Sementara itu, Rey yang sedang berada di kamar kosnya mendengar suara panggilan masuk.
Reni….
Tanpa menunggu lama, pria itu segera menekan tombol hijau. “Ya, Ren?”
“Honey, ganteng… datang ya malam ini….” Reni kemudian menyebutkan sebuah nama hotel, lengkap dengan nomor kamarnya. “Awas kalau kamu tak datang, kontrak modelling kamu bisa aku putus. Sponsor-sponsor itu, ownernya temanku semua,” ancam Reni.
Rey tak berkutik. Dua minggu setelah kenikmatan itu, sang ratu skincare kembali memintanya lagi.
Perang batin melanda hatinya. Uang 50 juta dari Reni kemarin sudah dia gunakan. Untuk bayar UKT di kampusnya, bayar kos hingga 6 bulan ke depan, bayar hutang di warteg langganannya dan juga hutang ke Chikita.
Bahkan kini, uang 50 juta itu hanya tersisa 1 juta saja.
Sementara, panggilan untuk berlenggak-lenggok di catwalk pun sepi. Menghela napas tak berdaya, Rey pun kembali luluh.
Tak lagi memikirkan harga diri, Rey pun memutuskan datang ke hotel yang telah disebutkan Reni tadi.
Ting tong…
2X Rey pencet bel kamar bertipe suite itu. Pintu pun terbuka, tapi yang meyambutnya bukan Reni.
Seorang seorang wanita yang lebih tua, berkisar usia 40-an tahun, tetapi kecantikan dan kekencangan tubuhnya masih terlihat paripurna menyambut. Wanita itu hanya mengenakan gaun tipis menggoda, memamerkan betapa sintal tubuhnya.
“Hey tampan, masuklah!” sapa wanita ini.
Sesaat, Rey mengerutkan dahi. Wajah wanita ini terlihat tidak asing. Namun, dia sendiri lupa… pernah bertemu di mana dengannya.
“Maaf… di mana Reni, Tante?” Rey menatap wanita ini, yang di tatap terlihat senyum kecil saja, tapi auranya sinis dan angkuh.
“Kamu berharap dia yang menyambutmu? Apa kamu suka dengannya?”
“B-bukan begitu tante,” bantah Rey cepat-cepat. Wajah wanita itu sudah masam. “Bukannya dia yang minta aku ke sini malam ini?”
“Aku yang memintanya.” wanita ini kembali menyahut dengan angkuh.
Mata Rey memelotot kaget.
Sementara wanita itu melebarkan celah pintu dan berkata, “Aku tidak akan basa-basi… aku akan bayar kamu 2X lipat dari yang Reni berikan. Asalkan bisa bikin aku puas seperti saat kamu layani si Reni.”
“T-tapi, aku bukannn…”
“Kurang? Baiklah, aku akan kasih kamu 200 juta! Bagaimana? Kurasa tawaranku itu sudah lebih dari cukup!”
Rey melongo, tak pernah dia menyangka, dirinya dihargai hingga 200 juta untuk cinta satu malam. Selain itu, dia juga takut akan ancaman Reni yang mungkin saja bisa membuat namanya diblacklist dari seluruh agency.
Melihat pria itu mulai goyah, wanita itu tersenyum penuh kemenangan. “Namaku Neci, dan tugasmu malam ini mengimbangiku yang tidak mudah puas ini.”
Sayangnya… nasib Rey kurang mujur malam itu. Jika saat dengan Reni, malam itu penuh gelora dan pelepasan yang menyenangkan, malam ini Rey justru tersiksa.
Wanita ini gila! Dia mengikat, mencambuk Rey hingga membuat pria itu tidak berdaya.
“SETANN!!!!” murkanya ketika dia masih bisa keluar dengan selamat, meski tubuhnya penuh luka dari kamar hotel itu.
**
“Rey, siapa yang melakukan ini? Kamu mau ku antar ke rumah sakit!”
Chikita terkejut sekali melihat tubuh Rey babak bundas terkena cambukan. Hari ini dia sengaja menemui Rey di kos-nya.
Niat hatinya…ingin minta pelepasan setelah tak puas dengan gadunnya, tapi apa yang dia lihat saat ini membuat mata indah Chikita membulat. Tubuh kokoh Rey lebam-lebam biru, seperti habis di keroyok warga satu RT.
