di luar akademis.

Jika diminta untuk memilih antara kekasihnya dan orang tuanya, Ravi merasa sangat bingung. Orang tuanya selalu ada di sisinya dan telah berjuang keras mendidiknya hingga saat ini. Di sisi lain, meskipun ia mencintai kekasihnya, belum tentu gadis itu akan menjadi istrinya di masa depan.

Untuk mengakhiri hubungan dengan Vanilla, Ravi menyadari bahwa dia harus mempersiapkan segalanya dengan matang agar tidak menyakiti perasaannya. Dia berharap bahwa reaksi Vanilla tidak akan membuatnya semakin berat hati atas keputusan yang akan diambilnya saat ini.

Ravi tidak ingin cintanya terhadap seseorang membuatnya kehilangan pandangan terhadap kepentingan keluarganya yang sangat ia cintai. Saat ini, dia berharap Vanilla dapat memahami dan menghargai keputusan yang akan diambilnya.

Ravi merasa bahwa mengatasi perasaan sayangnya adalah sesuatu yang bisa diatasi nanti. Dia siap untuk menghadapinya dengan sabar dan yakin bahwa hal ini bisa diselesaikan.

(Bersambung)

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status