Share

Chapter 5

''Ya Tuhan... Kumohon pertolongan-Mu, tolong selamatkanlah Mommy..." Marren mulai menitikkan air mata.

Sekuat apa pun dia jika sesuatu menimpa Mommy-nya, ia akan hancur berkeping-keping.

Segala yang ia lakukan demi kebahagiaan Mommy-nya yang kini sakit-sakitan akibat jantung lemah sejak kepergian Daddy Marren yang mengalami sebuah kecelakaan pesawat dalam perjalanan bisnis bersama Kakeknya, serasa tak ada artinya jika ia tak bisa menjaga Mommy-nya dengan benar.

Dan kini Mommy-nya berada dalam bahaya di tangan seorang penculik atau bahkan lebih dari satu orang.

''Tidak! tidak ada waktu untuk menangis! Aku harus kuat demi Mommy, apa pun yang terjadi. Aku harus bisa menyelamatkan Mommy!" Sumpah Marren kepda dirinya sendiri.

Gadis itu berlari ke gerbang utama rumah susun dan berdiri menunggu dengan tenang.

Benar saja, tak berapa lama kemudian sebuah mobil mewah berwarna hitam mengkilap memasuki jalanan rumah susun sederhana yang mengesankan pemandangan yang sangat kontras untuk di pandang mata dengan hadirnya mobil mewah itu.

Marren menahan napasnya, melihat seseorang dengan jas dan berkacamata hitam turun dari sebelah bangku sopir.

Pria berbadan tinggi tegap itu tanpa suara membukakan pintu penumpang dan mempersilakan Marren untuk memasuki mobil. Bergegas Marren memasuki mobil dan duduk diam.

Setelah Pria itu menutup pintu mobil, ia kembali duduk di sebelah sopir yang hanya tetap diam. Mereka berpakaian sama persis, hampir terlihat kembar karena bentuk fisik dan rambut mereka pun sama.

Marren mencoba mengacuhkan hal itu, tetapi dengan memperhatikan ciri-ciri para pelaku ia berharap akan menemukan petunjuk walau sekecil apa pun mengenai dalang dibalik penculikan Mommy-nya.

Marren mengira-ngira dalam ingatannya, menelisik masa lalu hidup mereka dulu saat ia dan Mommy-nya yang terusir dari rumah mereka karena tiba-tiba ada sekelompok orang yang datang ke rumah dan menyatakan daddy-nya Marren berhutang sangat besar kepada sebuah perusahaan.

Mereka bukan saja menginginkan rumah dan seisinya, namun mereka juga menginginkan Marren yang saat itu masih memasuki usia pra remaja.

Bertahun-tahun ia harus hidup berpindah-pindah tempat tinggal untuk menghilangkan jejak dan bersembunyi. Dan kini Mommy-nya tertangkap.

Marren tak bisa tinggal diam, kini ia harus melindungi Sang Mommy. Semangat dalam hatinya begitu membara bercampur aduk dengan emosi, amarah dan kebingungan.

Akibatnya tanpa sadar ia menghela napas dengan kasar berkali-kali. Hingga salah seorang Pria yang duduk di bangku depan berdeham yang membuat Marren terlonjak kaget.

Sepanjang jalan Marren larut dalam kenangan masa lalunya, bayangan sosok Daddy dan Kakeknya yang mulai pudar perlahan kembali terlihat jelas. Betapa mereka begitu mencintainya.

Semua terlihat sangat sempurna dan indah hingga kecelakaan yang merenggut daddy dan kakeknya, sekaligus kebahagiaannya.

Kini sedikit kebahagiaan yang berhasil direngkuhnya dengan susah payah kembali akan terlenggut oleh sebuah tangan raksasa. Marren mencoba menahan degup jantungnya yang tak karuan, membayangkan apa yang akan ia hadapi.

la tahu ia akan berhadapan dengan seorang Penguasa. Walaupun begitu tekadnya sudah bulat, ia akan menyelamatkan Sang Mommy apa pun tebusannya.

Gadis itu menahan gelisah, sambil sesekali melirik ke arah depan mobil. Dan tanpa terasa mobil memasuki pekarangan sebuah kebun besar nan rimbun mirip seperti hutan kecil di pinggiran kota yang menutupi sebuah bangunan megah yang tersembunyi di tengahnya.

