BERSAMBUNG
Sebagai juara pertama, Salman pun dapat piala dan uang pembinaan 7 juta rupiah, uang hadiah ini langsung dia bagi dua dengan Yansen. Yansen awalnya hanya ingin ambil 1 jutaan saja, tapi Salman yang sangat menghormati sekaligus banyak hutang budi tetap memaksa, agar pelatihnya ini mau menerima 3,5 juta.Yansen pun tersenyum dan bilang Salman mulai kini rajin berlatih lagi. Sebab kelak dia akan ikuti jejak Bara Hasibuan yang kini bersiap bertolak ke Jakarta, untuk rebut sabuk juara nasional.Padahal diam-diam Salman ingin beli motor, walaupun second, tapi dia bersabar dulu, uang 3,5 jutaan ini akan dia tabung.Satu minggu usai pertarungan final…!Di sekolah Salman tentu saja makin di segani, sebagai juara junior tarung bebas, tak ada yang berani macam-macam dengannya. Tapi Salman tetaplah pribadi yang santai dan tak mau menonjolkan diri.Salman mulai senang, Prilly si siswi angkuh mulai sering menatapnya, mereka beda kelas, Salman dan sahabatnya Budiman di kelas 9-A dan Prilly 9-B.“Ha
“Tante Elisa!” gumam Salman dan memandang kagum kecantikan wanita matang ini, dengan baju santainya, kaos lengan pendek dan celana denim ketatnya.Hingga pantatnya yang denok terlihat jelas, di tambah sepatu ketsnya, Tante Elisa tak kalah dari mahasiswi dan penampilannya bikin siapapun sulit berpaling.“Selamat ya kamu masuk semifinal, eh kamu harus juara yah, soalnya aku bertaruh sama gubernur, kalau kamu juara akan ku kasih kamu bonus!” ceplos Tante Elisa senyum agak genit sambil menatap body kokoh remaja ini.“Bonus…? Apa bonusnya tante?” sahut Salman kaget.“He-he-he rahasia dong, pokoknya harus menang dan juara yaah, dahh!” si tante inipun pergi, pinggul gedenya bergoyang-goyang saat jalan.“Pantat semok,” ceplos Yansen yang sudah ada di dekatnya dan Salman buru-buru alihkan pandangan, kaget matanya yang nakal menatap lekat ‘goyangan dombret’ barusan.Gara-gara janji bonus inilah, Salman bak kesetanan saja saat bertarung di semifinal dua hari kemudian.Musuhnya sampai di tandu kel
Yansen menatap tubuh Salman yang bersimbah peluh, dia sampai heran sendiri, tubuh Salman yang baru berusia 16 tahun sudah sangat jangkung, tingginya sudah 177 centimeteran.“Ni anak emank turunan bule agaknya, mana ada warga lokal seusia dia sudah segini jangkungnya, paling tinggi 165 atau 170, itupun langka, Bara Hasibuan yang juara intercontinental saja hanya 173 centian,” batinnya.Padahal dulu Yansen ingat, saat ke sini dan usianya masih 14 tahun, tinggi Salman hanya sebahunya, kini dia harus mendongak saat bicara dengan anak asuhnya ini.“Salman, kamu ke sini!” panggil Yansen.“Iya paman, ada apa? Apakah latihanku masih kurang fokus?” tanya Salman sambil usap keringatnya.“Justru tekhnik dasar kamu sudah matang, nah saatnya kamu akan jadi sparring partner buat Bara Hasibuan, untuk persiapan bertarung melawan juara nasional 2 bulan lagi,” sahut Yansen.Bara Hasibuan memang akan menantang sang juara nasional, setelah 3X pertahankan gelar juara intercontinental-nya.Orang yang di seb
Waktu tak terasa sangat cepat berlalu, kini Salman sudah duduk di kelas 9 SMP, usianya pun kini sudah 15 dan bentar lagi 16 tahunan.Hubungannya dengan Raisa tetap terjalin dengan baik, tapi tidak bisa setiap hari mereke bertemu dan bercinta.Salman makin lihai bercinta dan Raisa pun akui, makin hari pelatuk Salman makin gede dan miliknya terasa sangat sesak,hingga terpaksa rutin minum jamu sari rapat, takut miliknya makin melar di hajar brondong-nya ini.Ternyata Raisa juga jadi wanita simpanan seorang pejabat desa, yang juga seorang kontraktor tajir dan pria itu adalah Om Banos…ayahnya Prilly.Inilah sebabnya, Raisa tak pernah mau di boking siapapun, Om Banos bakalan marah besar kalau tahu, jadi LC pun ‘sengaja’ agar tak kentara hubungan minor mereka, tapi tak boleh chek in dengan tamu manapun.Inilah batasan dari Om Banos, imbasnya...di depan kos Raisa sudah nangkring sebuah mobil jenis LGCG berharga hampir 200 jutaan yang di belikan om BanosBiarpun diam-diam Raisa tak pernah puas
Raisa makin nyaring lengkuhannya, kuasan yang lidah Salman lakukan bak seorang yang seorang sudah pro saja, sehingga belum juga lama, Raisa sudah terbang ke awan untuk pertama kali di buat remaja puber ini.Raisa seolah sedang ngajarin itik berenang saja, Salman ibarat anak lugu, tapi aslinya suhu soal beginian. Sebab…diam-diam anak pendiam ini sering menikmati tayangan yang dia seraching sendiri di internet dan hasilnya…inilah.Teori yang ia kuasai tanpa ragu ia praktekan, apalagi pada dasarnya Salman pintar dan jenius dan rangking 1 tetap dia kuasai hingga kini, tak ada yang bisa geser kepintarannya.Anehnya lagi Salman bahkan tahu cara menahan agar tak langsung keok, biar pun ini pertama kalinya dia bercinta!Sebagai calon atlet dan memiliki fisik kokoh, mudah saja dia lakukan itu dan bertahan sekuatnya, agar tak muncrat. “Jangan-jangan ni anak bohong masih perjaka, masa mainnya lihai banget, mana lama lagi nggak muntah-muntah pelatuk gedenya,” batin Raisa mulai bingung sendiri.
Salman aslinya sama sekali tidak takut, tapi karena Raisa sudah seret lengannya, mau tak mau dia pun pergi dari tempat ini.Raisa yang masih perih pipinya ajak Salman mampir ke kost-nya. Kost Raisa ini memang bebas, asalkan jangan bikin ribut dan narkoboy.Bahkan ada beberapa orang penghuni kost yang kumpul kebo di kamar kost yang bertarif 1,2 juta sebulan ini.Karena sudah biasa lebam-lebam di tubuh, tanpa ragu Salman ambil es batu di kulkas kecil milik Raisa dan langsung kompreskan pipi putih dan lembut sang LC jelita ini dengan membalut es batu tadi bersama handuk kecil wanita cantik ini.“Makasih Sal, lumayan berkurang perih aku. Dasar laki-laki sialan, orang nggak mau chek in, main paksa ajahh,” sungut Raisa, masih mangkel dengan ulah pria yang sudah di hajar Salman tadi. Lalu Raisa seolah dapat teman curhat tanpa bisa di rem, langsung cerita sebab musababnya, hingga terjadi pemukulan tersebut.“Chek in itu apa sih ka?” tanya Salman polos. Mata indah Raisa langsung membulat, lalu