Home / Romansa / Presdir Dingin Itu Suami Dadakanku / Bab 5 Pilihan Yang Sulit

Share

Bab 5 Pilihan Yang Sulit

Author: Aurel Ntsya
last update Last Updated: 2024-05-30 11:17:18

"Mengapa Ayah melarang aku membawa Rose? Dia putriku, aku akan membawanya kemana pun aku pergi!"

Ayah Tania tampak frustasi, harus bagaimana lagi ia menjelaskan pada Tania.

“Tania! Kau bisa bertemu dengan Rose kapan pun itu, tapi membawanya bersamamu, Ayah tidak setuju!” tegas Ayah Tania, menolak mentah-mentah keinginan Tania.

“Ayah, Rose akan ikut bersamaku. Ayah tidak berhak untuk memisahkan aku dengan Rose.”

Suasana di dalam ruangan bernuansa putih itu semakin memanas. Seorang ayah yang selalu menatap putrinya dengan mata berbinar, berubah jadi menakutkan untuk dipandang.

“Kau tidak berhak, Tania! Kau tidak memiliki hak atas Rose!”

“Kau akan ikut dengan suamimu, tapi tidak dengan Rose. Rose akan tetap bersama ayah.”

Keputusan akhir oleh ayah Tania, tidak dapat lagi diganggu gugat.

"Dia-" Ray tiba-tiba menyahut, menunjuk Rose, "akan ikut bersama kami."

Saat Ray mengatakan itu, tidak ada seorang pun yang boleh membantah, termasuk ayah Tania. Ia sangat sadar akan posisinya.

Meski sangat marah hingga wajahnya tampak seperti arang yang membara, ayah Tania hanya bisa bungkam. Ia melihat Ray dengan tatapan penuh makna. Sebelum ia pergi meninggalkan ruangan tersebut.

"Ayah akan menyiapkan pakaian Rose.” Ayah Tania kembali, menarik Rose agar ikut keluar bersamanya.

Sedangkan Tania, ia masih berdiri di tempatnya, menatap pergerakan pintu yang perlahan tertutup rapat.

"Aku bisa melakukan semua peraturan yang kau buat, hanya patuh padamu dan tidak akan pernah membangkang. Tapi, aku mohon. Biarkan Rose bebas tanpa terikat apa pun, dia hanyalah anak kecil yang tidak tahu apa-apa."

Tania menatap Ray. Dalam diam ia berharap, Ray tidaklah sejahat itu. Ray masih memiliki balas kasih untuk anak kecil seperti Rose.

"Aku akan memikirkannya."

"Sepertinya kau benar-benar ibu yang tangguh." Ray tampak tulus mengucapkan itu.

“Akan tetapi, kau harus ingat. Baru saja, aku kembali mengulurkan tangan padamu. Kau lihat! Ayahmu saja tidak dapat menatap mataku, jadi jangan pernah berpikir untuk melawanku!”

Tania mengigit bibir bawahnya, kedua tangannya terkepal erat, berusaha menahan diri. Matanya tampak memerah menatap Ray, ada amarah yang tidak dapat ia ungkapkan.

Ray berdiri, memasang dua kancing jas yang sempat ia lepas sebelum duduk. "Bersiaplah, sopir akan segera menjemput kalian."

Tania menatap punggung Ray yang perlahan menghilang di balik pintu, meninggalkan ia seorang diri dengan segala penyesalannya.

“Dasar brengsek! Aku tidak akan pernah memaafkanmu! Tidak akan pernah!” teriak Tania hingga urat-urat lehernya menonjol.

Semarah apa pun Tania, ia tidak bisa lagi mengubah apa yang telah terjadi. Tania menyadari itu.

Tania mengusap air matanya, tatapannya teralihkan pada sesuatu yang ada di lantai. "Apakah orang-orang tidak melihat ini?"

"Sekalipun mereka melihatnya, mereka juga tidak akan peduli 'kan?"

Tania melangkah dengan pelan, mengambil map coklat yang sempat ia lempar sebagai bentuk protesnya. Pada akhirnya ia pungut kembali.

