Semua orang sudah berkumpul di meja makan namun mereka belum memulai sarapan karena masih menunggu Sintia yang belum datang.
"Rifaldi, dimana istri kamu?" tanya Bu Ranti "Kenapa dia belum kesini juga?""Mungkin Sintia masih siap-siap mah, tapi aku sudah meminta dia untuk secepatnya menyusul" sahut Rifaldi."Kamu harus kasih tahu istri kamu itu untuk bisa bangun lebih awal, jangan samakan dengan kebiasaannya di rumah orangtuanya dulu. Karena sekarang dia sudah menikah!" tegur lagi Bu Ranti yang merasa kesal."Iyah mah!" jawab singkat Rifaldi tertegun."Sudah lah mah, mungkin Sintia itu sangat lelah karena kan kemarin mereka baru saja menikah!" ujar Pak Hardi yang mencoba membela Sintia. "Harap di maklumi saja terlebih lagi dia itu kan sedang hamil!""Selamat pagi semuanya! sapa Sintia yang baru saja datang."Selamat pagi Sintia!" jawab Pak Hardi. "Ayoh silahkan duduk!""Bagus lah kamu sudah datang, kalau tidak kami akan kelaparan menunggu kamu!" celetuk Bu Ranti yang memang sudah merasa jengkel."Maaf mah, maaf karena sudah membuat kalian menunggu!" sahut Sintia."Tidak apa-apa Sintia!" sahut Oma Laksmi. "Ayoh sekarang kita makan. Sarapan pagi ini sangat spesial karena melati yang memasak semua nya!""Jadi hari ini Melati yang memasak! pasti rasanya akan sangat enak sekali.Setidaknya dengan aku makan masakannya Melati bisa sedikit mengobati kekecewaanku!" ucap Rifaldi dalam hatinya.Melati pun tersenyum tersipu malu "Semoga kalian semua suka yah sama makanan nya!""Hhhmmm Papa jadi penasaran, ya sudah langsung saja kita makan!" sahut pak Hardi.Semua pun langsung mencicipi makanan yang melati masak dan mereka sangat terkejut dengan rasanya yang sangat enak.Tidak disangka ternyata Melati pintar memasak.Melati berusaha menjadi istri yang baik dengan membantu mengambilkan makanan untuk suaminya."Sini Mas biar aku ambilkan!" ujar Melati.Devan pun hanya diam saja sambil memberikan piring miliknya itu."Terima kasih!" sahut Devan dengan ekspresi datarnya."Sama -sama mas!" Jawab melati sambil tersenyum."Ini enak sekali!" ucap Pak Hardi memuji."Iyah melati, ini sangat enak sekali! ujar Oma Laksmi. "Sepertinya Devan juga sangat menyukai masakan kamu ini, benar kan Devan?"Masih dengan ekspresi wajah datarnya depan pun menjawab "Iyah Oma, makanannya cukup enak!" pujinya."Lebih enak lagi kalau kamu bisa masak setiap hari untuk kami!" celetuk Bu Ranti."Tentu mah, aku akan memasak setiap hari untuk kalian semua!" sahut Melati sambil tersenyum."Sintia, apa kamu bisa masak juga?" Tanya Bu Ranti dengan wajah yang terlihat ketus."Hhhmmm bisa kok mah!" sahut Sintia sedikit gugup."Tapi sepertinya mama kurang yakin kalau kamu ini bisa masak! setidaknya kalau kamu tidak bisa masak kamu bisa belajar masak dengan Melati atau kamu bisa membantu dia saat sedang masak di dapur!""Iyah mah!" sahut Sintia yang sedikit kesal karena ucapan Ibu mertuanya itu."Melati ini pinter banget cari muka, selain dia bisa merebut perhatian mas Rifaldi dia juga ternyata pintar merebut hati semua orang yang ada di rumah ini! Aku gak bisa kalah dari Melati, aku harus bisa lebih baik dan unggul dari dia!" gerutu sintia dalam hatinya yang di penuhi amarah.Setelah selesai sarapan! Seperti biasa Pak Hardi, Devan dan Rifaldi pergi ke kantor. Sementara Bu Ranti pergi bertemu dengan teman-teman sosialitanya.Karena semua orang sedang pergi Sintia pun mengambil kesempatan ini untuk berbicara berdua dengan Melati."Melati