Share

Luruskan gosip itu

Pernikahan dadakan dari anak pengusaha terkaya di kota ini sangat menarik perhatian para tamu undangan. Terlebih, identitas mempelai pria masih membuat orang bertanya-tanya.

Akan tetapi, rasa penasaran itu seketika berubah menjadi sorotan semua tamu ketika melihat sosok Sandra berjalan dengan mesra bersama Simon.

“Siapa pria ini? Bagaimana bisa Sandra memilih menikahi pria sepertinya? Apa dia juga anak konglomerat?” Seseorang yang hadir disana, penasaran dan menyuarakan pikirannya sambil berteriak.

"Ck! Mana ada anak konglomerat yang pendidikannya bisa berhenti di tengah jalan? Bahkan dia membiarkan ibu dan adiknya tinggal di gubuk lusuh seperti itu.”

“Luar biasa!" Ternyata sepasang suami istri yang hadir di acara pernikahan itu adalah orang tua Gerald yang datang tanpa tahu malu, dia menatap Simon sinis dan berupaya membuatnya terpojok.

“Aku tak menduga Putri kebanggaan Nyonya Leslie malah menikah dengan keluarga rendahan. Padahal, Sandra dulu memiliki pacarnya yang sekelas dengan model internasional.”

Dalam waktu yang tak lama, para tamu pun mulai bergunjing hebat, membuat kegaduhan di acara tersebut.

“Apa Sandra telah berselingkuh dan hamil oleh pria itu? Apa karena itulah Gerald tidak hadir disini?” seorang wanita secara mendadak memberi respon atas ucapan orang tua Gerald sambil menutupi mulutnya dengan kipas.

Desas-desus itu jelas membuat para tamu tercengang kaget dan tak bisa dicegah, gosip pun menyebar dari mulut ke mulut, hingga tak ada lagi rasa segan untuk mencela Simon dan Sandra, sampai akhirnya semua itu di dengar oleh pihak keluarga Sandra dan Simon sendiri.

Dalam suasana yang tegang, Simon tertunduk ke lantai dan bahkan terbata saat mengucapkan perjanjian alad nikah di depan semua orang, hingga akhirnya kata ‘sah’ bergema di telinga semua orang.

Keduanya mengangkat wajah dan saling tatap, untuk pertama kalinya Simon memberanikan diri mengecup kening Sandra. Namun orang yang membuat gosip tadi melihat mereka dengan sorot penuh kebencian.

Pernikahan mereka memang bukan didasari cinta, tapi itu adalah desakan nyonya empu Felicia, bisa di bilang ini adalah permintaan neneknya yang berusia hampir 75 tahun itu.

Sehari sebelumnya, Sandra ingin menolak, namun hal itu terpaksa diurungkan karena sang nenek terlihat mengiba dan mengatakan dirinya sudah berumur.

Sandra ingat sebaris kalimat yang dikatakan oleh neneknya sebelum ia memilih Simon. “Setiap hari kamu selalu saja sibuk dengan pekerjaan, kapan kamu akan menikah dan untuk masa depanmu…”

Sandra sudah menjelaskan perbuatan keji Gerald, anehnya sang nenek malah gembira mendengar itu karena dari dulu tak menyukai sifat Gerald dan keluarganya, jadi menurutnya bagus kalau Sandra mengambil keputusan itu.

Terakhir, yang membuat Sandra mati kutu bahkan ketika ia sudah menjelaskan pada neneknya, namun neneknya malah mengatakan. “Jika kamu tak kunjung menikah, aku tidak mungkin bisa melihat cucu kesayanganku memiliki seorang pendamping, apa tidak ada pria yang lebih layak dan bertanggung jawab pada keluarganya?” saat bertanya wajahnya begitu serius.

Sandra kembali menghela napas panjang, "Aku belum siap berkeluarga dan masih ingin mengembangkan usaha keluarga kita."

“Kamu tak tertarik bahkan dengan pria seperti Simon?”

Deg!

