Share

Bab 3 - Terasa Berat

Kiara tengah belajar di meja belajarnya jika saja panggilan sang Mamah tak mengacaukan pikirannya. 

"Kiara sayang" wajah Rima muncul di pintu kamarnya membuat Kiara menghentikan gerak tangannya yang tengah menulis. 

"Iya Mah?" Kiara menoleh ke arah pintu memperhatikan bagaimana Mamahnya yang mendekat ke arahnya dengan senyum yang sudah Kiara tau apa artinya. 

"Kenapa belum siap sayang? Sebentar lagi Keith akan datang loh" 

Kiara kini sudah sepenuhnya menatap pada Mamahnya yang menarik satu kursi untuk duduk dekat Kiara.

"Mah, ini sangat mendadak, boleh Kiara menolak?" 

Rima mengusap rambut Kiara tanpa bisa memandang wajah serta kedua mata putrinya itu. "Mah! Kiara belum siap! Kiara tidak akan siap dengan apa yang akan Kiara jalani sebentar lagi!" Kiara menangkup tangan Mamahnya dan meletakannya di atas pangkuannya, meminta Rima untuk menatap kedua matanya. 

"Mah! Tolong Kiara batalkan rencana perjodohan ini, setidaknya beri ruang untuk Kiara bernapas, ini sangat mendadak dan terasa buru-buru Mah!" 

Rima hanya memandang Kiara tanpa ekspresi, wanita itu justru mengalihkan pandang tak mampu menatap putrinya yang sudah menangis di kursinya. 

"Kiara! Kami melakukan ini untuk kebaikanmu! Keith orang yang tepat untukmu" 

Kiara menutup wajahnya dan menggeleng, isak tangisnya kembali berderai keluar. "Kiara gak mau Mah! Kiara gak mau dijodohkan!" 

"Kiara!! Berhenti menangis dan jangan bersikap seperti anak kecil! Tolong Kiara bukan hanya kamu yang berada dalam kesulitan!" Rima terpaku akan ucapannya sendiri. 

Sementara Kiara menghentikan tangisnya dan menatap Mamahnya dengan raut bingung. "Maksud Mamah apa?" Kiara berkerut kening tak mengerti akan ucapan Mamahnya itu. "Kamu cepat siap, jangan membuat Keith menunggu" 

Rima terlihat menghindari Kiara, dan tak membiarkan Kiara mencari tau apa maksud ucapannya tadi karena kini Rima sudah meninggalkan Kiara sendiri di dalam kamarnya. 

Kiara membersit cairan yang keluar dari hidungnya dan menatap kosong pada pintu kamarnya yang sudah Mamahnya tutup barusan. 

Kiara sendiri juga tak berupaya mencari tau apa maksud perkataan Mamahnya tadi. 

***

Wajah Kiara terlihat pucat saat ini, terlebih ketika dia melihat sosok Keith yang sudah ada di ruang tamu rumahnya dan tengah menantinya untuk pergi bersama ke toko perhiasan untuk mencari cincin. 

Keduanya akan melangsungkan pertunangan yang akan terlaksana bulan depan, betapa cepat dan dadakannya hal yang membuat Kiara lemas serta bingung untuk menurutinya. 

Karena menolak, merengek dan memohon sudah Kiara lakukan kepada kedua orangtuanya namun tak satupun dari rengekan, dan permohonannya yang dikabulkan. 

Keith tersenyum manis saat melihat Kiara turun dari lantai atas rumahnya menuju ke arahnya dengan wajah pucat tanpa rona. 

"Itu dia Kiara, maaf ya Keith kamu jadi harus menunggu lama" 

Keith hanya tersenyum tipis dan menggeleng pelan "sama sekali tak menunggu lama Mah" Rima kemudian bangkit dari duduknya demi berjalan mendekat pada Kiara yang masih berdiri di atas tangga itu. 

"Ayo Kiara cepat!" tangan Kiara digenggam dan dibawa kepada Keith yang sudah bangkit berdiri menyambut Kiara dengan senyum mempesonanya yang biasanya mampu menaklukkan wanita, tap sepertinya senyum ini nampak tak mempan pada Kiara.  "Mah, aku pinjam Kiaranya ya?" Rima mengangguk kuat dan mengizinkan Keith membawa Kiara satu hari ini. "Silahkan Keith, tapi pulangnya jangan malam-malam ya. Besok Kiara masih sekolah" 

Keith tersenyum dan mengangguk, dia akan membawa Kiara pulang sebelum tengah malam. 

Layaknya Cinderella yang akan berubah, akan Keith antar pulang dengan selamat gadis di genggaman tangannya ini. 

***

"Kamu suka yang mana?" tanya Keith dengan pandangan mata yang meneliti setiap perhiasan di etalase kaca di depannya itu. 

Kiara yang sedari perjalanan mereka tak membuka suara kini harus terpaksa membuka suaranya karena pertanyaan Keith. 

"P-pak, saya tidak tau" bukan memilih, Kiara justru melayangkan kebingungannya, tubuh Kiara panas dingin dan dia sangat gugup berada di dekat Keith Wilson. 

"Kiara, jangan panggil aku Pak! Aku calon tunanganmu sekarang!" Keith menggenggam erat jemari Kiara dengan pandangan mata yang menghunus pada kedua mata Kiara nampak tajam, namun Keith menutupnya dengan senyum manis di bibir yang justru makin membuat Kiara ketakutan. 

