Share

Jadi Istri yang Baik

Besok paginya terlihat Melati sudah berada di dapur dan hendak akan membuat sarapan pagi.

"Ehh ada Non Melati toh, Non Melati sepagi ini sudah ada di dapur! Apa non Melati membutuhkan sesuatu?" tanya Bi mariam.

"Engga ada kok bi, kebetulan aku memang sudah terbiasa bangun pagi dan membantu ibu menyiapkan sarapan pagi. Karena sekarang aku tinggal di rumah ini jadi aku akan membantu Bi Mariam memasak!" sahut Melati.

"Wahhh yang bener non, tapi kan non ini sudah jadi tugas bibi di dapur. Nanti yang ada bibi di omelin lagi sama tuan dan nyonya!"

"Engga akan Bi, Bibi tenang saja yah inikan atas keinginan aku sendiri!"

"Ya sudah kalau begitu, oh Iyah Non ini Bibi sudah buatin catatan yang semalam Bibi janjikan!" ucap Bi Mariam sambil memberikan secarik kertas.

"Terima kasih banyak yah Bi!" sahut Melati

"Iyah sama-sama non!"

"Melati, kamu sedang apa sepagi ini ada di dapur sayang?" tanya Oma Laksmi.

"Ehh selamat pagi Oma, aku lagi bantuin bi Mariam menyiapkan sarapan pagi Oma!" sahut Melati.

"Kamu memang istri yang teladan, Oma bangga sama kamu!"

"Melati hanya melakukan hal yang biasa melati lakukan saat masih di rumah dulu. Kebetulan memang setiap hari melati selalu membantu ibu memasak di dapur. Karena disini juga melati tidak mungkin kalau harus diam dan duduk santai saja yang ada nantinya malah bosan!"

Oma Laksmi pun hanya tersenyum saja mendengar jawaban dari Melati dan dia merasa kagum pada sosok Melati.

"Apa Oma butuh sesuatu?" tanya melati.

"Tidak ada, Oma kesini karena tidak sengaja melihat kamu berada di dapur!"

"Gimana kalau melati bikinin teh jahe hangat buat Oma! apa Oma suka teh jahe?"

"Boleh, Oma jadi penasaran sama rasanya teh jahe buatan kamu!"

"Ya sudah kalau gitu melati bikinin dulu teh nya yah!"

"Iyah melati!"

"Ini Oma teh jahenya. Silahkan di nikmati!" ucap Melati.

"Terima kasih yah melati! Hhhmmm ini pasti rasa nya enak sekali!"

"Benar saja, teh jahe buatan kamu ini sangat enak. Sepertinya Oma akan meminta kamu untuk membuatkannya setiap hari!"

"Syukur lah kalau Oma suka, pasti aku akan buatin teh jahe hangat untuk Oma setiap hari. Ya sudah kalau begitu aku tinggal dulu yah Oma, aku akan mengantar kan teh Hijau ini untuk mas Devan!"

"Iyah melati, hati-hati yah bawanya jangan sampai jatuh!"

"Siap Oma!" sahut melati sambil tersenyum

"Non Melati itu orangnya nyenengin banget yah Oma, beda sekali dengan non Sintia!" Celetuk bi Mariam.

"Yah kamu memang benar sekal, Melati ini gadis yang sangat spesial. Saat pertama kali bertemu pun saya sudah sangat menyukai Melati karena karakternya yang sederhana dan juga baik. Itulah kenapa saat melati gagal menikah dengan Rifaldi saya meminta Devan untuk menikahi Melati!" sahut Oma Laksmi.

"Sepertinya memang non Melati itu sudah di takdirkan untuk den Devan Oma, makanya mereka bisa menikah seperti sekarang ini. Saya yakin Non Melati itu akan jadi istri yang baik!"

"Kenapa kamu bisa seyakin itu toh yam?" tanya Oma Laksmi

"Karena semalam Non Melati minta saya buatkan catatan apa yang di suka dan tidak Den Devan suka Oma!" sahut Bi Mariam.

"Oh begitu yah, syukurlah kalau memang seperti itu!"

"Sepertinya Melati memang sedang belajar untuk menjadi istri yang baik buat Devan dan mungkin dengan cara ini dia bisa perlahan melupakan Rifaldi!" ucap Oma Laksmi dalam hatinya.

"Mas ini aku buatin teh hijau untuk kamu!" ucap melati sambil meletakan cangkir tersebut.

"Lain kali kamu tidak usah melakukannya, aku bisa meminta Bi Mariam untuk membuatkan teh Hijau untukku!" sahut Devan.

"Kenapa harus meminta tolong pada Bi Mariam, kan ada aku mas yang bisa buatin teh untuk kamu. Aku tahu mungkin pernikahan kita ini terjadi secara tiba-tiba. Dan kita memang tidak saling mencintai saat kita melangsungkan pernikahan ini, bahkan kita tidak saling kenal dan tidak pernah bertemu sebelumnya."

"Tapi saat ini aku sudah menjadi seorang istri yang di haruskan bisa mengurus segalanya, jadi tolong biarkan aku melakukan tugasku sebagaimana seorang istri yang bisa melayani suaminya dengan sangat baik. Aku juga tidak berharap lebih sama kamu mas, aku hanya ingin melakukan tugasku saja selama menjadi istri kamu!" ucap melati yang membuat Devan terdiam.

"Kamu minum yah tehnya, setelah itu cepat turun untuk sarapan!" pinta Melati lati dan langsung pergi.

"Aku memang masih kesal dengan pernikahan ini, tapi bagaimana pun juga pasti perasaan melati lebih sakit dan hancur. Apalagi dia harus satu atap dengan laki-laki yang sudah mengkhianatinya di hari pernikahannya, aku juga sudah sedikit keterlaluan dengan sikapku yang seperti itu. Setidaknya dengan aku bersikap baik padanya bisa membuat dia merasa lebih nyaman tinggal disini!" ucap Devan yang sudah mulai berpikir jernih.

Sementara itu Sintia masih terbaring di tempat tidurnya, berbeda dengan Rifaldi yang sudah rapih dengan pakaian kantornya.

"Sintia, ayoh bangun ini sudah siang!" ujar Rifaldi

"Aku masih mengantuk sekali!"

"Tapi ini sudah siang, sebaiknya kamu biasakan untuk bangun lebih awal dari biasanya. Karena di kelurga ini bangun lebih pagi sudah menjadi kebiasaan!" tegur Rifaldi.

"Sulit untuk aku beradaptasi mas, lagi pula aku memang sudah terbiasa bangun siang saat di rumahku dulu!"

"Tapi sekarang sudah berbeda, harusnya kamu bisa bangun lebih awal dari aku dan menyiapkan semua keperluan ku untuk pergi ke kantor. Bukan malah sebaliknya."

"Iyah mas, harusnya kamu maklum lah mas aku kan sedang hamil!"

"Tolong jangan jadikan kehamilan kamu ini sebagai alasan, kalau kamu memang ingin semua orang yang ada di rumah ini bisa menerima kamu dan menyukai kamu sebaiknya kamu pergi mandi dan bersiap-siap, karena sebentar lagi kita semua akan sarapan pagi. Jangan sampai terlambat!" ucap Rifaldi dan langsung pergi meninggalkan Sintia.

"Apa yang dikatakan mas Rifaldi ada benarnya juga, aku harus terlihat lebih baik dari Melati. Jangan sampai melati menjadi menantu kesayangan di rumah ini!"

Sintia pun langsung terbangun dari tempat tidurnya dan bergegas pergi mandi lalu bersiap-siap.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status