Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang

Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang

last updateLast Updated : 2025-07-14
By:  NarubiUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
10
2 ratings. 2 reviews
22Chapters
1.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Sukma selalu memimpikan seorang pria, tampan dan mapan sesuai kriteria yang diinginkannya. Beberapa hari kemudian, ia ternyata bertemu dengan pria itu di kehidupan nyata. Betapa bahagianya Sukma, ia mengira pria itu adalah jodohnya. Tapi.... Betapa terkejutnya, saat melihat pria yang terus muncul di mimpinya telah beristri. Terlebih, saat pria itu datang ke hadapan Sukma dan memintanya untuk menjadi istrinya. Cover by Pixabay _ edit by Robiah_art

View More

Chapter 1

BAB 1: Tiba-tiba dilamar orang tak dikenal

“Aku mau kamu jadi istriku.”

Sukma tersedak minumannya. Tangannya gemetar saat meletakkan gelas. Ia menatap pria di depannya, Fikri Pradina Makarim, dengan dahi berkerut dan mata membelalak.

“Maaf?” tanyanya lirih, berharap ia salah dengar.

Fikri tidak mengulang. Ia hanya menatap lurus, tatapan tajam dengan ekspresi yang tak bisa ditebak—serius, datar, dingin. Tangannya yang tadi menggenggam sendok kini mengepal pelan di atas meja.

“Ini bukan lamaran biasa, Sukma. Aku tidak sedang bercanda. Aku ingin menikahimu.” Suaranya datar, nyaris seperti perintah.

“Aku—kita bahkan belum saling kenal,” jawab Sukma, suara bergetar.

“Kita sudah cukup saling tahu,” katanya, masih tenang. “Dan aku tahu kamu butuh seseorang yang bisa membuat hidupmu lebih tenang.”

Sukma menggeleng. “Aku gak ngerti. Kenapa aku? Kenapa tiba-tiba? Apa karena kita pernah ketemu di taman? Itu bahkan cuma sekali—”

“Karena aku sudah memutuskan,” potong Fikri cepat. “Dan aku bukan tipe yang suka ditolak.”

Sukma terdiam. Ucapan itu bukan sekadar sombong—ada nada ancaman tersembunyi di baliknya. Fikri bukan pria biasa. Dari cara dia berpakaian, berbicara, hingga restoran tempat mereka duduk sekarang, semuanya menunjukkan satu hal: pria ini punya kuasa.

Dan kekuasaan, kadang lebih menakutkan dari kekerasan.

“Aku... aku harus pikir-pikir dulu.”

Fikri menarik napas panjang. “Kamu boleh menolak. Tapi aku harap kamu tahu, beberapa hal akan berubah kalau kamu menolakku. Aku tahu kamu butuh pekerjaanmu. Aku tahu ibumu sedang sakit dan biaya rutin pengobatannya tidak sedikit.”

Nafas Sukma tercekat. Tubuhnya kaku. “Apa maksud kamu?” bisiknya.

Fikri menyandarkan tubuh ke kursi, tersenyum kecil. “Aku cuma bilang... aku bisa membantumu. Tapi semua bantuan punya harga.”

Sukma menatapnya lama. Dalam hatinya, bergemuruh ketakutan. Tapi juga penasaran. Dan di sela ketakutan itu, ada suara kecil berbisik: Kenapa dia memilihku?

Sukma mematung. Ujung jarinya masih menyentuh gelas yang tak lagi dingin. Kepalanya dipenuhi suara berisik yang tak berasal dari restoran—semuanya ada di dalam pikirannya.

Ancaman Fikri tidak dikatakan dengan keras, tapi efeknya menghantam tepat di ulu hati. Ibunya. Rumah sakit. Gaji kecil. Biaya hidup. Semua yang selama ini dia pertahankan dengan susah payah, kini terasa goyah hanya karena satu kalimat pria asing itu.

"Aku tidak berniat menyakitimu, Sukma," lanjut Fikri dengan nada tenang, nyaris menenangkan. "Aku hanya... butuh seseorang di sisiku sekarang."

"Bukannya kamu sudah punya istri," desis Sukma pelan.

Fikri tersenyum tipis. “Kamu benar. Tapi dia tidak di sisiku lagi.”

Ucapan itu membuat Sukma bergidik. Matanya menatap pria itu dalam-dalam. Ingin sekali bertanya—kenapa? Tapi sesuatu dalam diri Sukma mencegahnya. Tatapan Fikri terlalu gelap untuk ditelusuri tanpa bekal keberanian.

“Kamu tahu siapa aku, Sukma?” tanya Fikri tiba-tiba.

Sukma mengerjap. “Kamu... direktur cabang utama perusahaan tempat aku kerja,” gumamnya ragu.

“Lebih dari itu. Aku bisa membuat segalanya mudah... atau sebaliknya.”

Nada itu kembali muncul. Tenang, tapi menekan. Seperti lilitan tali tak kasat mata yang makin lama makin kencang.