“Aku sudah berobat, bangsat sekali aku sudah di jual Reni ke seorang wanita gila bernama Tante Neci,” dengus Rey sambil mengibas tangan Chikita.
“Hahhh…b-benarkah?”
“Nggak usah pura-pura Chiki, apakah kamu berkomplot dengan Reni? Sengaja jual aku ke wanita gila itu?”
Rey masih marah dan kini kemarahannya dia tumpahkan ke Chikita. Wanita ini tentu saja kaget dan tak mau di salahkan. Karena Chikita memang tak tahu apa-apa...!??
“Rey, kamu jangan menuduh sembarangan,” Chikita lalu ambil ponselnya dan menelpon Reni.
“Ren, kok kamu gitu sihhh, Rey sekarang babak belur nih, gara-gara kamu suruh melayani seorang wanita hyper si Tante Neci itu?”
Chikita terdengar menegur sahabatnya ini, Rey hanya mendengarkan sambil membaluri tubuhnya agar lebam-lebam berkurang.
Terdengar suara Reni yang juga kaget dan bilang dia tak tahu kalau ‘temannya’ itu tega berbuat itu pada Rey.
“Ren….aduh, kamu jahat banget sih, nggak kasian apa dengan Rey?” lagi-lagi Chikita menegur ulah Reni yang dianggapnya melanggar perjanjian mereka.
Chikita kini menutup telponnya, dia pun terlihat marah dengan Reni, di mata Rey ulah Chikita ini hanya pura-pura.
“Rey, Reni akan bertanggung jawab, dia akan ke sini menemuimu!”
“Bilang ke Reni tak perlu! Aku ingin menyendiri dulu!” lagi-lagi dengan ketus Rey menolak tawaran Chikita.
**
Kini…tak ada yang tahu, Mayor Rey bukanlah seorang perwira militer biasa, tapi dia adalah seorang crazy rich alias milyader kaya raya, yang memiliki kekayaan hampir 2 triliun.Namun Rey tidak terlalu memusingkan soal ini, dia bahkan sengaja sediakan 50 miliar buat…disumbangkan ke tempat ibadah, atau pun orang-orang yang membutuhkan.“Buat apa uang di simpan-simpan, mending di sumbangkan ke orang yang membutuhan, toh kalau kita mati, uang nggak di bawa ke lubang kubur!” batinnya.Tapi ada yang unik, setiap kali nyumbang, Rey tidak mau namanya di sebut! Dia benar-benar menyumbang dengan tangan kiri pun tak tahu.Tak sulit bagi Rey untuk jadi dermawan, dia cukup searching di internet dan beberapa panti asuhan ataupun tempat ibadah dia datangi dan tanpa ragu beri sumbangan. Uniknya, biarpun dia muslim, Rey juga tak ragu nyumbang ke gereja, vihara, kuil ataupun panti asuhan yang non muslim.Banyak yang penasaran dengan sosoknya, tapi Rey selalu menutup rapat identitasnya.Kini, niat hati R
Selama kurun waktu 7 bulan, Rey dan pasukan khususnya sudah 5X bentrok dengan kelompok pemberontak, semuanya di menangkan pasukan Rey. Walaupun Gurai sampai kini sangat licin, tapi dengan adanya Pasukan Maut ini, kelompok pemberontak benar-benar ketakutan dengan sepak terjang serdadu pimpinan Kapten Rey ini. Lambat laun, gebrakan pasukan maut Kapten Rey ini di ketahui Danrem, Pangdam hingga KSAD. Tapi...diam-diam mereka malah tutup mata!Bukan hanya di Ndagu wilayah operasinya, Kapten Rey juga kadang di minta Danrem-nya agar bergerak ke beberapa titik di mana kaum pemberontak bersenjata bersembunyi."Baguslah, kini Danrem tak melarang lagi pasukanku ini," batin Rey senang dan makin merajalelanya ia dengan pasukan khususnya ini.Imbasny....usulan Letkol Suyono agar Rey naik pangkat di kabulkan atasannya. Rey dan 25 Pasukan Maut-nya, mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa satu tingkat.Rey kini berpangkat Mayor dan langsung diangkat sebagai Wadandim Ndagu, Boni jadi Serka, Anang naik
