Share

Possessive
Possessive
Penulis: Mey Felixia

BAB 1- I Dont Mean It

          Bagi Leo waktu begitu cepat menua, berbanding terbalik dengan Marta, waktu baginya seolah melambat berjalan apalagi sejak Marta terjebak dan bergantung hidup kepada Leo.

          Sudah tujuh hari ini Marta ujian semester ganjil, sementara Leo sibuk mengurusi pertunanganya dengan Cindy yang akan dilaksanakan pertengahan bulan depan. Sebenarnya ada mengganjal di hati Marta mendengar pertunangan Leo dari Khiel dua minggu lalu. Tapi Marta masih pura-pura bahagia dengan itu semua,seolah hal itu tak mempengaruhinya.

          Yang paling menyakitkan untuknya, Leo sama sekali tidak pernah membahasnya atau sekedar membicarakannya dengannya meski Marta memahami itu bukan urusannya tapi setidaknya mereka satu atap.

"Besok Mama akan terbang dari Singapore. Lalu akan menginap disini satu malam, sebelum dia berangkat lagi ke villannya yang di Bali ke esokannya. Jadi kalau kamu ada waktu tolong temani Mama diantar Pak Ahmad selama di Jakarta!" kata Leo tiba-tiba dan untuk pertama kalinya dia pernah mendiskusikan sesuaatu kepada Marta di sela-sela sarapan mereka.

"Ok." Kata Marta singkat serta acuh seraya memainkan sendok di piringnya. “Laura akan menjemput nanti, dia mau fitting gown buat kamu pakai di acara ...”

"Iya, tunangan, kan?" Belum sempat Leo menyelesaikan kata-katanya, Marta kemudian sudah memotongnya dengan nada lirih tapi ketus.

"What happens with you? sakit kamu ya?" tanya Leo kesal sejenak mengarahkan tatapan serius kepada Marta.

"Lanjutkan Bang, ada lagi?" Marta balik menantang tatapan kesal Leo itu tak mengerti apa yang terjadi dengan suasana hatinya itu.

“Kamu ada masalah, ya?" tanya Leo dengan nada yang menurun dan melunak.

“Apa pedulimu Bang?" jawab Marta ketus.

“What?" Desis Leo seraya mengeryitkan dahinya. Bingung dengan reaksi Marta yang tiba-tiba membangkang dan itu berhasil membuatnya kesal. Sedangkan Marta berlalu begitu saja meninggalkan sarapannya yang belum selesai di atas meja bersama Leo.

“Marta! Marta! What happens with you heh?" teriak Leo tapi Marta mengabaikannya.

Fucking shit?" Kata Leo kesal seraya menghepasakan sendoknya di atas piring.

“Marta, Marta!” panggilnya lagi seraya menaiki anak tangga menuju ke kamar Marta di lantai atas, tapi Marta mengunci dirinya  dari dalam.

"Marta!” buka pintunya, kita perlu bicara!” teriak Leo

Marta menyapu air matanya sebelum akhirnya dia membuka pintu, entah untuk apa dia menangis dan merasa pilu jika itu membahsa soal pertunangan Leo, mengapa dia harus peduli?.

"Ceklek" pintu itu kemudian terbuka.

"What happens with you heh!" seru Leo seraya seraya menarik lengan Marta.

"Nggak ada apa-apa!" jawab Marta, melemparkan tangan Leo dari lengannya tapi terbuang percuma. Karena Leo mengepalnya kencang seraya mengunci pinggang Marta dengan tangannya yang lain. Sehingga Marta jatuh ke dalam dekapanya. Mereka bertemu kulit dengan kulit. Dalam sesaat mereka jatuh dalam pandangan yang intens saling menginginkan.

        Leo segera menangkup wajah Marta lalu mendaratkan pagutan di bibir gadis itu. Kemudian Marta membalas pagutan dari Leo. Mereka saling bertukar saliva kemudian membuat keadaan menjadi bisu lengang. Yang terdengar hanya sisa suara degupan jantung dan suara dari pagutan bertubi-tubi dari keduanya.

Untuk Marta, ini adalah ciuman pertamanya tapi untuk Leo dia tidak bisa mengingatnya. Namun bibir Marta jauh lebih nikmat untuk dilahapnya dari gadis cantik manapun yang pernah singgah di hatinya.

“Lepasin Bang!” kata Marta saat Leo mengarahkanya ke tempat tidur disamping mereka berdiri tadi.

“Berhenti Bang!” Marta melepaskan pagutan di antara mereka kemudian mendorong Leo agar membuat jarak di antara mereka. Karena tiba-tiba dikepalnya terlintas pertunangan Leo dan Cindy yang  tinggal selangkah lagi dan juga pendidikannya yang sebentar lagi akan bergelar S.Ked di belakang namanya.