Sukma menunduk, mencoba menyusun logika. Ini gila. Ini aneh. Ini—tidak masuk akal. Tapi... wajah ibunya yang sakit tiba-tiba melintas. Suara napas berat sang ibu, tagihan yang makin menumpuk, dan kata-kata dokter yang selalu terdengar lebih mirip ancaman: “Kalau tidak dilanjut, kondisinya bisa memburuk.”

“Apa yang kamu harapkan dari aku?” tanya Sukma, suaranya kecil sekali.

Fikri menatapnya dalam. “Aku hanya ingin kamu selalu ada. Sebagai istriku. Tidak perlu pamer ke publik. Tidak perlu diumumkan ke dunia. Aku akan menikahi kamu secara sah, walau hanya siri. Semua akan aman. Aku tidak akan mengganggu hidupmu. Tapi aku ingin kamu... tetap ada. Hanya itu.”

“Ada... untuk apa?” desaknya, kali ini dengan nada getir.

Pria itu terdiam sesaat. Wajahnya seperti menimbang jawaban. “Untuk membuatku merasa tidak sendirian,” katanya akhirnya. “Dan untuk membuktikan sesuatu pada seseorang.”

Sukma menahan napas, dahinya berkerut saat berpikir keras. Jelas bahwa Fikri sedang terluka. Tapi apa alasan luka itu cukup untuk sampai menjadikannya istri dari pria yang bahkan baru beberapa kali ia temui?

“Jadi aku ini... pembuktian?” bisiknya, antara sedih dan kesal.

Fikri tidak menjawab. Ia hanya menatap Sukma dengan mata yang dalam dan kosong. Tapi dalam kekosongan itu, Sukma melihat sesuatu yang tak bisa dijelaskan: semacam rasa sakit. Semacam dendam. Dan mungkin... kesepian yang begitu pekat.

“Kalau aku setuju... apa yang akan aku dapatkan?” tanya Sukma, lebih karena ingin menguji, bukan karena tergoda.

“Rumah. Hidup mewah. Ibumu akan aku tanggung penuh. Kamu tetap bisa kerja, tetap punya hidupmu sendiri. Dan aku tidak akan menuntut apapun. Aku hanya ingin kamu mengikat pernikahan ini dengan aku.”

“Dan kalau aku menolak?”

Kali ini Fikri tidak menjawab dengan kata-kata. Ia hanya tersenyum kecil.

Senyum itu menakutkan. Bukan karena menyeramkan, tapi karena terlalu penuh makna. Terlalu familiar. Seperti senyum orang yang tak suka ditentang.

Malam itu, Sukma duduk di pinggir ranjang kontrakannya yang sempit. Di pangkuannya, masih ada amplop putih dari rumah sakit. Tagihan bulan ini lebih besar dari biasanya. Ibunya membutuhkan terapi tambahan. Dokter bilang itu peluang pemulihan lebih cepat. Tapi biayanya—

“Aku bisa bantu, tapi semua bantuan ada harganya.”

Kata-kata Fikri bergema lagi di telinganya. Ia memejamkan mata, mencoba memikirkan semua kemungkinan. Menikah tanpa cinta? Bahkan tanpa hubungan?

Tapi Fikri bilang ia akan membiarkan Sukma menjalankan hidupnya. Tidak memaksa. Ia hanya menginginkan Sukma selalu ada.

Sukma mengangkat wajahnya ke langit-langit. Air matanya menetes tanpa suara. Ia tidak tahu keputusan seperti apa yang sedang ia hadapi. Tapi satu hal yang ia yakini: hidup tidak akan sama lagi sejak malam itu.

Di luar jendela, lampu jalanan berkedip pelan. Angin malam berembus, menggetarkan daun pintu kayu. Seperti memberi isyarat bahwa pintu hidupnya... sedang digeser paksa.

Sukma tidak tidur malam itu.

Jam di ponselnya sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Tapi matanya tetap menatap langit-langit kamar sempitnya, seperti mencari jawaban di antara retakan semen yang mulai mengelupas. Suara kipas angin berdecit pelan mengisi keheningan, menemani pikirannya yang semakin sesak.

Lamaran.

Sebuah kata yang dulu selalu ia impikan datang dari pria yang dicintai. Tapi kenyataan justru menghadiahkan kata itu dari seorang pria asing, di tengah makan malam mewah, dengan tekanan halus yang membekas hingga ke tulang.

Sukma menatap jari-jarinya yang saling menggenggam. Ujung kukunya sedikit menggurat telapak tangan. Ia sadar sedang gugup. Tapi yang membuatnya lebih takut bukan hanya lamaran itu—melainkan fakta bahwa ia... nyaris tak punya alasan kuat untuk menolak.

Bukan karena cinta. Bukan karena Fikri pria ideal. Tapi karena hidup kadang terlalu keras untuk orang yang tak punya pilihan.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Hinata
menarik, ditunggu kelanjutannya
2025-07-10 16:26:03
0
user avatar
Narubi
welcome di novel pertamaku di Goodnovel
2022-09-23 12:49:34
3
22 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status