tunggu!" teriak Sintai dengan keras.Melati yang hendak pergi ke kamarnya itu langsung menoleh ke arah dimana Sintia berada."Iyah ada apa sintia?" Sahut Melati bertanya"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu!""Ngomongin soal apa?""Soal Mas Rifaldi, kamu sudah tahukan kalau mas Rifaldi itu sudah menikah dengan aku? Jadi aku cuman mau ingetin kamu untuk tidak berusaha menggangu rumah tangga aku dengan Mas Rifaldi!" pinta Sintia "Apalagi saat ini aku sedang mengandung anaknya Mas Rifaldi!""Sepertinya kamu harus bisa berkaca pada diri kamu sendiri, karena dari awal yang menjadi pengganggu itu yah kamu! Kamu yang sudah merebut Mas Rifaldi dari aku dan membuat pernikahanku jadi batal. Aku juga tidak ada niatan sedikitpun untuk menghancurkan rumah tangga kamu dan Mas rifaldi! jadi kamu jangan takut akan hal itu." sahut Melati dengan nada yang kesal.Sintia merasa belum puas dengan jawaban yang diberikan oleh Melati. "Tunggu dulu, apa kamu masih mencintai Mas Rifaldi?" tanya Sintia."Aku memang dulu sangat mencintai Mas Rifaldi, tapi semua itu sudah tidak lagi setelah dia mengkhianati aku di hari pernikahan!" jawab Melati. "Rasa cinta yang aku miliki untuk mas Rifaldi langsung hilang seketika hari itu juga saat tahu pengkhianatan yang sudah kalian lakukan terhadapku! Kamu juga sendiri tahukan kalau aku saat ini sudah menikah dan menjadi istri orang lain? Bagaimana mungkin aku bisa memikirkan laki-laki lain selain dari suamiku!""Baguslah kalau begitu, awas saja kalau sampai kamu merebut mas Rifaldi dari aku!" ancam wanita tidak tahu malu itu.Melati pun sedikit menghela nafasnya "Memang benar apa kata orang, seseorang akan takut kehilangan sesuatu terlebih lagi sesuatu itu hasil merebut dari orang lain! Itu kan yang sedang kamu rasakan saat ini? Kamu tenang saja Sintia, fokus saja pada kehamilanmu itu dan juga keluarga kecilmu. Karena aku tidak akan menggangu kalian! Dan ingat satu hal lagi, aku ini adalah kakak ipar kamu jadi bersikaplah dengan lebih sopan lagi!" ucap melati dengan tegas dan langsung pergi ke kamarnya meninggalkan Sintia.Tanpa mereka sadari, Oma Laksmi mendengarkan semua percakapan melati dan Sintia."Oma bangga sama kamu melati, kamu bisa bersikap dewasa dan juga bijak. Memang tidak salah aku meminta Devan untuk menikahi kamu!" ucap Oma Laksmi sambil tersenyum."Apaaaahhhh, jadi Lo udah nikah?" Teriak seorang pria bernama Radit yang merupakan sahabat baik Devan."Huuussstt bisa pelan-pelan gak sih?" tegur Devan"Ya sorry, habisnya gue itu kaget banget denger lo udah nikah! bahkan sama calon istri adik Lo sendiri. Kok bisa sih?""Ceritanya panjang, tapi yang jelas Rifaldi itu terpaksa nikahin perempuan lain yang lagi hamil anaknya dia. Makanya ujung-ujungnya gue juga yang kena!" "Tapi kenapa kok Lo bisa mau sih gantiin adik Lo buat nikahin tuh cewek?" Pasti karena dia cantik kan!"ujar Radit."Itu semua gue lakukan demi Oma, kalau bukan Oma yang minta udah pasti gue gak mau nikah sama cewek yang gak gue kenal!""Ya tapi sekarang Lo udah kenalkan sama istri Lo itu?""Gue gak tahu pernikahan ini akan bertahan sampai kapan! tapi gadis itu memang baik banget dan gue takut pernikahan ini bikin dia jadi menderita dan gak bahagia!" ungkap Devan."Lo yakin karena itu?" tanya Radit. "Bukan karena Lo masih memendam rasa sakit Lo dulu dan membuat Lo gak