Hogo tanpa ragu ajak Rey melihat tempat yang dia jaga. “Itu tuan, karung-karungnya di tutupi dedaunan di dalam gua itu."Saya tak tahu apa sinya tuan, soalnya si Gurai bilang tugasnya aku hanya menjaga, kalau berani membuka aku akan di tembak mati!” kata Hogo, Rey yang masih di penuhi hawa membunuh kali ini bersikap berbeda.Dia melihat Hogo ini agaknya tidak bohong, pria bertubuh gelap ini terpaksa ikut kelompok Gurai karena di culik.“Ya sudah, kamu jalan ke depan dan gabung dengan pasukanku di pondok itu.”Tanpa di suruh 2X Hogo langsung mengangguk dan ke 25 anak buah Rey tentu saja surprise, tumben ada ‘satu’ anggota komplotan Gurai yang tak di bunuh, pikir mereka.“Paman Hogo,” seru seorang perawat yang sebelumnya jadi tawanan berseru setengah berlari menuju pria ini dan dia memeluk Hogo dengan erat.Rey terdiam, apalagi saat melihat Hogo memeluk ke 5 -nya bergantian dan bersyukur mereka selamat, atau lebih tepatnya diselamatkan Rey dan anak buahnya.“Untung aku tak kesalahan tang
Rey menatap arlojinya dan…semua anak buahnya tercengang, saat Rey dengan gaya bak jagoan di film bangkit berdiri dengan senjata AK-nya, lalu…trattt…tratt…trattt.Dengan berdarah dingin dia menghamburkan amunisinya dan 10 orang sedang istirahat di depan pondok atau markas mereka ini kalang kabut dan pastinya meregang nyawa kena tembakan dari jarak dekat pula.Amukan Rey yang tak kenal ampun membuat pasukan bersenjata ini tak sempat membalas dan hanya memikirkan agar selamat dari tembakan maut ini.Puluhan orang yang niat membalas ke arah Rey dan 5 anak buahnya, justru jadi korban, saat pasukan Sertu Boni dan Serda Anang juga mulai lakukan rentetan tembakan tanpa ampun pada pasukan pemberontak bersenjata ini.Pertempuran brutal dari jarak dekat benar-benar tersaji saat ini, Rey yang jadi pimpinan seolah punya nyawa rangkap, dia hanya sesekali berlindung, tapi setelahnya bangkit lagi lalu muntahkan magazine-nya ke arah pasukan musuh.Gaya bertempur Rey yang bak cari mati menular pada anak
Kapten Rey memandang 25 orang anak buahnya, senjata serbu AK- seri terbaru made in Rusia dengan gagah di pegang anak buahnya, juga seragam hijau khusus yang mereka kenakan makin menambah seram pasukan maut yang ia pimpin ini.Kapten Rey tanpa ragu gelontorkan uang ratusan dari kocek pribadinya, untuk membekali pasukan khususnya ini dari rekan Bungki yang memang menjadi pebisnis senjata-senjata perang.Satu senjata canggih dan mematikan ini di hargai hampir 20 jutaan berikut magazine-nya, yang mampu muntahkan peluru hingga 50 amunisi sekaligus.Bahkan…diam-diam Kapten Rey seakan ingin tiru gaya Bannon Sulaiman, setiap kali sukses lakukan operasi…makan bonus akan menanti semua personel.Sehingga makin menambah semangat semua anggota pasukan khusus ini. Rey juga janjikan, bila mereka mampu basmi komplotan musuh, satu orang akan memiliki motor baru...!“Ingat, pasukan kita ini bergerak senyap, siapapun yang membocorkan, di anggap berkhianat dan resikonya nyawa kalian,” cetus Kapten Rey s
Letkol Suyono menatap wajah Kapten Rey, anak buahnya ini minta izin untuk kembali lakukan patroli dan ingin bawa amunisi serta senjata berat lainnya.“Rey, Pangdam minta agar kita menahan diri dulu,” kata Letkol Suyono, beri nasehat buat anak buahnya ini.Letkol Suyono bilang, aksi Rey yang bentrok dengan pasukan bersenjata sampai ke Mabes dan bikin heboh.Apalagi diam-diam ada anak buahnya yang bilang, pasukan musuh yang menyerah pun di bantai Rey tanpa ampun.Sehingga seperti biasa, para penggiat HAM langsung cawe-cawe memprotes kekejaman pasukan Kapten Rey tersebut.Diam - diam ini bikin Rey gemas bukan main. HAM sialan, coba kalau keluarga mereka yang di bantai pasukan pemberontak, pasti beda lagi ucapannya, pikirnya menahan kemangkelan di hati. “Maaf Ndan, kalau kita diam warga tak bersalah dan pasukan kita justru akan terancam, jadi sekarang kita balik, pasukan kita yang jadi pemburu mereka, pasukan pemberontak itu,” sahut Rey sambil tetap dalam posisi tegap.Sesaat Letkol Suyon
