Beranda / Romansa / Pria Paling Beruntung / Baik, aku akan pergi

Share

Baik, aku akan pergi

Penulis: Chiavieth
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-10 07:01:22

"Sekarang Sandra sudah menjadi istri Simon, aku ingin tahu bagaimana pria itu bertindak jika istrinya di p3rkos4 dan memastikan mereka bercerai. Lalu aku akan melihat Simon keluar dari rumah keluarga Sandra tanpa membawa apa pun!” Gerald tersenyum menyeringai

"Gerald, apa kamu gila? Jangan buat kekacauan lagi, mereka sudah berjasa pada keluarga kita dan juga memberikan suntikan dana sebesar 100 miliar untuk perusahaan ayah. Ingat, kita masih punya beberapa supermarket yang akan menjadi sumber penghasilan untuk biaya hidup kita selanjutnya, kuharap kamu tak melupakan jasa mereka yang telah memberi bantuan pada kita."

"Diam kamu!" Tegas Gerald pada saudara sulungnya, lalu ia kembali berkata, "Semua yang kamu bilang itu benar, mereka memberi kita 100 miliar, tapi bukannya selama itu kita kita yang bekerja hingga bisa menghasilkan 2 triliun lebih dalam beberapa tahun ini, sementara mereka hanya duduk tanpa melakukan apa pun, bisa di bilang kekayaan keluarga Sandra adalah hasil usaha kita sendiri, kenapa mesti masih memikirkan tentang balas jasa?"

Saudara sulungnya yang bernama Leon ingin membantah, tetapi adiknya menyela, "Leon, berhenti bicara, pokoknya aku akan melakukan apapun agar mereka bercerai." Gerald tetap bersikeras dengan pendapatnya.

Leon hanya bisa menggertakkan gigi dan menarik nafas berat. Saudaranya itu benar-benar keras kepala! Selama 3 tahun lebih ini Gerald selalu boros dan suka menghamburkan uang tanpa memikirkan nasib kedepannya.

“Terserahlah, aku tak mau tau apa yang terjadi setelahnya." Setelah mengatakan itu, Leon memilih pergi ke kamarnya.

Gerald melepas pakaiannya dan memperlihatkan sebuah tato kepala naga di punggungnya, kemudian dia memasuki kamar mandi untuk menghilangkan rasa gerah di tubuhnya.

Tanpa di ketahui, dia telah berpartisipasi dalam kelompok geng mafia yang menghebohkan dunia, dan bahkan diam-diam Gerald memiliki rahasia besar.

Leon berusaha menyibak rahasia adiknya itu selama bertahun-tahun, namun Gerald benar-benar hebat, sampai sekarang Leon tak pernah tahu rahasia yang dimiliki adiknya.

Tak lama, pintu kamar mandi terbuka, Gerald keluar dengan pakaian yang telah di ganti. Perutnya berbunyi, membuatnya langsung menuju ke ruang makan. Namun, saat membuka lemari makan dan tudung saji, disana hanya ada semangkuk bubur ayam.

"Sial! Mungkin lebih baik pesan makanan di luar." Namun sayangnya ponselnya kini dalam keadaan mati total. "Kenapa aku bisa lupa mengisi dayanya?"

Gerald agak kesal, ia merogoh saku dan hanya ada uang recehan! "Sudahlah, abaikan dulu selera dan makan saja yang ada di depan." Ia memaksa menyuapnya kemulut, “Ini benar-benar tidak enak, rasanya hambar, apa nggak ada makanan lain? Ini sangat tak layak untuk di makan…” Gerald kembali meletakkan sendoknya setelah mengunyah.

“Hush! Belajarlah menghargai makanan, ini lebih baik daripada nggak makan apa-apa."

Gerald terdiam saat mendengar suara tegas saudaranya yang muncul di belakangnya tiba-tiba. Padahal dia ingin sekali memuaskan nafsu makannya dengan menu steak berkualitas seperti menu yang biasanya dia nikmati di restoran bintang lima, namun untuk membelinya sekarang, ada hal yang menghalangi rencananya.

Ketika tenggelam dalam pikirannya, tiba-tiba suara pintu terbuka dan sepasang suami istri muncul disana. “Pah, kenapa nggak ada makanan lain? Sejak pagi aku lapar dan..."

Pertanyaan Gerald dibalas dengan tatapan kosong oleh orang tuanya, wajah mereka terlihat lesu dan tak bersemangat, keduanya langsung menuju kamar tanpa berkata sepatah katapun.