"Benar, aku tidak akan pernah bisa melawan Ray. Sampai kapan pun aku hanya bisa tunduk dan patuh padanya," gumam Tania, menatap map coklat yang ia genggam erat.

Entah kehidupan pelik seperti apa yang akan Tania hadapi kedepannya, Tania hanya berharap bahwa ia tetap bisa melakukan yang terbaik untuk melindungi ayahnya dan juga Rose. Sekalipun itu harus mengorbankan dirinya.

Meski sudah tahu bahwa ia tidak akan menjalani kesehariannya dengan mudah. Tetapi, Tania tidak pernah kepikiran bahwa hal itu dimulai sejak hari ini juga.

Plakkk

Tania memegang pipinya yang terasa perih dan panas. Sebuah tamparan menjadi sambutan hangat, saat Tania turun dari mobil yang mengantarnya pada sebuah rumah besar yang begitu megah.

"Siapa kau? Istri Ray?"

Tania tidak menjawab, ia hanya menunduk sembari menutup telinga Rose.

"Kau bahkan membawa anak? Anak siapa itu? Apa kau melahirkan seorang anak dari laki-laki lain, kemudian kau meminta Ray untuk bertanggung jawab? Iya?"

"Anak itu bukan anak Ray! Dia tidak mungkin melakukan hal kotor seperti itu!"

Tania mengepalkan tangannya. Ia marah, namun ia juga tidak bisa melawan. Ingin menjawab, namun seolah suaranya tertahan dan tak dapat dikeluarkan.

"Maaf Nyonya Besar. Dia seorang ibu tunggal, Tuan Ray menikah…."

Belum selesai sopir tersebut menjelaskan, ucapannya telah dipotong. Wanita paruh baya tersebut semakin marah, melampiaskan amarahnya pada sang sopir.

Ray yang baru tiba, menyaksikan sendiri keributan di halaman rumah utama yang menyambutnya. Tania yang memeluk Rose sembari menutup telinganya, hanya diam berdiri. Di sebelahnya terdapat dua koper besar. Sedangkan sopir yang menjemput Tania, masih menjadi sasaran kemarahan Nyonya Besar, menganggap semua ini hanya bualan semata.

"Ray, apa maksud semua ini, Nak? Kenapa bisa seperti ini!" Terlihat sangat jelas kemarahan Nyonya Besar, ia bahkan tak lagi bisa mengendalikan diri dihadapan putranya.

"Mengapa tiba-tiba ada seorang perempuan yang dibawa oleh sopir, katanya dia istrimu!"

"Asal usulnya bahkan tidak jelas, manusia rendahan yang datang mengaku-mengaku. Tidak punya malu!" maki Nyonya Besar, "dia bahkan membawa anak. Dia bukan anak kamu 'kan Ray!" Tunjuk Nyonya Besar pada Rose.

Untuk pertama kalinya, Nyonya Besar menunjukkan tanduknya. Nada lembut yang selama ini selalu ia utarakan tergeser dengan luapan amarah yang membakar dadanya.

"Bunda, dia istriku!"

Ray sengaja mengeraskan suaranya, agar semua orang mendengar dengan jelas, terutama sang ibunda.

"Aku tidak meminta Bunda untuk menerimanya sebagai istriku, tapi aku harap bunda menghargainya sebagai istri yang aku pilih. Dia tidak pernah meminta aku untuk menikahinya, tapi akulah yang memutuskan untuk menjadikannya istri."

"Dan jika bunda tidak ingin menghargainya sebagai istriku, setidaknya bunda bisa menghargainya sebagai sesama manusia. Tidak seharusnya kata-kata tercela yang merendahkan orang lain, keluar dari mulut Bunda."

Ray yang bisanya tidak banyak bicara, kali ini berbicara panjang lebar. Ini juga menjadi kali pertama, Ray marah dan menegur langsung sang ibu. Biasanya Ray tidak begitu peduli apa yang dilakukan sang ibunda, selama itu tidak mengganggu dan merugikan.

"Sekarang kamu berani melawan Bunda karena perempuan itu?" marah Nyonya Besar, matanya melotot menatap tajam pada Ray.

