Bandara internasional Ngurah Rai, di sinilah Kiara berada. Dirinya baru saja landing bersama Keith yang kini tengah mengambil barang-barang mereka.
"Kita ke hotel dulu, makan dan istirahat sejenak sebelum mulai jalan-jalan. Aku akan mengabulkan semua keinginanmu mau kemanapun kamu pergi akan aku temani" ujar Keith setelah pria itu kembali ke sisinya.
"Boleh?" tanya Kiara kembali memastikan.
Keith yang memakai kacamata hitam demi menghalau sinar matahari yang menusuk matanya itu tersenyum dan mengangguk.
"Ya, apapun untukmu" ujarnya dan kemudian menggenggam tangan Kiara untuk dibawa ke arah taksi yang Keith pesan untuk membawanya ke hotel mereka.
Setibanya di hotel, Keith menyuruh satu pelayan hotel untuk membawa barang mereka ke kamar hotel karena dia dan Kiara pergi ke restoran hotel untuk mengisi perut.
Setelah mengisi perut, Keith mengajak Kiara untuk istirahat di kamar namun gadis itu tidak mau. Setelah mere
"Lo liat cewek yang duduk di sana?""Yang memakai gaun pendek berwarna putih dengan motif polkadot itu?"Pria yang berdiri di samping temannya itu menganggukkan kepalanya, menatap pada punggung Kiara yang duduk membelakanginya dan tengah memainkan pasir untu menutupi kaki telanjangnya."Senyumnya manis, dan gue rasa dia juga tertarik sama gue. Tadi saat kami berpas-pasan, dia senyum ke gue soalnya""Kalo gitu lo samperin, sekalian minta nomor"Temannya itu menyemangatinya dan membuat ia memiliki keberanian untuk mendekati Kiara. Dengan langkah percaya diri, pria yang memakai kaos serta celana pendeknya itu berjalan mendekati Kiara.Bahkan pria itu berkali-kai mengusap telapak tangannya yang berkeringat dan mengatur napasnya karena gugup melanda.Ketika ia ingin menyentuh pundak Kiara, sebuah suara dari arah belakangnya menghentikan niatannya dan gadis yang baru mau ia panggil itu menoleh ke asal suara.D
Saat pulang sekolah, Kiara hanya memberi pesan pada Keith bahwa ia akan pergi mengerjakan tugas kelompoknya dan akan pulang terlambat. Kiara tak menunggu jawaban Keith karena setelahnya ia mematikan ponselnya."Kita mau beli hadiah dimana?" tanya Kiara sembari membantu menarik motor Bima dari parkiran motor."Daerah Senayan gimana?"Kiara mengangguk "boleh, ayo!" Bima tersenyum dan mengambil satu helm di belakang joknya untuk dipakaikan ke kepala Kiara."Yuk naik!" Bima kemudian menyalakan mesin motornya dan kemudian Kiara duduk di belakang tubuh Bima. Keduanya pun meninggalkan parkiran sekolah, meninggalkan seseorang yang mengintai dari jauh apa yang keduanya lakukan.Tatapan tajam itu nampak menusuk sampai Kiara dan Bima yang mengendarai motor itu menghilang dari pandangannya.***Sudah dua jam semenjak Kiara dan Bima mengelilingi Plaza Senayan hanya untuk mencari hadiah untuk menyatak
Kiara menutup wajahnya dengan selimutnya, isakannya masih senantiasa keluar dan intinya pun terasa begitu ngilu serta sakit.Apa yang ditakutinya benar terjadi, Keith begitu kasar saat menyentuhnya hanya karena berpikir yang tidak-tidak saat ia dan Bima keluar tadi.Kiara sudah merintih dan memohon ampun, namun Keith seolah menutup telinganya dan tak mendengar ampunannya.Keith terus menyetubuhinya dengan kassar sampai membuat Kiara akirnya menangis kuat. Tak peduli jika kedua orangtuanya mendengar di sini ia yang tengah disetubuhi kasar oleh Keith karena nyatanya Kiara memang kesakitan.Keith sangat beringas dan setelah pria itu mencapai pelepasannya, Keith pergi ke kamar mandi dan sampai sekarang belum kembali, entah apa yang sedang pria itu lakukan namun Kiara tak mau peduli untuk memikirkannya.Kiara bahkan mau menghindarinya.Melihat Keith yang diliputi amarah serta gairah tadi membuat Kiara seolah ta
Tak hanya Bima, namun semua teman Kiara merasakan keanehan yang terjadi pada Kiara. Gadis itu terlihat sangat pendiam dan tak mau bergabung bersama mereka yang tengah berbicara.Bahkan saat istirahat menjelang, Kiara memilih menolak ikut teman-temannya pun merasa aneh karena Kiara seolah menjauhi mereka.Saat ditanya Kiara hanya menjawab bahwa dia sedikit tak enak badan dan menolak bergabung bersama mereka.Keanehan yang Kiara lakukan pun tak sampai di sana. Saat bel istirahat pertama selesai, gadis itu meminta izin pada guru yang mengajar untuk ke UKS karena merasa tak enak badan.Padahal tanpa teman-temannya tau, tujuan Kiara sesungguhnya adalah ruangan Keith. Pria itu sudah memberinya pesan yang tidak bisa dibantah karena Kiara juga tidak mau pria itu memilih nekat dan mencarinya sampai ke kelas.Kiara sedikit tenang karena jika jam pelajaran tidak akan ada anak murid yang melihatnya masuk ke ruangan Keith.