Marren mengernyitkan wajahnya, ia benar-benar tak menyadari karena terlalu larut dalam pikirannya yang berkecamuk. Gadis itu celingukan mencoba mencari petunjuk, dan ia sangat menyesal karena tak memperhatikan petunjuk arah di sepanjang jalan yang telah mereka lewati.

Mobil berhenti di sebuah bangunan yang lebih kecil dari bangunan utama yang terhubung dengan sebuah jalan setapak dan sebuah taman yang diterangi lampu yang terlihat indah dan remang-remang.

Akan tetapi segala keindahan itu tak terlihat di mata Marren yang tertutup oleh rasa panik dan kekhawatiran tentang peristiwa yang sedang dihadapinya.

Setelah turun dari mobil, Marren berjalan dengan diapit oleh kedua pria itu. Malam semakin larut membuat hawa dingin menyeruak di sekitar tempat itu, serta suara gesekan pepohonan mengakibatkan gemeresik dedaunan yang lembut terdengar sangat ramai di telinga Marren yang menahan ketegangan batin.

Gadis itu agak terlonjak, namun ia segera menguasai dirinya saat Pria di sebelah kanannya menegurnya.

"Anda baik-baik saja, Nona?" Sebuah pertanyaan yang aneh dan tak pada tempatnya melihat kondisi Marren saat itu.

Marren mengernyit masam tanpa menjawab, membuat Pria itu canggung dan berdehem.

"Yang benar saja! Bagaimana mungkin Saya baik-baik saja dalam keadaan seperti ini!" Akhirnya Marren membuka suara dengan kesal.

"Lagi pula, kenapa harus menculik Mommy? Kalau memang ini masalah hutang Daddy dulu, kenapa harus dengan cara seperti ini?" lanjutnya sambil tetap mengikuti kedua pria itu memasuki sebuah rumah yang dipenuhi dengan perabotan barang-barang antik.

Marren terdiam dan memperhatikan ke sekeliling ruangan itu. Ada desiran aneh dalam dirinya, akan tetapi ia tak bisa mengingatnya dengan jelas.

Lalu seorang pria yang bertampang kaku mempersilakan Marren untuk duduk di sebuah meja tulis yang ada di salah satu sudut kamar itu.

Tidak berapa lama kemudian, seseorang memasuki ruangan itu membawa sebuah map mewah dan diserahkan kepada Marren. Marren memperkirakan pria itu berumur akhir tiga puluhan, namun ia tak yakin karena tampang kaku laki-laki itu menunjukkan keluwesan sekaligus wibawa orang yang berumur atas empat puluhan.

"Selamat malam, Nona Marren, perkenalkan nama saya Felix, saya akan menjelaskan kenapa Anda dibawa kemari." Felix berdehem memperkenalkan diri dengan sopan.

Marren melongo bengong.

'Sejak kapan penculik sesopan ini? Apa ini jebakan? Tidak! Tidak! Aku harus tetap waspada! Aku tidak boleh lengah sedikit pun!' batin Marren kembali kepada kesadarannya akan sang Mommy yang masih belum diketahui keberadaannya.

"Ini ada beberapa dokumen yang harus Nona tanda-tangani. Semua tertera dalam dokumen ini, jadi mohon Anda membacanya dengan saksama terlebih dahulu sebelum membubuhkan tanda tangan Anda. Silakan Anda bertanya jika ada yang Nona ingin tanyakan, saya akan menunggu di sini."

Pria tersebut kembali berdeham dengan sopan setelah meletakkan map biru dan sebuah bolpoin mewah berwarna emas dengan logo sebuah perusahaan.

Marren menatap kedua benda itu dengan tatapan menyelidik, namun enggan buru-buru meraihnya.

"Bebaskan Mommy lebih dulu! Apa buktinya kalau Mommy baik-baik saja?" Marren mencoba bersiasat.

Pria itu tersenyum. "Anda harus menandatangani surat perjanjian menikah lebih dulu sebelum bertemu Ibu Anda Nona..."

"APA? MENIKAH?" jerit Marren terengah kepada Felix.

