Share

bab3. Seakan kembali pada masalalu

Sepertinya kedatangan Hanna dan Clayton benar-benar sangat ditunggu oleh pemilik rumah tersebut. Terbukti saat pintu utama di buka, di sana seorang wanita paruh baya yang penuh wibawa duduk menunggu.

Lidya Wirautama, pengusaha kaya raya dengan gurita bisnisnya yang tak asing di mata media.

Hanna mengenal wanita di depannya itu, tapi ia masih belum percaya jika anak semata wayang keluarga besar tersebutlah yang telah menghancurkan masa depannya. Mungkin karena sosok Kelvin yang saat itu sangat jarang disorot media.

Hanna semakin yakin jika yang ada di hadapannya adalah bagian dari masalalunya yang menyakitkan. Ia yakin setelah melihat foto Keluarga tersebut yang ada di dinding rumah, dan disanalah pria yang paling ia benci berdiri di antara kedua orang tuanya.

Lidya bangun dari duduknya, dengan senyum teduh dan ramah ia menghampiri Hanna. "Selamat datang Hanna," ucapnya, lalu ia menoleh ke arah Clayton yang saat ini tengah menatapnya. "Apa kabar cucu omah? Kamu benar-benar mirip papamu waktu kecil dulu," ucap Lidya sambil membelai pipi Clayton.

Clayton menoleh ke arah sang ibu, lalu ia pun bertanya tentang wanita di depannya. "Ma, siapa mereka?"

"Mereka…," ucapan Hanna menggantung karena tidak tahu jawaban apa yang harus ia berikan pada Clayton. Ia pun sedikit takut jika salah memberikan jawaban pada Clayton,  karena ia paham betul siapa Lidya.

"Kami adalah keluargamu, sayang. Ini omah, nenek Clayton," ucap Lidya sambil tersenyum.

Hanna tak merasa heran jika nyonya besar tersebut bahkan sudah mengetahui nama anaknya. Ia tahu orang seperti mereka tidak akan mengakui sesuatu tanpa menyelidiki semuanya terlebih dahulu.

"Mereka sudah datang ternyata."

Suara yang selalu terngiang di telinga Hanna kembali terdengar. Suara yang sangat ia benci.

Hanna menoleh ke arah suara yang tak lain adalah Kelvin, dan seketika itu juga semua kenangan buruk kembali ia rasakan.

Kelvin melangkah sambil menggandeng tangan sang kekasih, Rebecca. Tatapan kebencian di mata Hanna terlihat jelas saat melihatnya.

Kelvin berhenti tepat di hadapan Hanna, menatap wanita tersebut lalu beralih ke arah Clayton. Kelvin terlihat tak bersahabat dari caranya menatap Hanna, tapi seketika berubah saat menatap Clayton.

"Bukankah dia sangat mirip denganmu?" tanya Lidya pada Kelvin yang masih menatap Clayton.

"Mungkin," jawab Kelvin. Ia menjongkokkan tubuhnya agar sejajar dengan Clayton. "Siapa namamu?" tanyanya.

Clayton menoleh ke arah Hanna sebelum menjawab Kelvin.

"Kenapa tidak jawab?" tanya Kelvin kembali.

"Kata mama, Clay nggak boleh dekat-dekat orang yang Clay tidak kenal. Clay harus hati-hati dengan orang asing, takut di culik," jawab Clayton dengan polosnya.

Kelvin melirik ke arah Hanna dengan tajam, lalu beralih kembali pada Clayton. "Oh, jadi mama kamu bilang begitu? baiklah, kita kenalan setelah itu aku bukan orang asing lagi bagimu," ucapnya sambil mengulurkan tangannya pada Clayton. 

Clayton menoleh kembali ke arah Hanna yang diam saja. "Mama, apa Clay boleh kenalan sama om ini?" tanya Clayton.

Hanna menoleh ke arah Kelvin yang menatapnya tajam penuh kebencian. Hanna mengangguk, ia sadar saat ini berada di mana dan berurusan dengan orang-orang seperti apa.

Mendapat jawaban dari sang ibu, Clay pun langsung menjabat tangan Kelvin. "Namaku Clayton, nama om siapa?" 

Suara Clayton yang lucu membuat Kelvin tersenyum. "Nama om, Kelvin, Clayton bisa panggil papa," ucapnya.

"Papa…? Tapi Clay nggak punya papa, kata mama papa sudah pergi jauh," ucap Clay kembali.

