Share

Bab 3 : di PHK

Di sana dia juga memberi peringatan kepada mantan suami Tuti agar jangan mengganggu Tuti dan Kamal lagi. Dia berkata "Jika kamu dan teman-temanmu masih ingin melihatnya indah mentari, jangan pernah menganggu kebahagian teman ku! ... kalau tidak jangan salahkan aku, jika berbuat lebih kejam daripada ini. Para preman yang dihajarnya itu hanya bisa mengangguk sambil menahan sakit yang mereka rasakan.

Setelah selesai menghajar para preman yang mengeroyok Kamal, dia pulang ke mes lalu membersihkan badan dan tidur.

Esoknya berita penyerangan terhadap geng preman tersebut mulai tersebar di sekitar pelabuhan. Bahkan berita tersebut mengalah berita pengeroyokan terhadap Kamal. Banyak dari masyarakat sekitar menyangkutpautkan kedua kejadian tersebut. Dan teman-temannya di tempat kerja juga membicarakan hal tersebut.

Selesai bekerja, teman Kamal yang waktu itu memberi tahu bahwa Kamal dikroyok menghampiri Amat.

Dia bertanya, "Mat, Apakah kamu tahu soal penyererangan preman tadi malam?".

Amat hanya menjawab "Aku tidak tahu, memangnya ada apa?".

"Kata teman-teman penyerangan itu ada sangkutpautnya dengan kamu dan Kamal!?" kata temannya itu sambil memandang Amat dengan curiga.

Mendengar itu, Amat menjawabnya dengan serius "Para preman itu pasti punya banyak musuh dan mungkin ini merupakan salah satu balas dendam dari musuh-musuh mereka."

Mendengar jawaban seperti itu dari Amat, dia pun pergi meninggalkan Amat.

Hari-hari berjalan seperti biasanya, Kamal sudah sembuh dari lukanya. Dia sekarang kembali bekerja di pabrik. Orang-orang yang dahulu suka mengganggu di pabrik tersebut sudah tidak ada lagi. Mereka yang pernah dihajar Amat kini menjadi temannya bahkan, ada yang mengangkatnya menjadi saudaranya. Dan kamal juga sudah memaafkan orang-orang yang telah mengeroyoknya tersebut. Tak terasa kini sudah setahun semenjak kejadian itu.

Semuanya kembali normal hingga, suatu ketika hal yang tidak terduga pun terjadi. Perusahaan flywood tempat Amat bekerja hampir bangkrut. Hal ini disebabkan oleh, bahan baku yang semakin mahal dan permintaan barang semakin sedikit. Akhirnya satu-persatu dari karyawan di berhentikan untuk mengurangi beban pabrik, termasuk kamal dan Amat. Amat dan kamal beserta teman-temannya yang di PHK merasa keberatan akan keputusan pabrik tersebut. Hal ini karena tidak adanya pemberitahuan oleh pihak pabrik dan tidak adanya pesangon bagi karyawan yang di PHK.

Akhirnya mereka mengumpulkan teman-teman yang senasib dengan mereka. Mereka menuntut agar pihak pabrik atau perusahaan memberikan pesangon yang layak kepada para karyawan yang telah di PHK. Namun, alih-alih menanggapi tuntutan dari mereka, pihak pabrik malah membayar para preman untuk meneror para karyawan yang menuntut pesangon tersebut. Satu persatu dari mereka didatangi dan diancam jika masih saja menuntut minta pesangon kepada pihak pabrik atau perusahaan maka mereka akan dihabisi.

Tibalah saatnya Amat dan kamal yang di teror. Empat orang berbadan besar mendatangi mereka. Waktu itu Amat dan Kamal sedang duduk di teras kontrakan baru mereka. Karena, para karyawan yang di PKH sudah di usir dari mes.

Salah satu dari preman itu bertanya, "Apakah kalian yang bernama Amat dan Kamal?".

Amat menjawab, "Iya!, ada urusan apa memangnya?".

Sebenarnya Amat sudah tahu bahwa orang-orang ini merupakan para preman suruhan pabrik tempat mereka bekerja.

Preman tersebut menjawab, "jadi kalian yang bernama Amat dan Kamal, kami peringatkan kepada kalian agar tidak usah meminta pesangon lagi kepada pabrik! ... Dan jika kalian melawan maka nasib kalian akan berakhir seperti pot ini," Sambil menendang pot bunga yang ada dihadapannya sampai pecah.

Kamal yang melihat itu semakin ketakutan lalu, Amat menyuruh Kamal masuk ke kontrakan. Kamal masuk ke kontrakan sedangkan dia membersihkan pot bunga yang hancur tadi.

"Kamu mau cari mati ya!?" kata salah satu preman tadi sambil menendang Kearah Amat.

Namun dengan gesit Amat menengkap kaki dari preman itu dan membantingnya ke tanah. Melihat temannya di jatuhkan, para preman lain lansung mengepung Amat dan perkelahian pun terjadi. Kali ini Amat mendapat perlawanan sebanding dari ke empat preman tersebut. Beberapa pertukaran pukulan terjadi dan keadaan masih seimbang. Hal ini mungkin karena mereka juga mempunyai ilmu beladiri.

Setelah setengah jam bertukar pukulan dan tendangan. Akhirnya dia mengeluarkan ilmu tenaga dalam yang dimilikinya. Tampak mukanya mulai memerah seperti memendam api yang sangat panas. Preman-preman itu terus menyerang tetapi, tak satupun dari mereka yang mampu melukai Amat. Dan semua preman yang bertarung dengannya pun satu persatu tumbang ke tanah. Karena mereka tak sanggup menyentuh tubuhnya yang seperti di selimuti pelindung setebal sekilan atau sejengkal.

Setelah semua musuhnya tumbang beliau lalu berkata, "Segitu saja kemampuan kalian, ku kira keras ternyata kertas!".

Preman-preman itu meminta ampun kepada Amat dan mereka berjanji tidak akan mengganggunya lagi. Dan mereka akan membantu Amat beserta yang lainnya mendapatkan pesangon dari pabrik flywood tersebut.

Amat hanya berkata, "Terima kasih kalau mau membantu."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status