/ Rumah Tangga / Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang / 003 - Lamaran di Pertemuan Pertama

공유

003 - Lamaran di Pertemuan Pertama

작가: Narubi
last update 최신 업데이트: 2022-09-08 14:11:34

“Bu, aku keluar ya!” seru  Sukma sambil menuruni tangga, ia sudah mengenakan jaket dan kaos oblong serta celana olahraga.

“Mau kemana? Udah malem,” balas sang ibu yang langsung beranjak ke luar rumah dan menghampiri Sukma yang tengah mengenakan sandal.

“Mau jajan, Ibu mau nitip?”

Sejenak ibunya terdiam, kemudian tersenyum. “Boleh deh, minyak, tepung, sama gula ya. Udah pada abis.”

Dahi Sukma mengerut. “Kan aku bilang mau jajan, bukan ke warung. Nitip yang bisa dimakan kek,” kesalnya.

“Itu juga bisa dimakan, udah ah.”

Sang ibu kembali masuk ke dalam, membuat Sukma mendengus dan beranjak begitu saja dengan raut tidak mengenakan.

'Udah dibilang mau jajan, malah nitip begituan. Jadi harus ke warung juga,' batinnya kesal.

Untuk meredakan kekesalan di hati, makan memang solusi terbaik. Ada banyak pedagang di daerah tempat tinggal Sukma, sehingga ia tidak perlu repot pergi jauh jika hanya untuk membeli jajanan.

Mulai dari pedagang cemilan populer hingga jadul, berjejer rapi di sekitar jalan. Sebagian pedagang memilih tempat yang tersembunyi, meski begitu masih bisa ditemukan dengan mudah.

“Sukma?”

Sukma menoleh, ia hampir menjatuhkan corndog yang tengah digigitnya. 'My prince,' batin Sukma dengan mata melebar.

Tidak bisa dipercaya, tanpa dicari, pria yang sempat dilupakannya itu tengah berdiri di hadapannya dengan senyum lembut.

'Ini yang namanya takdir,' batin Sukma yang matanya tidak bisa berhenti menatap pria di hadapannya.

“Benar, Sukma?” tanya pria itu memastikan karena Sukma tidak menjawab dan memilih menatapnya saja.

“A-ah,” Sukma membenarkan rambutnya. “Benar. Saya Sukma,” ucapnya sambil mengulurkan tangan.

Namun, pria itu tidak menyambut uluran tangan Sukma dan hanya melihatnya saja. Sukma jadi canggung, ia langsung menarik tangannya dan tersenyum kikuk.

'Tangan aku nggak sekotor itu kok,' batin Sukma. Wajahnya jadi terlihat bingung, menatap pria yang juga terlihat bingung.

“Bisa bicara sebentar?”

“Bicara?”

“Ya, saya ada perlu dengan Anda.”

Jodoh? Sebuah kalimat yang terus diulang di kepala Sukma.

Meski bingung, namun Sukma segera mengangguk.

Tanpa aba-aba, pria yang belum memperkenalkan diri itu langsung beranjak. Sukma kebingungan, menatap pria itu dengan heran dari tempatnya berdiri.

'Katanya mau ngomong? Kenapa malah balik?' Batin Sukma bertanya-tanya.

Pria itu berhenti karena tidak mendapati gadis yang ingin diajaknya bicara, ia menoleh, wajahnya sama bingungnya dengan wajah Sukma. 

“Kenapa masih diam?”

“Hah?”

“Ayo,” ajaknya, namun Sukma malah mengernyit bingung.

“Ayo apa? Kalau mau bicara, ya bicara saja disini.” Sukma berucap dengan bingung, tersenyum sambil menatap ke sekitar.

“Ah,” pria itu kembali mendekat. “Maafkan saya. Kita tidak bisa bicara disini, terlalu banyak orang.”

'Memang dia mau bicarain apa? Baru juga ketemu. Harusnya kenalan dulu dong,' batin Sukma sambil menghela nafas.

“Tapi saya sedang pesan martabak, tidak bisa ditinggal.”

Mata pria itu beralih, pada tukang martabak yang sibuk membuat pesanan. Ada banyak orang mengantri, termasuk Sukma salah satunya.

“Bagaimana kalau ditinggal dulu, nanti bisa kembali lagi?” tawar pria itu.

“Tapi…,” berucap ragu. “Boleh deh,” ujar Sukma kemudian.

Setelah menitip pesanan, Sukma mengikuti pria itu. 'Kok gue ngikut-ngikut aja, sih?' batinnya sendiri terheran.