Ternyata Helen itu tak semenakutkan atau seaneh yang pertama Kiara bayangkan. Pria setengah wanita itu lumayan cerdas dan Kiara menyukai kepribadiannya yang ceria.Selama dirias oleh pria setengah wanita yang menyebut dirinya wanita tulen di kehidupan sebelumnya itu Kiara sering kali dibuat tertawa oleh cara bicara dan lawakannya."Ekemah udah sering kali kena razia dulu waktu mangkal di Taman lawang, gak kuat buatlarong-larongsama pak polisi yang ngejarekesama yang lainihww"Kiara tak tahan untuk tak tertawa mendengarnya, Helen si pria yang mengaku wanita tulen sebelum reinkarnasi itu bercerita dengan mimik sangat serius hingga Kiara yang melihat dari balik cermin juga tak bisa menahan tawanya."Trus kenapa berhenti mangkal?" tanya Kiara yang masih menyisakan tawa di bibirnya itu."Capesay, terus dapet job buatmak
"Kenapa kamu harus menyalahkanku?! Aku juga tidak tau kalau kamu berharap sama Keith-""Semenjak melihatmu, aku sudah tau bahwa kamu yang akan merusak hidupku! Aku sudah mencintai Keith semenjak kami sama-sama berkuliah di universitas yang sama! Aku memendamnya dengan sangat lama dan mau ku beritahu saat Keith menyatakannya lebih dulu! Saat aku pikir dia mencintaiku karena bersikap sangat baik dan mengutamakan diriku, tapi kamu datang dan mengacaukan semuanya!! Kamu bisa merasakan bagaimana sakit dan kehilangan di hatiku?! Kamu penyebab semua kekacauan yang ada di hidupku!"Kiara memundurkan langkahnya saat melihat amarah Jane nampak membeludak dilampiaskan padanya."La-lalu kamu mau apa?" cicit Kiara pelan pada Jane karena sungguh dia ketakutan andai Jane mau melukainya."Aku tidak mungkin menyuruhmu bercerai dengan Keith, aku tau pria itu tidak mau lepas darimu! Yang aku mau, kamu harus merasakan kehancuran dalam hidupmu! Aku berdoa agar kamu mengerti b
Kebingungan Kiara pun terjawab saat ia melintasi mading sekolahnya yang nampak ramai dan yang Kiara kaget adalah topik yang mereka bahas tentangnya dan suaminya.Jantung Kiara berdebar kuat, ia kemudian menyerobot masuk ke dalam kerumunan orang-orang yang berkumpul di depan mading untuk melihat apa yang ada di sana.Dan ketika ia bisa melihatnya, lutut Kiara lemas dan jantungnya seolah lepas dari tempatnya, wajahnya tak bisa lebih pucat lagi kali ini.***Di depan mading yang terkumpul banyak orang itu, Kiara bisa melihat dengan jelas berbagai macam fotonya dengan Keith tertempel di sana.Ada saat acara pemberkatannya, lalu saat Keith mencium Kiara setelah acara pemberkatan dan juga saat resepsi semua itu terpampang jelas di foto yang tertempel di mading.Langkah Kiara surut perlahan ke belakang, wajahnya sudah sangat pucat terlebih orang-orang yang mengelilingnya mulai menatapnya terang-terangan.Kedua tungkai
"Non Kiara kenapa? Sakit ya? Wajahnya pucat banget?" tanya Bi Irnas saat melihat Kiara menuruni tangga rumahnya dengan lesu dan air mata yang tak berhenti mengalir."Bi, nanti jangan kasih tau Papah Mamah kalo Kiara datang ya" ujar Kiara dengan suara seraknya yang justru membuat kerutan di dahi wanita baya tersebut."Loh memang kenapa? Non Kiara lagi bertengkar?" tanyanya hati-hati dan Kiara menjawab dengan gelengan pelan."Pokoknya jangan, anggap aja Kiara gak ke rumah hari ini" bisiknya lirih sebelum benar-benar pergi dari kediaman kedua orangtuanya. Entah kemana tujuanya hari ini Kiara hanya mau menjauh sejenak dan memikirkan semua hal yang masuk ke dalam otak dan mengacaukan suasana hatinya.Kiara pun meninggalkan kediamannya, entah kemana tujuannya yang jelas di otak Kiara saat ini ia ingin menjauh dari lokasi empat tinggalnya. Ia membutuhkan waktu sendiri untuk berpikir dan meresapi kesedihan dan rasa sakit di hatinya.