"Jika dia pilihanmu. Berarti kamu harus memilih, antara dia atau bunda!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Presdir Dingin Itu Suami Dadakanku   Bab 134 Kembalinya Juan

    “Tania,” tegur Ray saat Tania tidak memperhatikannya.“Iya, ada apa sayang?” tanya Tania. Ia keasikan bertukar pesan dengan Maudy, membuat Tania tidak memperhatikan apa yang dikatakan Ray.“Kamu dengar tidak apa yang aku katakan?”Tania kebingungan, ia bahkan tidak ingat kalau Ray berbicara sesuatu padanya. Namun untuk menyelamatkan dirinya, Tania hanya mengangguk pelan, tampak jelas kalau ia sendiri ragu.“Coba jelaskan ulang apa yang aku katakan tadi.”Tania jadi diam seribu bahasa, ia tidak tahu harus mengatakan apa. Ia bahkan tidak tahu apa saja yang dikatakan Ray.“Kau tidak tahu ‘kan.” Ray menyentil dahi Tania, membuat Tania meringis.“Sayang,” rengeknya, mengusap dahinya.“Makanya kalau aku bicara itu dengarkan. Jangan hanya fokus pada ponselmu. Jika kau terus seperti ini, aku akan mematahkan ponselmu.”Tania langsung meletakkan ponselnya di meja. Ia tersenyum menatap Ray, seolah bersikap manis. Menunjukkan bahwa dirinya akan berperilaku baik.“Apa yang tadi kamu katakan, sayan

  • Presdir Dingin Itu Suami Dadakanku   Bab 133 Ray dan Sandiwaranya

    Tania merasa aneh, Juan tidak pernah lagi menampakkan batang hidungnya. Juan seolah menghilang begitu saja. Ray juga tidak pernah membahas tentang Juan, bahkan saat Tania bertanya, tidak ada yang memberikan jawaban.“Sayang, aku tidak pernah lagi melihat Juan. Apakah dia sakit?” tanya Tania pada suaminya, Ray.“Tania, sudah berapa kali aku katakan. Jangan pernah membahas tentang laki-laki lain. Aku tidak suka,” jawab Ray, mendengus kesal. Iya bahkan melepaskan pelukannya dan menatap Tania tajam.“Aku ‘kan hanya bertanya karena khawatir, lagipula dia sahabat kamu ‘kan.”Tania bergumam pelan, namun masih bisa didengarkan oleh Ray. Hal itu membuat Ray semakin kesal.“Sayang, kamu marah?” Melihat Ray yang langsung memutar tubuhnya, berbaring membelakangi Tania, membuat Tania menyadari kalau Ray benar-benar kesal. Tania lalu memeluk Ray dari belakang. Tania tidak bisa membiarkan Ray kesal, karena itu bisa berdampak pada hal lainnya juga. Jadi kunci segalanya berjalan baik adalah membuat

  • Presdir Dingin Itu Suami Dadakanku   Bab 132 Keanehan Juan

    “Sayang, lihat bukankah ini sangat lucu.” Tania yang antusias, jadi terkejut saat melihat bukan Ray yang ada di sebelahnya.“Iya, itu menggemaskan, cocok untuk Rose,” jawab Juan dengan senyuman tulus yang ia tunjukkan.“Di mana, Ray?” tanya Tania yang langsung menyadari ketidakhadiran Ray di dekatnya.Tania mengedarkan pandangan matanya, mencari keberadaan Ray. Namun, Ray tidak ada di mana pun. Saat ini hanya ada Tania dan juga Juan.“Mau ke mana? Bukankah kau ingin melihat pakaian untuk Rose?” Juan menarik tangan Tania yang hendak pergi. Hal itu membuat Tania menatap Juan heran, ini kali pertama Juan bersikap seperti ini.“Lepaskan.” Tania menarik tangannya yang digenggam oleh Juan.Tania benar-benar merasa tidak nyaman di dekat Juan. Tania merasa ada yang mengganjal dari sikap Juan. Dia tidak seperti biasanya.“Ray harus kembali ke kantor, karena itulah aku yang menemani kamu di sini,” jelas Juan.“Mengapa dia tidak mengatakannya padaku?” protes Tania, seharusnya Ray mengatakannya p