"Dan sekarang papa Clayton sudah kembali," ucap Kelvin. Ia berdiri dan menatap Hanna. "Bersiaplah dalam waktu dekat ini, karena kamu akan kehilangannya," ucapnya.

"Apa maksudmu," ucap Hanna bernada ketus.

"Ssstttt." Kelvin meletakan jari telunjuk di bibirnya. "Jangan marah-marah, Clayton sedang melihatmu," imbuhnya.

Sementara Rebecca yang saat ini menjadi wanita pengisi hati Kelvin, ia  menatap angkuh pada hanna. Ia menoleh ke arah Lidya yang sempat terpukau akan interaksi Kelvin dan Clayton.

"Tante, apa ini wanita yang dibicarakan Kelvin padaku? Dia yang mengandung anak Kelvin karena insiden waktu itu?" tanya Rebecca pada Lidya.

Lidya menghela nafasnya, karena selaku merasa kesal setiap kali mengingat kejadian yang memalukan tersebut.

"Mulai sekarang dia dan cucu keluarga Wirautama akan tinggal di sini. Dan dia akan segera menikah dengan Kelvin," ucap Lidya.

Hal tersebut tak hanya membuat Rebecca terkejut, tapi Kelvin dan Hanna pun sangat terkejut dengan ucapan Lidya.

"Maksud mama apa?" tanya Kelvin.

"Dia mengandung anakmu, itu artinya dia harus menjadi istrimu," jelas Lidya.

"Tante, mana mungkin Kelvin menikah dengan wanita murahan ini. Bukankah tante mengatakan hanya akan mengambil anaknya?" ucap Rebecca yang tak terima keputusan Lidya.

"Mama, apa yang ada di pikiran mama sebenarnya? Kita bisa mengambil anak yang mama inginkan itu, tanpa meminta ibunya tetap tinggal," ucap Kelvin sambil menatap ke arah Hanna penuh kebencian.

"Apa kamu ingin memisahkan aku dan anakku?" sahut Hanna dengan pernyataan Kelvin.

Kelvin menatapnya tajam, mata yang saling membenci tersebut saling bertatapan. "Kami hanya menginginkan anakmu, bukan dirimu," ucapnya bernada dingin.

"Kalian tidak bisa mengambilnya dariku," sahut Hanna dengan berani. Ia menarik Clayton lebih dekat dengannya.

"Apa kamu berani melawan, hah!" pekik Kelvin.

"Apa yang harus aku takutkan?" jawab Hanna kembali dengan berani.

"Mama, jangan marah-marah," ucap Clayton sambil memeluk kaki sang ibu.

"Tidak sayang," sahut Hanna sambil membelai kepala Clayton. Ia pun membuang pandangannya dari Kelvin.

"Kalian harus menikah." Lidya tetap bersikukuh dengan keputusannya.

"Ma, aku akan menikah dengan Rebecca, bukan dengan wanita ini," ucap Kelvin menolak.

"Terserah jika kamu mau menikah dengan Rebecca. Mama hanya ingin kamu menikah dengannya untuk melindungi nama baik keluarga, karena bagaimanapun dia telah melahirkan cucu keluarga Wirautama," jawab Lidya dengan tegas.

"Aku tidak bisa," ucap Kelvin tetap menolak.

"Apa kamu berani membantah perintah mama?" bentak Lidya pada Kelvin.

"Maaf nyonya, tapi saya juga tidak bersedia menikah dengan anak anda. Saya tidak sudi berada dalam lingkungan keluarga ini, apalagi menjadi istri dari seseorang yang tak memiliki hati nurani," celetuk Hanna.

Plak….

"Jangan pukul mama, jangan sakiti Mama Clayton," ucap Clayton saat Hanna mendapat tamparan dari Kelvin. Anak kecil tersebut menatap ke arah Kelvin. "Om jahat, jangan sakiti mama Clay. Om jahat pergi jauhi mama," ucapnya sambil mengayunkan tangan ke arah Kelvin berulang kali memukulnya.

"Diamlah, ini semua karena mama kamu!" bentak Kelvin membuat Clayton takut dan langsung berlindung di belakang Hanna.

"Lihatlah nyonya Lidya, bagaimana bisa saya menikah dengan orang yang ditakuti anaknya sendiri," ucap Hanna dengan lirikannya ke arah Kelvin. Ia akui di hadapannya saat ini bukan orang sembarangan yang bisa melakukan apa saja,  tapi bukan berarti keberaniannya pun hilang karena alasan tersebut.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Miss HF
big No.. apalagi berani mukul.. haddeeehhh...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status