Share

Pujian Tetangga

Author: Chili Cemcem
last update Last Updated: 2025-12-13 23:09:03

“Mana istrimu, Dam?” tanya Bu Sukma, tetangga Adam, sambil berdiri di ambang pintu.

“Oh, dia lagi di kamar, Bu Sukma,” jawab Adam ramah sambil mempersilakan perempuan itu masuk.

“Oh… pengantin baru, ya. Pantesan di kamar terus,” Bu Sukma terkekeh, menutup mulut dengan satu tangan. Tangan lainnya menjinjing kantong kresek yang isinya seperti biasa, berupa lembaran kain.

“Dia lagi kerja, Bu,” Adam meluruskan dengan nada tenang.

“Kerja? Kerja kok di kamar,” sahut Bu Latifah, tetangga satunya lagi, sambil ikut melongok ke dalam rumah. “Lagian, sudah masak belum? Masa belum masak jam segini, apa bedanya coba.”

“Bu Sukma, Bu Latifah, silakan duduk dulu,” kata Adam, memilih tidak menanggapi pertanyaan itu. Ia mempersilakan mereka ke ruang tamu kecil yang juga menjadi tempatnya menerima pesanan jahitan.

“Kalau istrimu di kamar terus, sama saja kamu kayak lagi melajang, Dam,” celetuk Bu Sukma, masih saja menggoda.

“Enggak juga, Bu,” jawab Adam santai. “Sekarang saya punya teman di rumah. Dulu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pria Culun Itu Suamiku   Dekapan

    Adam segera memasang badannya, menghalangi pandangan fotografer gelap itu dengan punggungnya yang tegap. Ia mendekap Areta erat, melindungi wajah istrinya agar tidak ada lagi satu pun jepretan kamera yang bisa menangkap identitas atau kondisi Areta yang sedang tak berdaya.Detik berikutnya, sebuah mobil sedan hitam mengkilap meluncur mulus dan berhenti persis di depan Adam. Seorang pria berpakaian setelan jas hitam keluar dari pintu depan dengan gerakan sigap. Ia menunduk hormat, lalu membukakan pintu belakang dengan takzim.“Silakan, Pak Adam,” ucap pria tersebut dengan suara rendah yang patuh.Adam tidak langsung masuk. Matanya menyapu sekitar dengan tatapan setajam elang, jauh dari kesan culun yang biasa ia tunjukkan. “Cepat kalian urus fotografer itu. Pastikan tidak ada satu pun foto istri saya yang tersisa. Ambil kameranya, musnahkan datanya,” perintah Adam dingin sebelum memapah Areta masuk ke dalam kabin mobil yang kedap suara.“Baik, Pak. Segera dilaksanakan,” pria itu mengang

  • Pria Culun Itu Suamiku   Kekhawatiran

    Stefi menyesap minumannya, matanya melirik ke arah pintu masuk kafe di mana seorang pria muda bertubuh atletis dengan wajah camera-face baru saja masuk. Pria itu adalah Raka, model pendatang baru yang haus ketenaran. Stefi sudah menjanjikan satu hal pada Raka: namanya akan meledak di semua portal berita besok pagi, asalkan ia mau bekerja sama dalam skandal ini."Areta, jangan masukkan ke hati omongan gue tadi," Stefi tiba-tiba berubah manis, suaranya melunak. "Gue cuma nggak mau Daniel terlalu berharap sama trik internet. Tapi jujur, lo tetap yang terbaik soal teori."Areta hanya mengangkat alis, masih waspada."Gue tahu lo nggak minum alkohol karena alergi, kan?" lanjut Stefi sambil melambai pada pelayan. "Gue pesenin Virgin Mojito kesukaan lo ya? No alcohol, just fresh lime and mint. Sebagai tanda kita baikan."Areta merasa tenggorokannya memang kering setelah banyak bicara soal teknik jahit tadi. Ia melihat Stefi memesan langsung pada pelayan dengan detail yang sangat spesifik. Are

  • Pria Culun Itu Suamiku   Pesona Areta

    “Nggak. Sejuta cukup kok,” ucap Areta sambil memasukkan amplop itu ke tasnya. “Lagian, biasanya aku boros karena sering traktir teman. Sekarang nggak akan. Nggak akan pernah. Mereka nggak pernah ada di saat aku susah. Jadi kalau sekarang mereka susah, bodo amat.”Adam mengangguk pelan, menatap istrinya dengan tatapan yang sulit diartikan di balik kacamata tebalnya. “Hati-hati. Bawa saja mobilku kalau mau.”Areta melirik ke arah luar, membayangkan dirinya turun dari mobil lama milik Adam di depan sebuah kafe mewah. “Ogah. Ribet. Malu-maluin juga. Lebih enak naik taksi. Aku nggak akan pulang telat. Jangan khawatir, aku nggak bisa minum alkohol karena sedang jaga kondisi.”“Tentu,” jawab Adam singkat.“Dan satu lagi,” Areta menunjuk wajah Adam dengan jari telunjuknya. “Jangan lapor Mama atau Papa kalau aku party lagi sama teman-temanku.”“Iya.”Areta melenggang keluar rumah, meninggalkan aroma maskulin sabun cuci piring dan mesin jahit yang mengepungnya seharian. Begitu ia masuk ke taksi