  • Presdir Dingin Itu Suami Dadakanku   Bab 131 Kesalahan Tania

    Tani duduk dengan gelisah di atas tempat tidur, ia tidak bisa turun atau bahkan meninggalkan tempat tidur tanpa izin Ray. Kecuali jika Tania sanggup menerima hukuman dua kali lipat, maka ia bisa bebas membangkang.“Dia kemana sih,” gerutu Tania, kesal. Ray sudah pergi sejak tadi dan belum kembali juga. Padahal Ray mengatakan kalau ia tidak akan lama.Karena penasaran, Tania akhirnya memberanikan diri untuk membangkang. Ia harus turun ke bawah dan melihat apa yang terjadi.Tania merasa tidak bisa tenang. Ia sangat yakin kalau Ray dan Juan akan menghukum pengawal dan mungkin juga asisten rumah. Padahal ini tidak ada hubungannya dengan mereka, semua ini murni kesalahan Tania. “Jangan sampai mereka menghukum orang yang tidak bersalah,” gumam Tania pelan.Dan seperti dugaan Tania, saat ia sampai di bawah. Juan sedang mendisiplinkan para pengawal dan seluruh asisten rumah, termasuk Ma Cee. Tania segera menghampirinya, meskipun harus dengan tertatih-tatih karena kakinya yang sedang sakit.

  • Presdir Dingin Itu Suami Dadakanku   Bab 130 Terluka

    Rapat sedang berlangsung saat telepon Juan terus berdering, sehingga ia terpaksa meninggalkan rapat.Juan mulai curiga saat melihat banyak panggilan tidak terjawab dari telepon rumah, pengawal dan sekarang telpon dari Ma Cee menggunakan nomor pribadinya. Biasanya Ma Cee tidak menggunakan nomor pribadinya untuk menelpon.“Ada apa Ma Cee?” tanya Juan.“Nona Tania … Nona Tania tidak sadarkan diri, Nona Tania terluka, kakinya terluka dan mengeluarkan banyak darah.”Jantung Juan terasa berhenti berdetak mendengar suara ketakutan Ma Cee. Dalam keadaan darurat apa pun itu, Ma Cee biasanya selalu tenang. Namun, sekarang terdengar jelas suara Ma Cee yang bergetar disertai napasnya yang memburu, menunjukkan dengan jelas betapa takut dan khawatirnya Ma Cee.Juan memutar tubuhnya menatap pintu ruang rapat. Jika ia memberitahukan pada Ray sekarang, maka rapat akan terhenti dan semuanya harus ia susun kembali dari awal. Namun jika Juan tidak memberitahukan pada Ray sekarang, maka Juan tidak bisa me

  • Presdir Dingin Itu Suami Dadakanku   Bab 129 Perlindungan

    “Apakah kamu ingin ikut ke kantor?” tanya Ray. Tania yang baru bangun dibuat terkejut dengan pertanyaan Ray. Yang benar saja, bagaimana mungkin Tania tiba-tiba muncul di kantor setelah semua yang terjadi. “Tidak, aku di rumah saja,” jawab Tania cepat.“Aku takut jika kau akan bosan di rumah,” ujar Ray, berjalan mendekati Tania yang masih duduk di tempat tidur.“Sudah tidak ada Rose yang akan mengganggumu,” ujar Ray lagi, mengusap wajah Tania yang memerah.Rose kembali ke luar negeri untuk melanjutkan akademik. Sebelumnya Rose memang tidak dikeluarkan, sehingga ia masih terdaftar sebagai siswa di sana. Meskipun berat, Tania tidak punya pilihan lain selain melepas Rose. Lagipula itu juga permintaan Rose yang ingin kembali belajar dan bermain bersama teman-temanya.“Aku bisa pergi ke pantai yang di depan rumah, apakah boleh?” tanya Tania.“Boleh, pergilah bersama asisten rumah dan beberapa pengawal.”“Ray,” ujar Tania memelas. Tania tahu, hubungannya dengan Ray sudah berubah, bukan l

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status