Hal itu menjadi pertanyaan bagi Gerald dan juga Leon. "Ada apa dengan Mama sama papa?" Saudara sulungnya hanya mengangkat bahu.

"Kamu tak bisa diam terus begitu, Leon lakukanlah sesuatu..."

"Kurasa mereka baru saja bertengkar." ujar Leon memotong kata-katanya.

Mereka lalu diam, keheningan di ruangan itu dipecahkan oleh suara dering telepon Gerald, ia melihat sekeliling dan mengambil ponselnya yang terletak di ujung meja. Dia mengernyit ketika mendapati nama yang tak asing muncul di layar ponsel. "Kenapa Shania menelpon lagi?"

Gerald ragu-ragu namun ia mencoba menjawab. "Ya, ada apa Shania?"

"Bertemu denganmu? Hmm, baik. Tapi hanya untuk kali ini saja."

Gerald mematikan ponselnya, lalu melihat Leon yang menatapnya dengan dingin. "Wanita seperti dia sudah banyak aku temui, hanya memikirkan uang dan mengandalkan fisik serta berbicara tentang diri sendiri dengan mulut manisnya.” kata Gerald dengan wajah yang rumit.

***

“Kenapa Gerald masih belum datang? Kuharap dia menepati janjinya.” Shania menunggu di depan pintu cafe dengan gelisah.

Pikirannya begitu kacau, di tambah lagi keadaannya yang belum terlalu stabil karena baru keluar dari rumah sakit. Menit berikutnya dia melihat seseorang keluar dari mobil dan berjalan pelan menuju pintu kafe.

Sigap Shania berlari menghampirinya. "Gerald, akhirnya kamu datang juga, maaf telah memanggilmu, tapi kenapa lama sekali?"

Sebelum berjalan pria itu menyalakan rokok sambil mengerutkan keningnya, kemudian duduk di tempat yang di pesan khusus oleh Shania. Tatapannya begitu dingin, Shania semakin gelisah melihat reaksinya, namun dia mencoba membuat rautnya sedatar mungkin.

“Cepat katakan, kamu hanya punya waktu beberapa menit.” matanya mengamati jam di tangannya, tanpa melihat lawan bicaranya.

"Aku hamil!"

Gerald tak bereaksi dan malah terus menghisap rokok di tangannya, Shania menarik nafas dalam-dalam menanti kata-kata Gerald selanjutnya.

"Jadi apa yang kamu inginkan?" Gerald menjawab dengan asal karena merasa jenuh berurusan dengannya.

"Aku hanya ingin kamu menikahiku sebagai bentuk tanggung jawab atas perbuatanmu..."

Gerald terdiam, ia menunduk sesaat memikirkan sesuatu, pada detik berikutnya ia mendongak dan bersuara.

"Maaf Shania, aku tak bisa mengakuinya, bukannya sebelumnya udah kuberitahu?”

Deg!

Shania merasa jantungnya berhenti berdetak mendengar jawaban Gerald. Kalau hanya uang Shania memang tak kekurangan lagi sekarang, tapi Gerald telah membuatnya hamil! Calon bayi yang ada di perutnya kini membutuhkan kehadiran seorang ayah di sisinya.

Shania menatap Gerald dengan sorot mata tajam, tetapi Gerald pura-pura tak melihat dan mengacuhkan hal itu tanpa merasa cemas.

Ia melihat ada gelagat aneh dari Gerald, pria itu menarik napas dan menghembusnya dengan kasar, tampak seperti ada beban berat yang dirasakannya. “Tidak, tidak, bagaimanapun aku tetap tak peduli dengan hal yang bukan urusanku hari ini aku mengajaknya bertemu hanya untuk meminta pertanggung jawaban darinya.” desis Shania.

Gerald maupun Shania diam membeku ditempatnya, pikiran Shania bercabang, sebagai wanita, ia telah kehilangan kehormatannya, sedangkan Gerald tak mengakui janin yang sedang dikandungnya itu anaknya, kehidupan Shania mungkin akan lebih hancur jika tak ada yang mengurusinya.

Akankah aku kabur saja? Shania bergumam. Tidak, aku tak akan melakukan itu, mungkin aku sedikit egois, tapi haruskah aku meminta bantuan Simon?

Saat ini, Gerald terlihat arogan, sikapnya pada Shania jauh berubah daripada sebelumnya. Shania menarik nafas seolah ingin melarikan diri dari ingatan yang meresahkan dan mencoba menguatkan diri, kemudian ia kembali bicara. "Baiklah, tapi aku punya satu permintaan..."

