Share

003 - Lamaran di Pertemuan Pertama

“Bu, aku keluar ya!” seru  Sukma sambil menuruni tangga, ia sudah mengenakan jaket dan kaos oblong serta celana olahraga.

“Mau kemana? Udah malem,” balas sang ibu yang langsung beranjak ke luar rumah dan menghampiri Sukma yang tengah mengenakan sandal.

“Mau jajan, Ibu mau nitip?”

Sejenak ibunya terdiam, kemudian tersenyum. “Boleh deh, minyak, tepung, sama gula ya. Udah pada abis.”

Dahi Sukma mengerut. “Kan aku bilang mau jajan, bukan ke warung. Nitip yang bisa dimakan kek,” kesalnya.

“Itu juga bisa dimakan, udah ah.”

Sang ibu kembali masuk ke dalam, membuat Sukma mendengus dan beranjak begitu saja dengan raut tidak mengenakan.

'Udah dibilang mau jajan, malah nitip begituan. Jadi harus ke warung juga,' batinnya kesal.

Untuk meredakan kekesalan di hati, makan memang solusi terbaik. Ada banyak pedagang di daerah tempat tinggal Sukma, sehingga ia tidak perlu repot pergi jauh jika hanya untuk membeli jajanan.

Mulai dari pedagang cemilan populer hingga jadul, berjejer rapi di sekitar jalan. Sebagian pedagang memilih tempat yang tersembunyi, meski begitu masih bisa ditemukan dengan mudah.

“Sukma?”

Sukma menoleh, ia hampir menjatuhkan corndog yang tengah digigitnya. 'My prince,' batin Sukma dengan mata melebar.

Tidak bisa dipercaya, tanpa dicari, pria yang sempat dilupakannya itu tengah berdiri di hadapannya dengan senyum lembut.

'Ini yang namanya takdir,' batin Sukma yang matanya tidak bisa berhenti menatap pria di hadapannya.

“Benar, Sukma?” tanya pria itu memastikan karena Sukma tidak menjawab dan memilih menatapnya saja.

“A-ah,” Sukma membenarkan rambutnya. “Benar. Saya Sukma,” ucapnya sambil mengulurkan tangan.

Namun, pria itu tidak menyambut uluran tangan Sukma dan hanya melihatnya saja. Sukma jadi canggung, ia langsung menarik tangannya dan tersenyum kikuk.

'Tangan aku nggak sekotor itu kok,' batin Sukma. Wajahnya jadi terlihat bingung, menatap pria yang juga terlihat bingung.

“Bisa bicara sebentar?”

“Bicara?”

“Ya, saya ada perlu dengan Anda.”

Jodoh? Sebuah kalimat yang terus diulang di kepala Sukma.

Meski bingung, namun Sukma segera mengangguk.

Tanpa aba-aba, pria yang belum memperkenalkan diri itu langsung beranjak. Sukma kebingungan, menatap pria itu dengan heran dari tempatnya berdiri.

'Katanya mau ngomong? Kenapa malah balik?' Batin Sukma bertanya-tanya.

Pria itu berhenti karena tidak mendapati gadis yang ingin diajaknya bicara, ia menoleh, wajahnya sama bingungnya dengan wajah Sukma. 

“Kenapa masih diam?”

“Hah?”

“Ayo,” ajaknya, namun Sukma malah mengernyit bingung.

“Ayo apa? Kalau mau bicara, ya bicara saja disini.” Sukma berucap dengan bingung, tersenyum sambil menatap ke sekitar.

“Ah,” pria itu kembali mendekat. “Maafkan saya. Kita tidak bisa bicara disini, terlalu banyak orang.”

'Memang dia mau bicarain apa? Baru juga ketemu. Harusnya kenalan dulu dong,' batin Sukma sambil menghela nafas.

“Tapi saya sedang pesan martabak, tidak bisa ditinggal.”

Mata pria itu beralih, pada tukang martabak yang sibuk membuat pesanan. Ada banyak orang mengantri, termasuk Sukma salah satunya.

“Bagaimana kalau ditinggal dulu, nanti bisa kembali lagi?” tawar pria itu.

“Tapi…,” berucap ragu. “Boleh deh,” ujar Sukma kemudian.

Setelah menitip pesanan, Sukma mengikuti pria itu. 'Kok gue ngikut-ngikut aja, sih?' batinnya sendiri terheran.

Sukma begitu tertegun saat melihat jenis mobil yang digunakan pria itu, ia masuk dengan ragu-ragu ke dalam mobil yang sepengetahuannya sangat mahal itu.

'Waah, calon jodoh gue ternyata kaya. Aman nih keuangan,' batin Sukma sambil tersenyum tidak jelas.

Berbeda dengan pria di sampingnya, ia terlihat begitu tenang tanpa menampilkan banyak ekspresi. Tapi dibandingkan tenang, ekspresi pria itu terlihat dingin yang bahkan tidak memperdulikan Sukma yang cukup kesulitan mengenakan seatbelt-nya. 

Tidak berapa lama, mobil yang dikendarai keduanya masuk ke sebuah area parkir bawah tanah, membuat Sukma terkejut sambil menoleh ke segala sisi. Wajahnya terlihat kebingungan saat tahu dimana ia saat ini.