Dengan perasaan marah Rifaldi keluar dari ruangan Pak Hardi. Dia nampak tidak terima dengan apa yang di ucapkan oleh Papanya itu. "Aku tidak bisa menerima semua ini begitu saja! kalau Papa memang tidak bisa mendukungku tidak masalah. Aku akan cari cara agar bisa lebih deket dengan Melati dan merebutnya kembali, Melati itu milikku dan akan tetap menjadi milikku sampai kapanpun!" gerutu Rifaldi.Sore harinya Devan terlihat pulang lebih dulu dari Rifaldi dan ayahnya. Sementara itu melati juga terlihat sedang berada di dapur. Namun saat tahu suaminya sudah pulang dia langsung bergegas menghampiri suaminya itu."Mas, kamu sudah pulang ternyata!" sambut Melati. "Hhmmm kamu mau aku bikinin teh atau kopi?" tanya Melati.Devan pun terdiam sejenak dan akhirnya menerima tawaran istrinya itu "Boleh, tolong buatkan kopi saja dan nanti bawa ke atas yah!" pinta Devan."Iyah mas!" sahut melati sambil tersenyum karena mendapat respon yang baik dari suaminya itu. Tanpa di sadari ternyata Rifaldi juga
Rifaldi mulai merasa kecewa pada wanita yang dicintainya itu. "Jadi benar kamu sudah melupakan aku? tanya sekali lagi Rifaldi. "Apa kamu juga sudah tidak mencintai aku lagi?""Rasa cinta aku ini sudah pergi begitu saja bersama dengan kepergian kamu yang ninggalin aku di acara pernikahan kita mas! sahut Melati yang membuat Rifaldi terdiam mematung. "Aku sudah tidak memiliki perasaan apa-apa lagi sama kamu mas karena yang ada hanya kekecewaan dihati aku!"Mendengar jawaban itu tubuhnya mulai bergemetar "Apa semudah itu kamu lupain aku?" tanya Rifaldi yang tidak bisa menerima kenyataan. "Aku tahu aku salah sama kamu dan aku minta maaf! Aku ingin kita seperti dulu lagi, aku janji akan memperbaiki semuanya dan memperbaiki hubungan kita. Setelah nanti bayi itu lahir aku akan menceraikan Sintia dan kita bisa menikah lalu hidup bersama dan bahagia!" ujar Rifaldi yang membuat melati sangat marah.Satu tamparan keras pun melayang dipipi sebelah kanannya Pria itu. Melati manamparnya karena mara
Kini sudah waktunya makan malam, semua orang sudah berkumpul di meja makan. Sementara kedua menantu di rumah itu sedang sibuk menghidangkan menu makanannya."Mas, kamu mau aku ambilin apah?" tanya melati seperti biasa."Apa saja terserah kamu!" sahut Devan."Hhhmmm ya sudah kalau gitu, kebetulan hari ini aku masak makanan kesukaan kamu!""Terima kasih!" ucap Devan dengan sikap yang masih terlihat cuek."Sama-sama mas." sahut melati yang masih bisa tersenyum."Mas, sini biar aku ambilin makanan buat kamu!" ucap SintiaTanpa sepatah katapun Rifaldi memberikan piring miliknya pada istrinya itu. "Kebetulan loh mas hari ini aku ikut memasak, kamu cobain yah ini aku sengaja masak makanan spesial kesukaan kamu!""Waww, ternyata menantu yang satu ini juga sudah dah mulai belajar masak yah! Bagus lah setidaknya kalian berdua ada gunanya tinggal disini!" celetuk Ibu mertua yang julid itu."Mah tolong jaga sikap mama, jangan bicara seperti itu pada kedua menantu di rumah ini. Mereka sudah berus
Terlihat Bu Ranti sedang meminta Sintia untuk mengambilkan sebuah kotak yang berada di atas lemari, karena Sintia tidak terlalu tinggi akhirnya Bu Ranti meminta Sintia untuk mengambilnya menggunakan tangga. "Ya sudah sekarang kamu naik!" pinta wanita paruh baya itu. "Ayo cepetan!" teriaknya kembali. "Tapi mah aku takut ketinggian!" lirih Sintia yang meminta belas kasian ibu mertuanya itu. "Ya ampun kamu itu emang gak ada gunanya banget yah! celetuknya "ini kan gak terlalu tinggi Sintia jadi apa yang kamu takuti!" bentak wanita itu tanpa rasa peduli. Dengan sangat kesal Sintia pun mulai menolak dengan sedikit melawan "Ya sudah kalau begitu mama saja yang ambil sendiri! Dan aku yang akan memegangi kursi nya di bawah " ucap Sintia."Kamu jangan lancang yah sama saya , saya ini ibu mertua kamu! Masa kamu berani menyuruh saya yang sudah tidak muda ini untuk naik ke atas kursi seperti itu. Terus apa gunanya saya punya seorang menantu?"suara bising wanita itu pun terdengar oleh Melati d