Simon tersedak sekaligus kaget mendengar usulan itu, raut wajahnya sangat tidak enak. Orang tua Sandra berdiri dan ingin protes dengan pemikiran Nyonya Felicia. “Tetap di tempat." tegas Felicia.

"Kamu tetap harus menikah, Sandra. Usiamu sudah 27 tahun. Sampai kapan kamu akan sendiri, kami ingin melihatmu ada yang mengurusi…" suara Felicia sedikit bergetar.

Sandra menarik napas panjang dan tak dapat membantah, ia melirik Simon yang sudah tak tenang sampai akhirnya dia meraih tangan Simon. “Nenek benar, kenapa harus mencari, jika pria baik dan bertanggung jawab ada di sekitarku. Simon, ya aku akan menikah dengannya…”

Simon tidak mengiyakan, tapi tidak juga menolak, diam seperti patung batu untuk beberapa saat.

***

Kediaman keluarga Sandra, memiliki rumah makan terkenal di kawasan elit di kota West land, mereka juga memiliki villa dengan lantai dua dengan halaman yang luas dan ditumbuhi banyak pepohonan dan tanaman hias untuk tempat penginapan para pendatang.

Usai acara akad nikah, suasana penuh kebahagiaan terpancar dari setiap sudut. Taman yang indah dihiasi dengan lampu-lampu berwarna, sementara meja makan yang panjang dipenuhi dengan hidangan lezat. Sandra dan Simon duduk di ujung meja, tersenyum bahagia satu sama lain.

Para tamu menikmati hidangan dan berbincang-bincang dengan riang. Saat acara berlangsung, tiba-tiba nyonya besar Felicia bangkit berdiri dan berkata dengan suara keras. “Sekarang, aku akan mengumumkan satu berita baik!“ Meski umur nyonya besar sudah lebih dari 70 tahun, tetapi ia masih sangat tegas, wibawanya tidak pudar, suaranya bahkan sangat nyaring.

Semua orang, memasang pendengaran mereka baik-baik, suasana menghening demi mendengarkan nyonya besar berbicara.

Wanita yang Sandra panggil nenek, sengaja menjeda ucapannya agar mereka penasaran, lalu melanjutkan ucapannya. “Pada hari istimewa ini, saya akan memberitahu kalian semua, bahwa cucu saya, Sandra adalah penerus perusahaan 'Elegant Endless Group', jadi dia berhak mengatur semua hal yang berkaitan tentangnya, termasuk menjadikan suaminya sendiri direktur perusahaan."

Saat berbicara, bola matanya yang berwarna kecoklatan, memancarkan sinar terang yang menunjukkan kewibawaannya. Kata-katanya sangat mengejutkan!

Ruangan yang hening tadi kembali riuh, di antara mereka pihak dari keluarga Simon, sangat senang mendengar hal ini. Para tamu yang berdatangan berdiskusi dengan pendapat mereka masing-masing, sementara seorang tamu, mendatangi ibunda Simon sambil tersenyum menyalaminya. “Selamat buk, dapat menantu kaya, pasti senang dong ya?”

Nyonya Mandy tersenyum ketika tetangganya berkomentar. “Alhamdulillah, saya juga bersyukur nyonya Leslie telah mempercayakan putrinya pada Simon. Saya hanya berharap Simon dapat memperlakukan istrinya dengan baik.”

Si tetangga tukang kepo ini mengajaknya menjauh dari tempat mereka duduk untuk mengobrol di tempat sepi.

Evy, dia terkenal suka ceplas-ceplos, saat itu dia kembali berkomentar. “Kudengar pernikahan ini karena skandal Simon dengan istrinya, Umm, maksudnya Nona Sandra, apa itu benar Bu? Aku dengar dari orang-orang tadi sih gitu."

Wanita yang akrab dipanggil Nyonya Mandy hanya geleng-geleng kepala, dan berusaha tetap tersenyum. "Kamu tahu darimana? Lebih baik kita bicara sambil duduk," ucapnya merendah.