Sukma begitu tertegun saat melihat jenis mobil yang digunakan pria itu, ia masuk dengan ragu-ragu ke dalam mobil yang sepengetahuannya sangat mahal itu.

'Waah, calon jodoh gue ternyata kaya. Aman nih keuangan,' batin Sukma sambil tersenyum tidak jelas.

Berbeda dengan pria di sampingnya, ia terlihat begitu tenang tanpa menampilkan banyak ekspresi. Tapi dibandingkan tenang, ekspresi pria itu terlihat dingin yang bahkan tidak memperdulikan Sukma yang cukup kesulitan mengenakan seatbelt-nya. 

Tidak berapa lama, mobil yang dikendarai keduanya masuk ke sebuah area parkir bawah tanah, membuat Sukma terkejut sambil menoleh ke segala sisi. Wajahnya terlihat kebingungan saat tahu dimana ia saat ini.

Sukma menoleh ke arah pria yang sedari tadi fokus mengendarai mobil,namun pria yang mengendarai mobil itu terlihat santai, ia tersenyum datar ke arah Sukma.

'Ngapain dia bawa gue ke tempat sebagus ini?' Batinnya sambil terus melihat ke sekeliling, ia mulai terlihat grogi.

Kemudian Sukma sadar dengan pakaian yang tengah dikenakannya, sangat tidak sesuai dengan tempat yang akan dikunjunginya. 'Ish, pake baju gini lagi.'

“Ini…?” tanya Sukma yang langsung terpotong.

“Kenapa?” Fikri terlihat bingung.

Sebelum menyelesaikan kalimatnya, mobil berhenti dan pria itu turun segera. Sukma yang masih terlihat bingung ikut turun, berjalan di belakang pria itu yang kini sudah sampai di pintu lift.

'Cepet-cepet banget sih,' kesal Sukma yang tertinggal cukup jauh di belakang pria itu.

Meski ragu, Sukma tetap mengikuti pria itu melangkah masuk ke dalam lift. Hanya membutuhkan waktu beberapa detik saja, keduanya sampai di sebuah restoran yang super mewah hingga membuat Sukma langsung menyembunyikan diri di belakang pria itu.

“Kenapa?” tanya pria itu yang melihat Sukma menyembunyikan badannya di belakang, meski ia tahu semua orang masih bisa melihat gadis itu.

“Kenapa Anda tidak bilang mau ke restoran mewah begini?” bisiknya. “Pakaian saya sangat tidak cocok,” cicit Sukma sambi terus menyembunyikan diri, padahal tidak ada yang bisa disembunyikan.

“Tenang saja, saya sudah pesan ruangan privat. Jadi kamu tidak perlu malu,” jelasnya yang langsung membuat Sukma terheran.

'Bukan itu maksudnya,' batin Sukma meringis.

Pria itu berjalan dengan tenang, Sukma terburu mengikutinya dari belakang. Seorang pelayan datang, menyambutnya dengan senyum namun Sukma hanya bisa membalas dengan senyum kikuk.

Sesuai dengan janjinya, pria itu membawa Sukma ke sebuah ruangan yang sangat privat. Ada sofa panjang, makanan sudah ditata di meja depannya membuat gadis itu melongo tidak percaya.

'Wah! Sepertinya dia benar-benar orang kaya,' batinnya sambil menelan ludah.

Mata Sukma mengedar ke sekeliling, ia dibuat termangu kagum. Dibandingkan dengan restoran, ruangan itu lebih mirip dengan penginapan bintang lima.

'Ini beneran restoran? Kok….'

“Duduk,” ujar pria itu, Sukma terkejut namun langsung menurut dan duduk di sofa ujung.

Mata gadis itu terus mengedar di sekitaran meja, menu yang telah dipesan dan ditata benar-benar membuatnya lupa akan rasa malu karena mengenakan pakaian tidak sesuai tema.

“Makan saja dulu, saya akan bicara setelah makan.”

Kepala Sukma mengangguk, terlihat ragu saat akan mengambil menu bejibun yang ada di hadapannya. Pria yang membawanya juga hanya sibuk menyantap menu yang Sukma kira terbuat dari daging sapi, tanpa menoleh atau sedikitpun melirik ke arahnya.

Ha~h, batin Sukma terlihat kecewa. Akhirnya ia mengambil menu yang paling dekat di hadapannya, menyuap dengan hati yang terus bertanya-tanya. 'Dingin banget sikapnya.'

Keduanya makan dalam damai. Namun dalam hati, Sukma terlihat bingung karena pria itu masih belum menjelaskan mengapa membawanya ke restoran mewah itu. 

Bukan hanya pada pria itu, ia juga merasa aneh dengan dirinya sendiri, mau-maunya Sukma dibawa ke tempat itu oleh pria asing.