Sukma menoleh ke arah pria yang sedari tadi fokus mengendarai mobil,namun pria yang mengendarai mobil itu terlihat santai, ia tersenyum datar ke arah Sukma.

'Ngapain dia bawa gue ke tempat sebagus ini?' Batinnya sambil terus melihat ke sekeliling, ia mulai terlihat grogi.

Kemudian Sukma sadar dengan pakaian yang tengah dikenakannya, sangat tidak sesuai dengan tempat yang akan dikunjunginya. 'Ish, pake baju gini lagi.'

“Ini…?” tanya Sukma yang langsung terpotong.

“Kenapa?” Fikri terlihat bingung.

Sebelum menyelesaikan kalimatnya, mobil berhenti dan pria itu turun segera. Sukma yang masih terlihat bingung ikut turun, berjalan di belakang pria itu yang kini sudah sampai di pintu lift.

'Cepet-cepet banget sih,' kesal Sukma yang tertinggal cukup jauh di belakang pria itu.

Meski ragu, Sukma tetap mengikuti pria itu melangkah masuk ke dalam lift. Hanya membutuhkan waktu beberapa detik saja, keduanya sampai di sebuah restoran yang super mewah hingga membuat Sukma langsung menyembunyikan diri di belakang pria itu.

“Kenapa?” tanya pria itu yang melihat Sukma menyembunyikan badannya di belakang, meski ia tahu semua orang masih bisa melihat gadis itu.

“Kenapa Anda tidak bilang mau ke restoran mewah begini?” bisiknya. “Pakaian saya sangat tidak cocok,” cicit Sukma sambi terus menyembunyikan diri, padahal tidak ada yang bisa disembunyikan.

“Tenang saja, saya sudah pesan ruangan privat. Jadi kamu tidak perlu malu,” jelasnya yang langsung membuat Sukma terheran.

'Bukan itu maksudnya,' batin Sukma meringis.

Pria itu berjalan dengan tenang, Sukma terburu mengikutinya dari belakang. Seorang pelayan datang, menyambutnya dengan senyum namun Sukma hanya bisa membalas dengan senyum kikuk.

Sesuai dengan janjinya, pria itu membawa Sukma ke sebuah ruangan yang sangat privat. Ada sofa panjang, makanan sudah ditata di meja depannya membuat gadis itu melongo tidak percaya.

'Wah! Sepertinya dia benar-benar orang kaya,' batinnya sambil menelan ludah.

Mata Sukma mengedar ke sekeliling, ia dibuat termangu kagum. Dibandingkan dengan restoran, ruangan itu lebih mirip dengan penginapan bintang lima.

'Ini beneran restoran? Kok….'

“Duduk,” ujar pria itu, Sukma terkejut namun langsung menurut dan duduk di sofa ujung.

Mata gadis itu terus mengedar di sekitaran meja, menu yang telah dipesan dan ditata benar-benar membuatnya lupa akan rasa malu karena mengenakan pakaian tidak sesuai tema.

“Makan saja dulu, saya akan bicara setelah makan.”

Kepala Sukma mengangguk, terlihat ragu saat akan mengambil menu bejibun yang ada di hadapannya. Pria yang membawanya juga hanya sibuk menyantap menu yang Sukma kira terbuat dari daging sapi, tanpa menoleh atau sedikitpun melirik ke arahnya.

Ha~h, batin Sukma terlihat kecewa. Akhirnya ia mengambil menu yang paling dekat di hadapannya, menyuap dengan hati yang terus bertanya-tanya. 'Dingin banget sikapnya.'

Keduanya makan dalam damai. Namun dalam hati, Sukma terlihat bingung karena pria itu masih belum menjelaskan mengapa membawanya ke restoran mewah itu. 

Bukan hanya pada pria itu, ia juga merasa aneh dengan dirinya sendiri, mau-maunya Sukma dibawa ke tempat itu oleh pria asing.

Bukan pria asing biasa pria yang sering mengunjunginya dalam mimpi.

“Jadi, saya ingin mengenal kamu lebih banyak.”

Pria itu berucap tiba-tiba, membuat Sukma yang mulai kerasan mengunyah salah satu menu yang disajikan hampir saja tersedak. Dengan cepat, gadis itu minum air.

“O-oh,” kebingungan melanda Sukma. 'Ah, sakit banget tenggorokan.'

Mata Sukma menatap pria itu ragu. “Boleh sih, tapi… boleh tau siapa nama Anda?”

“A-ah, maafkan saya. Saya belum memperkenalkan diri, nama saya Fikri Pradina Makarim.”

“Saya Sukma Rahayu Anjani,” balas Sukma spontan saat mendengar nama pria itu.

“Ya, saya tahu.”

Sukma melongo, tidak menduga akan mendapat reaksi cepat dan sok tahu dari pria di hadapannya.

“Saya tidak ingin berbasa basi,” lanjut pria itu yang membuat Sukma mengerutkan dahi.

“Uhm, ya?”

'Apa ini, masa pangeran kelakuannya dingin gini?' Batin Sukma yang mulai kesal perihal sikap Fikri yang tidak sesuai dengan perkiraannya.

Sukma mencoba menghabiskan air di gelas, sebelum…

“Saya ingin melamar kamu,” ucap pria itu tanpa basa basi membuat Sukma langsung menyemburkan air minum tepat ke wajah Fikri.

“HAH?!”

Narubi

Like, komen, and share.

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status