  • Pria Culun Itu Suamiku   Party

    Pagi hari berikutnya, dengan lingkar mata yang mulai terlihat, Areta melangkah keluar kamar, masih mengenakan piyama sutra mahalnya, bersiap mencari kopi mahal di luar."Selamat pagi, Are," sapa Adam.Pria itu sudah duduk di depan mesin jahit industrinya yang besar. Ia sudah rapi dalam balutan kemeja kotak-kotak dan celana cingkrang-nya. Di tangannya, ia memegang mug keramik tua."Kopiku di mana?" tanya Areta, mengabaikan sapaannya."Kopi ada. Tapi gak ada kopi mahal. Adanya kopi hitam. Kalau mau, aku buatkan."Areta mendengus. "Jangan. Aku bisa mati minum kopi kampungmu." Ia melangkah ke kamar mandi, cuci muka dan gosok gigi. Lalu kembali berkutat dengan gambar desainnya. Hari ini ia harus bisa mencapai target. Dan harus membuat sample desain terbarunya.“Kamu mau sarapan? Aku beli roti dan selai coklat. Mungkin cocok denganmu,” tegur Adam saat melihat istrinya keluar dari kamar mandi.Tawaran makanan tidak bisa ditolak. Ia sudah lapar. “Di mana?” tanyanya masih dengan nada seperti

  • Pria Culun Itu Suamiku   Pemberian Tak Masuk Akal

    Areta keluar dari kamar dengan langkah pelan. Ruang tamu sudah kembali lengang. Dua perempuan tadi, Bu Sukma dan Bu Latifah tampak tidak ada lagi. Yang tersisa hanya Adam, duduk di kursi kayu rendah, tubuh sedikit membungkuk, fokus pada kain yang sedang ia jahit. Mesin jahitnya diam. Tangannya bekerja manual, rapi, nyaris tanpa suara.Areta berhenti beberapa langkah darinya.Entah kenapa, tanpa sadar tangannya terangkat, telapak terbuka di depan Adam, gerakan refleks, seperti sedang menagih sesuatu yang seharusnya ia terima.Adam mengangkat wajah. Ia membetulkan letak kacamatanya yang sedikit miring, lalu menatap Areta dengan ekspresi datar seperti biasa.“Ada apa?” tanyanya singkat.Areta menegakkan bahu. Nada suaranya dibuat dingin, professional, seolah ini bukan permintaan pribadi, melainkan hak yang tertulis di kontrak tak kasatmata.“Aku minta uang buat ongkos taksi,” katanya. “Sebagai seorang istri, aku tentu kamu nafkahi, kan?”Adam tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap tela

  • Pria Culun Itu Suamiku   Pujian Tetangga

    “Mana istrimu, Dam?” tanya Bu Sukma, tetangga Adam, sambil berdiri di ambang pintu.“Oh, dia lagi di kamar, Bu Sukma,” jawab Adam ramah sambil mempersilakan perempuan itu masuk.“Oh… pengantin baru, ya. Pantesan di kamar terus,” Bu Sukma terkekeh, menutup mulut dengan satu tangan. Tangan lainnya menjinjing kantong kresek yang isinya seperti biasa, berupa lembaran kain.“Dia lagi kerja, Bu,” Adam meluruskan dengan nada tenang.“Kerja? Kerja kok di kamar,” sahut Bu Latifah, tetangga satunya lagi, sambil ikut melongok ke dalam rumah. “Lagian, sudah masak belum? Masa belum masak jam segini, apa bedanya coba.”“Bu Sukma, Bu Latifah, silakan duduk dulu,” kata Adam, memilih tidak menanggapi pertanyaan itu. Ia mempersilakan mereka ke ruang tamu kecil yang juga menjadi tempatnya menerima pesanan jahitan.“Kalau istrimu di kamar terus, sama saja kamu kayak lagi melajang, Dam,” celetuk Bu Sukma, masih saja menggoda.“Enggak juga, Bu,” jawab Adam santai. “Sekarang saya punya teman di rumah. Dulu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status