Kera raksasa itu terdiam tak menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh Juan, Namun ke dua matanya menatap lekat pada wajah Juan. Suasana pun menjadi hening.
Telalu lama menunggu jawaban, membuat leher Juan terasa pegal dan mati rasa, ia pun memutuskan untuk kembali menundukkan kepalanya, seraya kembali mengolesi luka pada tubuh kera raksasa itu. " Aku tahu, pasti sulit untuk memberitahu ku, jadi. . .
" Malam itu adalah malam bulan purnama, dimana kekuatanku akan berkurang dari setengahnya. " Ucapnya tiba-tiba, Juan kembali menengadah menatap kera raksasa itu, dan menghentikan sejenak aktifitasnya.
" Lalu? " tanya Juan, tangannya kembali mengolesi obat yang berada di tangannya
" Entah dari mana mereka bisa tahu bahwa aku memiliki siklus melemah ini? Bahkan rakyat ku saja tak mengetahui hal tersebut, tapi malam itu mereka datang menyerang gunung in
Di tengah hutan yang rimba, Bismo dan ibunya tengah berlari tergesa-gesa, dirinya terus berlari seraya menekan luka pada pergelangan tangannya yang terus mengeluarkan banyak darah." Sial, sial sial. " Umpat Bismo " Siapa pria kuat itu? bukankah Argribrata mengatakan bahwa dia akan mengawasinya? lalu kenapa dia bisa datang? bahkan dengan berani memutus tangan ku, beruntung, aku memiliki banyak orang yang melindungi ku, jika tidak? kepalaku pasti sudah terpenggal. " Sambungnya seraya terus berlari seraya menekan luka pada tangannya. Rona wajahnya sudah menjadi pucat pasi akibat terlalu banyak mengeluarkan darah.Sang ibu yang mellihat rona pucat pada wajah putranya, membuatnya khawatir. " Anak ku, bagaimana kalau kita berhenti sejenak? wajah mu sudah terlihat sangat pucat. "Bismo pun menghentikan langkahnya, menatap raut khawatir pada wajah ibunya. " Diam kau!. " marahnya seraya mendor
Juan terdiam menatap serpihan potongan dari tubuh Bismo yang berserakan di tanah, sesekali melihat tulang belulang dari tubuh ibu Bismo, Juan pun berinisiatif mengambil dan mengumpulkan sisa-sisa potongan dari tubuh pasangan ibu dan anak itu, setelah semuanya terkumpul, lalu membakarnya seraya mendo'akan mereka. Dan membiarkan jasad mereka terbakar sampai menjadi abu.Setelah selesai dengan urusannya, Juan pun memutuskan untuk kembali ketempat guru dan teman-temannya berada. Sesampainya di sana, Juan bisa melihat sudah ada Wijaya sang kepala desa dan para warga yang datang membantu menangkap sisa para orang-orang berjubah hitam untuk di interogasi, tak lupa mereka memberi pertolongan pertama pada kedua temannya Rengganis dan Andara yang terluka parah. Namun ia tak bisa menemukan keberadaan Kera raksasa itu dimana pun.Juan pun berjalan, mencoba mencari
Sejak kepergian anaknya. Juan yang tengah berpetualang membuat Dewi Ayu kesepian sekaligus merindukan sosok dari anaknya yang sangat penurut, bahkan Ranu dan keluarga Bratawati pun ikut-ikutan menghilang entah kemana? Hanya Sekar, gadis anak dari tetangga yang selalu menemani dan mengurangi rasa kesepiannya.Untuk menghilangkan rasa kesepiannya, Dewi Ayu menjadi giat bercocok tanam di halaman depan rumahnya bersama Sekar, meski terkadang dirinya selalu ingin bepergian dan menyusul putranya, namun ia urungkan karena dirinya takut, jika dia terus bersama dengan putranya maka putranya bisa berada di dalam bahaya. Karena lambat laun kebenaran akan segera terungkap.Ketika Dewi Ayu dan Sekar tengah memanen hasil dari depan rumah, tiba-tiba segerombol orang yang menunggangi kuda datang, dibelakang mereka sebuah kereta kencana berlapiskan emas datang menyusul.Dewi Ayu terke