Anehnya, Dandim dan Wakil Dandimnya yang berpangkat Letkol dan Mayor, seakan tak punya nyali di ajak Rey masuk hutan buru para pemberontak.“Kayaknya mereka ini perwira katrolan, di ajak perang ada-ada saja alasan,” batin Rey senyum sinis melihat kelakuan dua atasanya ini.Apalagi sang Wakil Dandim, yang dikatakan sering izin pulang ke Jakarta, ada-ada saja alasannya.Rey pun tak punya pilihan lain, kecuali bawa 150 an pasukannya mulai lakukan patroli di hutan-hutan yang di katakan sangat rawan dengan penghadangan.Patroli yang Kapten Rey lakukan awalnya datar-datar saja, tidak ada kontak senjata atau bertemu musuh.Namun, apa yang di khawatirkan anak buahnya, kejadian juga, di kesempatan ke 3 lakukan patroli, Kapten Rey dan pasukannya di hadang 50 an pasukan OPM dan terjadilah aksi kontak senjata yang mendebarkan.Rey yang saat itu istirahat dan asyik ngopi bersama dua anak buahnya yang berpangkat Serda dan Sertu di tengah hutan lebat ini kaget bukan kepalang, saat kopi mereka berhamb
Demi keselamatan Tante Neci, Rey minta si cantik ini jangan lama-lama tinggal di Bagoya.“Temui Bang Bungki dan minta perlidungan, aku sudah telpon dia. Kalau di sini aku tak bisa lindungi tante 24 jam!”Mendengar saran Rey, Tante Neci langsung mengangguk setuju."Ada yang kangen sama kamu tuh,” cetus Tante Neci tertawa, sesaat sebelum wanita cantik ini otewe balik ke Jakarta dengan private jet sewaannya. Rey tentu saja tertawa dan paham siapa yang di maksud, siapa lagi kalau bukan Mitsuko…!“Ingat yaa…rahasia kita berdua, kasian Mitsuko kalau tahu hubungan aneh kita ini,” bisik Rey, hingga mata indah Tante Neci membulat, lalu cubitan keras mampir ke perut pemuda ini.“Emanknya aku anak kecil…dikit-dikit cerita, Mitsuko itu janda juga lohh...kenapa dia janda, kamu tanya sendiri deh padanya. Tak etis aku cerita...!!” cetus Tante Neci lalu mencium bibir Rey dan pamit langsung ke bandara.“Kalau ada apa-apa, jangan sungkan kontak aku,” ceplos Rey lagi.“Ntar kalau aku ngidam baru kontak
“Dan…masuk akal dugaan kamu itu!” sahut Tante Neci lagi, terlihat nada kesal di wajahya cantiknya.Melihat kekesalan Tante Neci, yang kini terang benderang sudah mengaku tante-nya sendiri, Rey senyum kecil sambil cubit pantat lentik Tante Neci.Sejak dulu Rey sebenarnya suka dengan wanita ini, baginya Tante Neci ini jauh lebih hangat dan dahsyat saat bercinta.Walaupun Rey ngeri dengan gaya bercinta wanita cantik ini, yang suka nyiksa pasangannya hingga babak belur.“Ihh nakal kamu, kualat loh ponakan berani sama tante sendiri” sungut Tante Neci, tapi dia kaget, bukannya diam, Rey malah memeluknya dan melumat bibir merahnya.Dari terkejut, Tante Neci malah balas memeluk leher Rey.“Ponakan nakal kamu…puaskan aku saat ini juga, kamu harus bikin aku terbang ke awan...sudah lama aku tak bercinta tauuu...!” bisik Tante Neci.“Tapi…tak ada cambuk saat ini,” goda Rey sambil melepas gaun wanita cantik ini, hingga tersisa hanya beha dan segitiga bermuda. Rey sampai silau melihat mulusnya tubuh