Gerald tak menyangka wanita itu akan membuat keputusan dengan cepat, dia mencari posisi duduk yang nyaman agar dirinya terlihat santai demi menutupi rasa penasaran di hatinya. "Masih tersisa waktu 2 menit!" Dia masih berpegang teguh pada perkataan sebelumnya.

Shania cukup pintar untuk mengahadapi situasi ini, jadi dia mengatakan keputusannya. "Aku hanya berharap kita tetap berhubungan baik.”

Sudut mulut Gerald berkedut, seakan ada emosi yang tidak bisa diartikan dari sorot matanya. "Kamu sedang demam?” tanyanya tanpa ekspresi.

Shania mengangguk.

Gerald berpikir bahwa wanita itu mungkin bertindak secara tiba-tiba tanpa memikirkannya, dia merasa ini tidak sesuai dengan karakter Shania. Makanya, ia tak akan memaksa wanita itu lebih jauh lagi.

"Baiklah, aku setuju dengan keputusanmu, waktunya sudah habis. Aku akan pergi."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pria Paling Beruntung    Ending...

    "Semuanya, Sean, tiba-tiba menghilang!" Saat semua orang masih berada dalam suasana duku, tiba-tiba Alessa muncul di sana dengan membawa kabar buruk. Ini bukan hanya membuat Simon kaget, tapi juga sangat cemas dan panik."Apa? Bagaimana bisa ini terjadi?""Bagaimana kamu menjaganya, Alessa?" "Kita harus segera mencarinya!" seruan mereka yang dilanda panik silih berganti membuatnya kalang kabut.Mereka bergegas keluar ruangan, bergerak cepat mencari keberadaan Sean.Simon di tinggal sendirian dalam keadaan tak berdaya, dirinya bukan hanya kehilangan Sandra, tapi apa ia juga harus menghadapi kehilangan Sean?"Apapun yang terjadi, aku harus menemukan Sean!" ujarnya dengan penuh tekad. Sejujurnya, Simon sangat mencemaskan keselamatan anak itu. Di saat sulit ini, harusnya mereka memperhatikan anak seusia Sean, tapi mereka terlalu lengah dan hampir melupakan anak itu.Di tempat lain, seorang satpam menemukan seorang anak sedang meringkuk sendirian di loteng rumah sakit. Begitu dia mengh

  • Pria Paling Beruntung    Mommy, aku tak ingin kehilanganmu

    Saat itu, pintu ruangan nomor 134 terbuka dengan keras. Seorang perawat masuk dengan wajah penuh kepanikan. "Ada kecelakaan tak terduga di ruang operasi! Nyonya Sandra..." suaranya terputus saat melihat semua orang menatap dan menanti perkataan selanjutnya.Simon, Alessa dan lainnya merasa detak jantungnya berhenti sejenak. "Apa yang terjadi? dia baik-baik saja kan?"Dari wajah perawat itu, terlihat garis-garis kegundahan. "Sekali lagi mohon maaf, tapi darah yang di sumbangkan sebelumnya, belum bisa membuat keadaan nyonya Sandra stabil. Butuh waktu dan perawatan yang lebih intensif untuk memulihkan keadaannya, kami semua sedang berjuang menyelamatkannya."Mendengar itu, Simon merasa dunianya runtuh. Bahkan Sean yang masih berada dalam pelukan Alessa, mengeratkan pegangannya pada wanita itu. "Tante... bagaimana dengan mommy..."Melihat hal ini, Elsa merasa bersalah, terlebih melihat Sean yang seumuran putranya kini terlihat ketakutan. Apa dia memilih keputusan yang salah? Apa mereka aka

  • Pria Paling Beruntung    segera ke rumah sakit

    ( Elsa, segera ke rumah sakit Williecons, aku akan kirimkan alamat lengkapnya) Elsa menerima pesan teks dari nomor tak di kenal. ‘Siapa ini?’ ia berusaha mengingat-ingat pemilik nomor dengan ujung angka 77, “Yah, aku ingat! Ini kakak, aku sudah lama tak tahu kabarnya, tapi darimana dia dapat nomor baruku…?” Dia menggeleng, ‘Ini tak penting sekarang, lebih baik aku segera menghubunginya…’ Saat itu panggilan langsung tersambung.“Halo, apa ini kamu kak Max?”“Elsa! Syukurlah, ternyata orang itu tak berbohong, akhirnya kita bisa mengobrol juga hari ini.” "Oh ya kak, kamu dimana? Tadi kamu bilang rumah sakit, memangnya siapa yang sakit?" Elsa mengigit bibirnya bawahnya cemas, ‘Semoga saja bukan ibu.’ “Sandra sedang dalam keadaan kritis, pagi ini ada dapat kabar Simon juga masuk rumah sakit karena kecelakaan…”“Ke-kecelakaan?” Sungguh, Elsa kaget saat menerima kabar itu. Untungnya saat itu dia anak kembarnya sudah di antar Antonio pergi ke sekolah, jadi mau teriak sekeras apapun, pali

  • Pria Paling Beruntung    Kritis...