       Sebaliknya, Leo tidak ingin itu berhenti justru ia semakin liar. Leo tidak melihat benteng yang barusan terlintas di mata Marta. Leo terus memaksanya sebab bagimanapun dia ingin memiliki gadis di hadapannya seutuhnya.

Tidak akan ada satupun yang bisa menghalanginya termasuk pertunanganya dengan Cindy. Namun Marta terus meronta mengelaknya. Membuat Leo geram dengan perubahan Marta yang tiba-tiba menolaknya. Padahal barusan sorot Marta sangat menginginkannya.

“Cup, hmppphhh …” semakin Marta meronta dalam pelukannya semakin membuat Leo bertenaga dan bergairah. Leo menarik tengkuk Marta yang mengelak, di dekapanya, dilumatnya lagi bibir gadis di hadapannya dengan rakus meski pemiliknya enggan, tidak ingin lagi berbagi.

         Leo menempelkan kedua bibirnya di leher jenjang gadis itu. Kemudian secara bertubi memberi hisapan di sana hingga meninggalkan tanda merah di lehernya. Leo tidak peduli pemiliknya memohon kepadanya serta berharap menghentikannya namun baginya itu baru saja dimulai.

       Leo semakin bersemangat, dilemparnya Marta ke atas ranjang mengunci kedua tangan gadis itu di kedua sisi telinganya. Mengapit tubuh Marta di antara kedua pahanya. Menarik kancing piyama yang dipakai Marta dengan kasar  membuat kancing piyama itu berhamburan ke sembarang arah. Lalu untuk pertama sekali Leo bisa melihat sebagian tubuh Marta itu jatuh di pelupuk Matanya yang semakin membuatnya bergairah.

      Dilumatnya lagi bibir gadis yang terbaring di bawahnya itu secara membabi buta dari bibir hingga turun ke gunung kembar yang membuncah di dada gadis itu.

“Cup... cup…cup” Leo memberikan hisapan di gunung kembar berbentuk apel milik Marta itu. Memainkan putting dari gunung kembar itu didalam mulutnya seraya mengulumnya sesekali. Memberi sentuhan dan pagutan di sana.

 “Lepasin Bang! Please Stop! cukup aku nggak mau.” Pinta Marta memohon dan meronta dibawah kekang Leo.

"Ini hukuman untukmu Marta, karena engkau membantahku dan untuk perbuatanmu enam tahun lalu kepadaku!" kata Leo kepada Marta dengan nada suara yang menderu.

Sedendam itukah Leo kepada Marta padahal ketika itu Marta masih remaja polos, gadis berusia enam belas tahun. Dulu yang Marta tahu itu adalah perbuatan tak senonoh dan pelecahan kepada anak dibawah umur, pikir Marta.

          Marta lelah meronta dan pasrah dengan situasinya yang diapit diantara kedua paha lelaki tegap diatasnya. Lelaki yang dipercayanya selama dua tahun ini untuk menjaganya sekaligus dia cintai , mungkin, karena perasaan itu masih samar untuk dipahami olehnya.

         Hanya air mata kini yang tersisa di pipinya. Leo kemudian menyadari air mata itu lalu menyekanya kemudian melonggarkan sekapan di lengan gadis itu. 

"Plakk ... "  tamparan spontan dari Marta mendarat di wajah Leo dua kali. Meninggalkan bekas tanda merah di wajah lelaki itu. Leo hanya terpaku sejenak menyadari kalau yang dilakukannya kepada Marta barusan sangat salah.

Leo membawa Marta ke dalam dekapanya untuk menenangkanya, tapi gadis itu tetap meronta ingin membuat jarak di antara mereka dan Leo tidak berhasil membujuknya.

"Please Maafin aku, forgive me" katanya seraya mengelus-elus rambut gadis itu dan mendekapnya semakin erat sementara air mata Marta tetap menganak sungai di pipinya.

"Aku khilaf Marta, tampar lagi aku jika itu bisa membuatmu puas dan membuatmu memaafkan aku. Aku tak bermaksud mengacaukanmu ataupun merusak cita-citamu" kata Leo

"Tinggalkan aku sendiri Bang, aku mau istrihat" akhirnya suara bindeng dari Marta cukup membuat Leo tenang lalu melepaskan dekapanya. Kemudian Marta membenamkan wajahnya kedalam bantal dengan airmata tetap mengiringi di wajahnya.

     Sementara Leo hanya terpaku tak dapat memikirkan apa yang terjadi setelah ini. Leo mengecup kening gadis itu. Lalu menarik bedcover yang sudah tidak berbentuk itu untuk menutupi tubuh Marta yang setengah terbuka karena ulahnya tadi. Leo kemudian berlalu dari jangkaun mata Marta dengan rasa bersalah mengikuti perasaannya.

******

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status