Evy, duduk di sofa yang sama dan terus mengoceh tanpa berhenti. "Aku juga dengar kalau Simon sengaja melakukannya demi menjadi kaya, benar begitu Bu?"

"Astaghfirullahalazim!" Mandy dibuat kaget, namun dia tetap menjawab dengan tenang dan lembut, "Maaf, tapi siapa yang mengatakan itu?"

"Aku." Belum sempat dia menjawab, tiba-tiba, seorang tamu yang tak dikenalnya muncul di antara mereka. "Orang miskin aja belagu, kamu dan anakmu sama saja, memakai cara licik menjadi orang kaya untuk mengelabui semua orang."

Mandy lebih kaget lagi ketika komentar tersebut jelas untuk memojokkan keluarganya. Tak jauh dari sana, ternyata orang yang sedang di bicarakan itu sedang berjalan mendatangi mereka. “Ribut sekali disini, ada apa?”

Kehebohan wanita setengah baya itu berhenti seketika ketika melihat Simon,

Evy tetangganya itu meringis, lalu memaksakan untuk senyum dan menjawab. "Eh, Simon, kalian berdua terlihat begitu bahagia. Selamat ya!"

"Terima kasih, Bu Evy. Aku sangat senang ibu bisa datang di hari yang istimewa ini."

Simon lalu beralih pandang ke arah wanita yang tiba-tiba muncul tadi dengan dahi yang mengernyit.

"Maaf, apa sebelumnya anda telah mengenal saya? Tadi pembicaraan anda terdengar kurang mengenakkan, prasangka yang anda tuduhkan itu keliru. Saya tidak pernah melakukan hal yang anda katakan tadi, saya memang tak memiliki kekayaan yang melimpah, tapi saya berjanji akan membahagiakan istriku dengan kasih sayang dan kesetiaan, aku juga tetap akan bekerja keras demi mengubah nasib keluargaku. Ingat, aku tetap akan bekerja keras! Lagipula perasaan dan kebahagiaan tidak ditentukan oleh materi."

"Itu mustahil, kamu mengandalkan uang dari keluarga Sandra, bukan?" Ternyata dia mencoba mempertahankan pendapatnya.

Simon mencibir dan menjawab dengan tegas, "Kehidupan yang baik bukan hanya tentang uang, tapi saya mendasari kebahagiaan keluarga dengan saling pengertian, dan dukungan satu sama lain. Saya akan berusaha untuk menciptakan masa depan yang cerah, jadi bukan bukan berarti saya tinggal menggoyangkan kaki tanpa berusaha."

"Nyonya Jeanne, anda juga datang?"

Mereka melihat Sandra yang tampaknya tertarik bergabung di obrolan itu. Jadi namanya nyonya Jeanne? sorotan mereka malah berbalik pada wanita setengah baya, tersebut Nyonya Jeanne!

Dia diam, entah itu merenungkan kata-kata Simon, atau hanya malu karena telah berani muncul untuk membuat desas-desus buruk tentang keluarga Simon.

Kasihan sekali, di hari pertama menikah saja mereka sudah menghadapi tantangan yang tak terduga, demi menjatuhkan kebahagiaan mereka.

Hem... Tiba-tiba suara deheman seseorang terdengar bersamaan dengan datangnya Nyonya besar Felicia dan Nyonya Leslie, yang kini resmi menjadi ibu mertua Simon.

"Jeanne, kamu masih berani berdiri setelah menyebar gosip yang beredar?" Leslie berbicara tegas, hal itu membuat Jeanne jadi gugup. "A-anda sudah mendengarnya?"

Leslie melihat pada ibunya, nyonya Felicia. Wanita paruh baya itu sedang memasang tampang serius, bahkan raut wajahnya kini menakutkan. "Aku tak akan membiarkan mereka yang menjelekkan nama baik seseorang dan juga kebahagiaan mereka. Kamu tahu apa yang ku maksud?"

"I-itu." Jeanne menunduk menahan malunya.

"Luruskan kembali gosip yang beredar, setelah itu kamu tinggalkan tempat ini!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status