    Tiba-tiba, semua lampu jalan padam, bahkan seluruh bangunan terlihat gelap. Hampir semua detak jantung mereka terdengar berpacu dengan kencang. Simon meraba-raba mencari ponselnya untuk penerangan.Saat ini, ada suara langkah kaki mendekat, membuat ketegangan, sebelum langkah itu sempat mendekat, sebuah cahaya muncul menyilaukan mata. “Sandra … segera kita bawa dia kerumah sakit.” Untungnya Alessa segera menghidupkan senter Flashlight dari ponselnya.Sementara Sean terlihat histeris melihat sang mommy yang berada dalam keadaan kritis. “Mommy… ayah, siapa yang berbuat jahat pada mommy, kenapa kamu hanya diam ketika orang melukainya.” Bocah itu menangis tersedu-sedu.Simon menelan salivanya, dia mencoba menenangkan Sean dengan sabar. Namun, anak seperti putranya ini cukup bermulut pedas, jadi semua perkataan orang dewasa dia lontarkan, tanpa peduli bahwa itu akan menyinggung orang lain, termasuk dirinya sendiri sebagai ayah.“Sean, kita tak tahu siapa orang yang melakukan itu pada mommy-

  • Pria Paling Beruntung    Siapa yang melakukan ini?

    “Alessa…” Sandra dan Simon buru-buru keluar dari mobil, mereka melihat kerumunan orang di sekitar rumahnya, bahkan ada banyak petugas keamanan dan wartawan yang berkumpul di sekitar area.“Sebenarnya apa yang sedang terjadi?” Di antara kerumunan itu, mereka melihat seorang pria terlihat berjalan menunduk diiringi oleh beberapa petugas keamanan. Wartawan mengambil foto, lalu melakukan wawancara.Simon mengernyitkan dahinya. “Gerald?” Sandra ikut terkejut.“Dia muncul lagi?” Keduanya bergegas mendekati kerumunan karena ingin memastikan keadaan putranya.“Sean…” Sandra berlari menghampiri seorang guru les privat anaknya. Sayangnya, sosok yang di panggil namanya tidak ada di sana. “Dimana Sean? Dia baik-baik saja kan?” Suaranya bergetar.“Nyonya tenang saja, Sean sedang tidur di dalam, tampaknya dia kelelahan. Yang jadi masalah sekarang adalah Ibu Alessa…”Simon menimpali. "Kamu sudah beritahu ini pada polisi?”Belum sempat menjawab, fiba-tiba seorang petugas keamanan mendatangi mereka, "K

  • Pria Paling Beruntung    Sangat Ranting..

    "Aku akan berikan salah satu toko butik milik perusahaan Elegant Endless Group' pada Alessa, semoga itu akan cukup." Entah darimana kepercayaan diri ini munculnya, Sandra mengerahkan semua isi hatinya pada Simon yang masih membeku di tempatnya. Meski hatinya penuh keraguan, namun Simon mencoba mencerna semua ucapan istrinya. "Kamu yakin?" ujarnya memastikan. Sandra mengangguk, "Aku percaya, Alessa orang yang jujur, makanya aku memilihnya, kamu jangan cemas dan takut dia akan menipu, yang penting kamu setuju saja itu sudah cukup." Sorot mata Sandra jelas tampak ketulusan, jadi Simon mengikuti saja. "Jika benar begitu, itu tergantung padamu. Aku tidak bisa memaksa ataupun melarang.""Deal!" Elsa mengambil satu keputusan. "Terima kasih dukunganmu, sayang..." Satu kecupan mendarat di pipi Simon, memancing gair4hnya, hingga sebuah adegan Simon mengendong istrinya ke tempat tidur dan menjeratnya dengan gila, menatapnya dengan penuh hasr4t."Aku suka cium4nmu, Simon." Sandra berkata denga

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status