Ayu Ningrum adalah seorang ibu dari Dewi Ayu sekaligus nenek Juan, sebelumnya suaminya Yodha Wisesa mengatakan bahwa dia telah bertemu dengan cucu mereka, mendengar hal tersebut membuatnya sedikit tak percaya sekaligus bahagia, karena putrinya berhasil hidup bahkan berhasil membesarkan anaknya seorang diri. Saking tak percayanya, ia bahkan ingin melihat langsung wajah dari cucunya untuk memastikannya secara langsung. namun suaminya melarang untuk menemui cucunya di Akademi karena permintaan sendiri dari anak mereka.Meski sedikit kecewa, namun Ayu Ningrum hanya bisa pasrah menuruti permintaan dari anaknya.Setelah mendengar dari suaminya, bahwa cucunya akan datang berkunjung, membuatnya antusias, bahkan dirinya sengaja bangun pagi buta sekali untuk membeli barang-barang baru untuk menyiapkan kamar tidur untuk cucunya, serta membeli bahan masakan terbaik untuk ia sajikan pada cucunya nanti. Yodha Wisesa yan
Setelah nenek dan kakeknya pergi meninggalkan kamarnya Juan pun berjalan mengitari setiap sudut kamar, sorot matanya menatap kagum pada seisi kamar yang terdapat banyak barang baru yang menghiasi ruangan, ia pun mendudukan dirinya di atas ranjang yang empuk seraya menatap kalung di lehernya." Guru, apa kamu menyadarinya? ada yang salah dengan sikap kakek ku? dia seperti merahasiakan sesuatu dari ku. "hening tak ada jawaban.Juan menghela nafas, " Guru, sebenarnya ada masalah apa? kenapa kamu masih tak ingin berbicara dengan ku? apa salahku? " tanyanya lagi namun masih tak ada jawaban sama sekali dari dalam sana, andai kata dirinya bisa masuk ke dalam kalung itu, dirinya pasti akan menerobos masuk kesana, sayang nya ia tak tahu bagaimana cara masuk ke dalam sana." Jika guru terus terdiam seperti ini, bagaimana bisa aku mengetahui kesalahan ku sendiri? " Sama seperti sebelumn
Pertemuannya dengan Sekar tadi, membuat pikirannya di penuhi dengan tanda tanya besar, bagaimana bisa Sekar teman kecilnya bisa berada di kota ini? Karena dirinya tahu betul, bahwa gadis itu adalah seorang gadis pemalu dan penakut yang tak mungkin berani ke kota seorang diri. Pasti ada seseorang yang membawanya, tapi siapa yang membawanya? apa itu ibunya? jika iya, maka dirinya ingin menemuinya, dan menceritakan kisah perjalanannya, akan tetapi masalah terbesarnya adalah Juan tak sempat menanyakan di mana keberadaan ibunya, dan sekarang ia menyesalinya." Putu ada apa? apa makanan ini tak enak? jika iya, kita bisa memesan yang lain. " tanya Ayu Ningrum.Juan yang tengah tenggelam dengan pikirannya, terlonjak kaget. ia mendongkak dan menatap wajah neneknya, " huh? Tidak, hanya saja aku sedang tak berselera. "" Apa ada masalah?  
Ternyata tak hanya rumor menjadi simpanan wanita tua. Melainkan ada rumor lain yang tersebar di seluruh Akademi Kancah Nangkub yang mengatakan bahwa Juan menggunakan sihir guna-guna untuk mendapatkan perhatian ketiga gadis tercantik di Akademi. yaitu Ling ling, Rengganis dan juga Andara. Tentunya ketiga gadis itu sangat marah, kenapa rumor tak berdasar seperti itu menyebar denga mudahnya? Ling ling yang tadinya diam saja, mulai tak bisa menahan amarahnya, namun, Juan kembali menahan mereka untuk tidak terbawa suasana.Ketiga gadis itu hanya bisa menahan amarahnya dalam hati.Di sisi lain ada seorang pria yang memiliki status bangsawan yaitu Bajra Mahesa yang seorang keponakan raja, yang sangat mempercayai rumor tersebut, Bajra Mahesa kesal sekaligus marah mengetahui hal tersebut, pantas saja Andara selalu mengabaikannya, pastinya itu pengaruh dari sihir guna-guna yang di gunakan oleh Juan
" Apa maksud mu? " tanya Juan yang terheran-heran.Bajra Mahesa mendengus, menatap tak suka pada Juan. " jangan berpura-pura, kamu mungkin bisa menipu semua orang dengan wajah so baik mu, tapi tidak dengan ku. " berkata dengan percaya diri. " Sesuai dengan taruhan kita, kamu harus melepaskan ke tiga gadis itu dari belenggu guna-guna mu itu. "Kedua alis Juan mengerut. " Guna-guna? Apa yang kamu bicarakan? Guna-guna apa? "Bajra Mahesa kembali mendengus, lalu berjalan menghampiri Juan. " Apa kamu sedang berakting? " tuduhnya. " maaf, tapi tipu muslihat mu tak akan bekerja padaku untuk kedua kalinya. "Juan dan Andara saling bertukang pandang. Mereka berdua tak mengerti dengan apa yang di bicarakan oleh Bajra Mahesa.Sedangkan para murid yang tengah menantikan pertandingan tersebut kebingungan karena mereka belum juga memulai pertandingan.