"Pilih model yang kamu suka, aku akan menuruti semuanya" Keith mengusap punggung tangan Kiara di genggaman tangannya, sebelum dia berbicara pada pelayan toko untuk melayani Kiara dengan baik dan menuruti semua yang Kiara perintahkan. 

Kiara menatap banyak model cincin dari etalase kaca di depannya, ia memilih asal model yang ditunjuknya karena memang Kiara bingung dan kepalanya pusing. Ia ingin cepat pulang dan tidur di rumah. Mau menghilangkan pikiran beratnya yang beberapa hari ini seolah memaksa otaknya untuk menerima apa yang tengah terjadi di hidupnya. 

"Kamu yakin dengan pilihanmu itu?" sosok Keith yang muncul dari belakangnya dengan suara berbisik lirih di telinganya membuat tubuh Kiara menegang sejenak dan ia mengangguk kuat tak berani menatap pada sosok Keith. 

"Pilihanmu itu terlalu sederhana Kiara, permatanya sangat kecil, pilihlah lagi" Keith terlihat tidak setuju dengan cincin yang Kiara pilih karena memiliki bandul permata begitu kecil. 

Menurut Keith dia bisa membelikan Kiara cincin dengan berlian besar andai Kiara mau, tapi Keith mau Kiara memilih sendiri model cincin yang Kiara suka.

"Aku- Aku tidak tau, aku bingung" lirih Kiara yang kedua matanya mulai berkaca karena merasa begitu bingung untuk memilih model cincin yang disukanya. 

Tanpa terasa tetes air matanya justru turun yang membuat kening Keith berkerut tajam. "Hei ada apa? Kenapa menangis?" Keith memutar tubuh Kiara agar menatapnya, namun isakan Kiara justru mengalun makin kuat. 

Keith tak mengerti mengapa Kiara menangis, ia menatap pada pelayan toko yang menatap dia sama kagetnya akibat  tangis Kiara dan Keith juga tak bisa menyalahkan mereka yang kebingungan sama sepertinya. 

"Kiara ada apa?" Keith mengusap air mata Kiara dan mencoba berbicara halus pada Kiara yang sudah ia tau tengah dalam perasaan labil serta kekanak-kanakan. Inilah resikonya, namun Keith mengambil semua resiko tersebut demi bisa bersama Kiaranya. 

Karena tangis Kiara masih berderai hebat, Keith memilih menggendong Kiara dan dibawa keluar dari Mall untuk menuju ke mobilnya. 

***

Dengan perlahan Keith menurunkan Kiara untuk duduk di mobilnya, sebelum kemudian dirinya beranjak ke kursi kemudi. 

Tangis Kiara masih berderai meski tak sehebat tadi saat di toko perhiasan. Keith masih duduk diam menatap Kiara yang tengah membersihkan sisa air mata di pipi dan wajahnya. 

Gejolak hati Kiara tengah mendominasi dirinya hingga ia sulit mengontrol dirinya dalam emosinya. 

"Sudah selesai? Apa hatimu masih bersedih Kiara?" Keith bertanya dengan satu tangannya yang ia jangkau untuk mengusap wajah basah Kiara. 

Kiara hanya mampu mengangguk pelan dan mencoba mengusir tangan Keith yang masih ada di wajahnya, Kiara masih merasa tak nyaman bisa sedekat ini dengan orang yang ia anggap gurunya di sekolah. 

"Bisa beritahu aku apa yang terjadi?" Keith mencoba menahan kekesalannya karena Kiara menolaknya, dan bertanya dengan nada halus pada Kiara yang masih terisak sedih tanpa mau membuka bibirnya untuk berbicara padanya. 

"Kiara, kamu tau bukan jika ada seseorang yang bertanya kamu harus menjawabnya? Aku bertanya padamu, apa yang terjadi sampai kamu menangis?" 

Keith memaksa Kiara agar menatapnya dan betapa leganya saat Kiara sudah memberikan seluruh perhatiannya pada Keith. 

"Saya masih syok Pak ... Saya belum siap sama semua ini ... Boleh kita hentikan semua ini?" Jujur Kiara yang mengeluarkan semua isi hatinya tentang ketidak siapannya menjalani perjodohan ini. 

Keith terdiam sejenak. Hentikan? Keith tersenyum tipis, dia sudah menunggu cukup lama dan dengan mudahnya Kiara meminta ia untuk berhenti? Dan haruskah Keith mewujudkannya? 

Tentu jawabannya tidak. 

"Kiara kita sudah dijodohkan, kita tidak bisa menentang permintaan kedua orangtua kita" 

Kiara kembali menutup wajahnya saat air matanya kembali terurai sedih. 

"Memang apa yang kamu tangiskan? Apa kamu sangat tidak setuju berjodoh denganku? Apa kamu membenciku Kiara?" tanya Keith dengan nada terluka yang mampu membuat tangis Kiara terhenti diganti dengan perasaan bersalah mendengar nada penuh kesedihan dari ucapan Keith barusan. 

"Bukan begitu Pak ... Saya ... Saya hanya-" 

Keith mengangguk mengerti dan ia menarik tubuh Kiara untuk masuk ke dalam pelukannya, memeluk gadis itu erat hingga Kiara kembali menangis dalam pelukannya. 

"Aku tau masih sangat berat untukmu. Tapi aku mau kamu mencoba menerimanya Kiara, kita jalani ini berdua" Keith membelai lembut kepala Kiara membiarkan gadis itu menangis di dadanya dan membasahi kemejanya. 

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Dewi Vera
keith so sweet
goodnovel comment avatar
Kikiw
obses nih si Keith.. jarak umur ada 10 taon kali ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status