Pria itu mengangguk kaku dan menunjuk dengan seluruh jarinya sebuah dokumen yang ada dalam map mewah yang terletak di atas meja yang harus di tanda tangani Marren.

"Dengan siapa aku akan menikah? Ini benar-benar tak masuk akal!" protes Marren sambil meraih setumpuk dokumen itu untuk dibaca.

Merasa tak ada yang mau membuka mulut untuk menjawab, Marren menatap tiga Pria pengawal yang berdiri tersebar di ruangan itu bergantian lalu melemparkan map itu kembali sebelum membacanya.

"Aku menolak!" bantah Marren menahan kesal seolah menantang para pria yang berperawakan besar yang berdiri di hadapannya.

"Maaf Nona, Anda tak ada pilihan. lain," ucap Pria bertampang maskulin itu dengan sikap tegas, lalu mengeluarkan sebuah ponsel dari dalam saku jasnya dan memencet sebuah nomor telepon.

Kemudian ia memencet sebuah tombol dan memperdengarkan sebuah suara.

"Halo... Marren? Nak?"

"Mommy...? MOMMY! MOOMMYY? ΑΡΑ MOMMY BAIK-BAIK...." panggil Mareen berteriak panik.

Gadis itu mulai kalut, melihat pria itu langsung memutuskan sambungan telepon itu.

"SIALAN! BEBASKAN MOMMY! DASAR PENCULIK! KALAU SAMPAI TERJADI APA-APA PADA MOMMY, AWAS SAJA KALIAN!" raung Marren dengan dalam posisi yang bisa mengancam orang lain, namun keteguhan hatinya terlihat sangat kuat.

"Sebaiknya Anda segera menandatangani surat perjanjian itu, sebelum terjadi apa-apa pada Ibu Anda, Nona" tegur pria itu lebih terdengar seperti memohon daripada mengancam.

Sesaat Marren merasakan perbedaan itu, namun ia mengabaikannya karena kembali memikirkan Sang Mommy yang ada dalam kuasa mereka.

"Dasar pengecut! Kalian beramai-ramai melakukan cara licik hanya untuk menghadapi Saya! Siapa pun kalian, Saya tidak akan mengampuni kalian jika sedikit saja kalian menggores Mommy! Siapa pun bos kalian Saya tidak akan takut!" tantang Marren dengan nada suara yang dalam dan syarat akan emosi.

Sekujur tubuhnya gemetar karena menahan amarah yang tak bisa ia bendung lagi dan meraih map mewah itu dengan kasar. la mencoba menahan buliran air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya.

"Sebaiknya Anda baca baik-baik dulu, Nona..." sergah Felix saat melihat Marren dengan ceroboh membubuhkan tanda tangannya pada lembaran kertas-kertas dokumen itu tanpa membaca sedikit pun isinya.

Entah apa pun itu Marren sudah tidak memedulikannya lagi, yang ia pikirkan hanya keselamatan Sang Mommy dari tangan penculik itu.

"Sekarang di mana Mommy? Bebaskan Mommy! Saya sudah melakukan permintaan kalian, kan?" suara Marren terdengar melemah dan gemetar.

"Maaf, Nona, sesuai perintah, Anda harus menikahi... ekhem... harus menikah lebih dulu maka kami akan membebaskan Mommy Anda."

"Ck...!" decak Marren memasang wajah masam namun tak berdaya.

Felix mengambil map perjanjian yang telah ditandatangani oleh Marren dan memberikannya pada pria yang berdiri tak jauh di belakangnya dan Pria itu pun bergegas meninggalkan ruangan.

"Sekarang Nona ikut kami, kami akan membawa Nona ke ruangan yang disiapkan khusus untuk Nona."

"Siapa dia?"

"Maaf?"

"Siapa yang harus Saya nikahi?"

"Maaf Nona, namanya sudah tertera di dalam map tadi. Jadi..."

"Tinggal bilang saja apa susahnya sih. Aaaahh sudahlah! Siapa pun dia, Saya mau Mommy! Saya... Aahh..." Tiba-tiba Shakira terhuyung dan pandangannya jadi buram.

"Nona... Nona apa Anda baik-baik saja? NONAAAA....!" Marren jatuh pingsan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status