Bukan pria asing biasa pria yang sering mengunjunginya dalam mimpi.

“Jadi, saya ingin mengenal kamu lebih banyak.”

Pria itu berucap tiba-tiba, membuat Sukma yang mulai kerasan mengunyah salah satu menu yang disajikan hampir saja tersedak. Dengan cepat, gadis itu minum air.

“O-oh,” kebingungan melanda Sukma. 'Ah, sakit banget tenggorokan.'

Mata Sukma menatap pria itu ragu. “Boleh sih, tapi… boleh tau siapa nama Anda?”

“A-ah, maafkan saya. Saya belum memperkenalkan diri, nama saya Fikri Pradina Makarim.”

“Saya Sukma Rahayu Anjani,” balas Sukma spontan saat mendengar nama pria itu.

“Ya, saya tahu.”

Sukma melongo, tidak menduga akan mendapat reaksi cepat dan sok tahu dari pria di hadapannya.

“Saya tidak ingin berbasa basi,” lanjut pria itu yang membuat Sukma mengerutkan dahi.

“Uhm, ya?”

'Apa ini, masa pangeran kelakuannya dingin gini?' Batin Sukma yang mulai kesal perihal sikap Fikri yang tidak sesuai dengan perkiraannya.

Sukma mencoba menghabiskan air di gelas, sebelum…

“Saya ingin melamar kamu,” ucap pria itu tanpa basa basi membuat Sukma langsung menyemburkan air minum tepat ke wajah Fikri.

“HAH?!”

Narubi

Like, komen, and share.

| 좋아요
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    016 Pemuda Itu

    "Ada apa lagi?" tanya Chintya dengan wajah lemas, kala menemukan Sukma menatap komputernya dengan tatapan kosong. Tentu saja tidak ada jawaban dari temannya itu, ia terlalu sibuk dengan pemikirannya hingga tidak bisa mendengar apapun suara yang datang dari luar. Selama beberapa hari ini, Sukma merasakan kosong. Meski sudah memiliki suami, ia merasa hidup sendiri. Kadang, rumah yang ia tinggali terasa seperti berhantu. Sukma bahkan sampai menggulung selimut sampai ke kepalanya kala mulai merasakan perasaan aneh, seperti melihat bayangan di jendela atau merasa ada suara yang datang begitu saja. Alhasil, ia jadi tidak bisa tidur dengan nyaman. Kondisi rumahnya sangat berbeda saat ada Fikri, meski keduanya tidur terpisah, namun Sukma merasa aman dan tidak merasakan ada hal yang menakutkan. "Ha~" Kembali terdengar helaan nafas, membuat Chintya berdecak dan mendekat ke meja Sukma. "Woi! Udah jam makan siang nih, jangan bengong aja!" Sukma tersentak, hampir saja terlonjak karena saking

  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    015 Tanda Di Leher

    "Ha~, lembur dadakan," oceh Sukma begitu turun dari mobil online pesanannya. Tidak seperti biasanya yang lebih senang menggunakan ojek online karena harganya lebih bersahabat, malam ini Sukma terpaksa mengeluarkan uang lebih untuk memesan mobil online karena ia sangat kelelahan. Padahal jam baru menunjukan pukul 09.00 malam, namun Sukma terlihat seperti karyawan yang melakukan kerja lembur sampai tengah malam. Saat hendak naik lift, Sukma begitu terkejut karena melihat Fikri juga memarkirkan mobil di pekarangan rumah. Sukma segera membenarkan posisinya berjalan, lebih tegak dan tidak loyo seperti sebelumnya. Seperti tidak melihat apapun, Fikri mengabaikan keberadaan Sukma yang berdiri di sampingnya. Begitupun dengan Sukma, ia mencoba mengabaikan Fikri sampai keduanya masuk ke dalam rumah dan berjalan menuju ruang tengah dengan santai. Sampai sesuatu membuat Sukma penasaran, sebuah tanda merah yang jelas terlihat sekilas oleh ekor matanya. Sebuah tanda merah yang menarik perhatiann

  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    014 Situasi Membingungkan