Devan membaringkan tubuh istrinya itu di atas tempat tidurnya. Walau masih terlihat canggung tapi Melati merasa senang karena suaminya terlihat peduli padanya. "Mas... kenapa kamu membaringkan aku diatas tempat tidur?" tanya gadis itu polos. "Lalu aku harus membaringkan kamu dimana?" tanyanya. "Kamu kan bisa membaringkan aku di sofa tempat aku tidur!" "Aku sudah terlanjur membaringkan kamu disini dan aku tidak mau menggendong kamu atau membantumu pindah ke sofa itu!""Tapi.... bukankah aku tidak punya hak berada diatas tempat tidur ini!" "Sudahlah sekarang ini aku sedang berbaik hati, kalau bukan karena kamu sedang sakit aku juga tidak akan membiarkan kamu berada di tempat tidurku!" Walau nampak peduli tapi Devan masih dengan sikapnya yang cuek dan dingin. "Terima kasih mas!" ujar Melati."Ya sudah sekarang kamu istirahat dulu saja," aku akan turun ke bawah dulu dan akan segera kembali lagi!" Gadis polos itu pun hanya mengangguk saja sambil tersenyum. Sementara itu semua oran
"Ayo kita pergi sekarang!" ajak Devan. "Aku juga sudah meminta ijin pada Papa!" "Iyah mas... aku juga sudah siap!""Biar aku bantu!" ujarnya dengan cepat membantu Melati berdiri. "Terima kasih mas!" sahu MelatiDia pun berdiri dan mulai berjalan di bantu oleh Devan. "Apa kamu yakin bisa berjalan menuruni tangga?" tanya Devan. "Biar aku gendong saja!" "Tidak usah mas.... Aku bisa kok berjalan sendiri!""Ya sudah kalau begitu biar aku bantu memapah kamu!" Gadis itu pun mulai tersenyum sendiri sambil memperhatikan wajah suaminya yang tepat berada dekat dengannya. "Mas Devan di lihat dari dekat seperti ini terlihat sangat tampan sekali! ujar Melati dalam hatinya. "Beruntung sekali wanita yang akan menjadi istrinya nanti." "Jangan terus melihatku seperti itu, sebaiknya kamu perhatikan jalannya agar tidak sampai terjatuh lagi!" ungkap pria itu membuyarkan lamunan Melati. Dengan gugup gadis itu sedikit malu karena telah ketahuan "Hhhmmmm iyaaaahh mas maaf aaakuu hanyaa.....!" "Hanya
Saat sedang menuruni anak tangga, Devan tidak sengaja berpapasan dengan Bu Ranti yang merupakannya itu. "Devan..! panggil lirih wanita paruh baya itu.Namun Devan terus saja berjalan tanpa menghiraukannya.."Devan tunggu..!" teriaknya sambil berjalan ke arah Devan. "Kamu mau sampai kapan sih bersikap seperti ini sama mama?" tanya nya. "Mama tahu benar kalau mama ini memang bukan ibu kandung kamu, bukan ibu yang sudah melahirkan kamu! tapi mama sudah menganggap kamu sebagai anak kandung mama sendiri!" ungkap Bu Ranti dengan sebuah kenyataan. "Aku tidak butuh pengakuan itu dari kamu! tetap saja kamu bukan siapa-siapa bagi aku!" ujarnya."Devan, ibu kamu meninggal bukan karena kesalahan mama!" "Cukup..." teriak Devan menahan emosinya. "Tolong jangan berani membahas soal ibuku lagi. Anda tidak pantas menyebut namanya sekalipun, bukankah anda sudah berhasil mengambil semua miliknya! suaminya, rumahnya, keluarganya, apalagi yang akan anda ambil? tanyanya sinis. "Apa aku juga!" "Bukan b