    Tidak ada reaksi dari Fikri membuat Sukma jadi kebingungan, ia ingin sekali mendekat dan melihat reaksi pria itu yang mungkin saja terlalu syok dengan apa yang dikatakannya barusan. 'Gue salah, ya?' batinnya sambil meringis. 'Harusnya gue nunggu waktu yang tepat, seenggaknya sampe gue baikan sama Fikri.' Di detik ini, Sukma mulai merasa menyesal. Meski sangat penasaran, harusnya ia membicarakan hal sepenting itu dalam keadaan tenang. Raut wajahnya mulai tidak karuan, ingin meminta maaf namun egonya menghalangi. "I-itu...," Sukma terlihat merasa amat bersalah. "I-itu mu-mungkin aja saya salah lia...." "Kamu nggak salah liat," Fikri menghela nafas, berbalik dan menatap Sukma dengan wajah yang terlihat biasa. Sukma amat terkejut, karena berbanding dengan reaksi Fikri berbanding dengan perkiraannya. 'Dia sama sekali nggak nyangkal dan malah kelihatan biasa aja?' berarti yang Sukma bertanya-tanya, matanya melongo menatap Fikri yang terlihat menghela nafas sekali lagi. "Ka-kamu...?"

  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    013 Penasaran

    Sukma jadi pendiam setelah keluar dari kamar mandi, Gladis dan Chintya jadi kebingungan kala melihat wajah pucat Sukma dan menyangka jika temannya itu kerasukan. "Loe yakin nggak kerasukan?" tanya Gladis sekali lagi, membuat Sukma mendelik dan mendengus kasar. "Kalau gue kerasukan, gue udah cakar muka loe!" Bibir mungil Gladis maju beberapa senti, matanya menatap ke arah Chintya seperti meminta pertolongan. Namun tentu saja, Chintya hanya melemparkan senyum dan mengangkat bahunya. "Lagian loe kenapa? Sakit? Muka loe pucet banget abis dari toilet," Chintya juga merasa khawatir dengan tingkah Sukma yang jadi aneh. Namun ia tidak pernah berfikir konyol seperti Gladis, mengira-ngira jika Sukma kerasukan. Seberapapun Gladis dan Chintya bertanya, Sukma hanya diam dan hanya menimpali seadanya. Bahkan setelah keduanya mengantarkan Sukma ke rumahnya, temannya itu masih tidak mau berbicara dan masuk ke gerbang rumah begitu saja tanpa pamit. "Dia nggak bener-bener kerasukan, kan?" Gladis ma

  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    012 Bukan Selingkuh

    "Kalau nggak suka, harusnya jangan senyumin gue. Jadi kan gue nggak salah faham, malu-maluin banget." Gladis masih saja menggerutu, bahkan setelah ketiganya masuk ke dalam bioskop dan duduk di kursi baris ke 3 dari belakang. Sedangkan pemuda yang sedari tadi ditatapnya, duduk di baris ke 5 dari bagian belakang. Jadi, ia bisa melihat dengan jelas tingkah pemuda yang sebelumnya amat menarik perhatiannya. Pemuda itu terlihat mengusap wajah wanita di sampingnya dengan lembut, bahkan sempat mencium bahunya hingga membuat Gladis semakin kesal. "Kalau mau mesra-mesraan, harusnya di kamar hotel. Mesra-mesraan di bioskop," geram Gladis, matanya terus saja menatap tajam ke arah pemuda yang kini mulai merangkul wanita di sampingnya. Gladis terus saja mengeram, ia terlihat amat kesal dengan tingkah dua sejoli yang diketahuinya adalah pasangan itu. Chintya hanya terus menghela nafas, mencoba untuk menghiraukan Gladis yang marah-marah tidak jelas karena tingkah pasangan yang bahkan tidak diketah

  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    011 Hal Mengejutkan

    Sukma bisa bernafas lega, untuk kali ini. Sesuai dengan perkiraannya, Hanan memang memberikan surat undangan pernikahan sekaligus basa basi dengannya yang menikah lebih dulu. "Kirain gue yang ngejutin loe, ternyata loe yang ngejutin gue. Pake nikah dadakan," kekeh Hanan sambil terus menyuap nasi goreng kesukaannya. Sukma ikut terkekeh, suasana hatinya semakin membaik terlebih saat menerima undangan pernikahan Hanan. "Gue juga nggak nyangka, tapi mo gimana, emang udah jodoh kali." 'Jodoh?' cebik Sukma dalam hati. 'Jodoh yang dipaksakan dan sekarang gue nyesel.' "Tapi bener loh, gue bener-bener nggak nyangka. Loe kenalan sama dia dimana?" tanya Hanan penasaran, sudah lama ia memikirkan hal itu. Terlebih, sebelumnya Hanan tidak pernah tahu jika ada pria yang dekat dengan Sukma. Kalaupun ada, Hanan pasti tahu dari Gladis yang entah mengapa selalu memberikan info mengenai Sukma. Mendadak Sukma diam mendengar pertanyan itu, bingung harus menjawab apa. "Ke-kenalan di... mimpi?" Dahi H

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status