Share

BAB 13: Sunyi yang hampa

Author: Narubi
last update Last Updated: 2022-11-03 09:55:29
Langit malam menggantung kelabu saat Fikri akhirnya mematikan laptop. Jam menunjukkan pukul 22.37.

Ia berdiri dari kursi, merenggangkan tubuh, lalu menoleh ke arah pintu kamarnya. Biasanya, jam segini… terdengar suara dari kamar Sukma.

Entah keributan pintu lemari, hair dryer, atau sesekali... suara hujan air mata yang diam-diam ia dengar, meski pura-pura tak peduli.

Tapi malam ini... hening.

Fikri melangkah keluar dari ruang kerja. Lorong apartemen sunyi. Tak ada cahaya dari celah pintu kamar Sukma.

Ia mengernyit pelan.

“Udah tidur?” pikirnya. Tapi entah kenapa, dadanya terasa aneh.

Tangannya terulur ke gagang pintu kamar itu. Ia buka perlahan.

Klik.

Gelap.

Ia nyalakan lampu. Dan di sana… kamarnya kosong.

Kasur masih rapi. Tapi tak ada tas, tak ada ponsel di atas meja rias. Bahkan botol air mineral kesukaan Sukma yang biasanya diletakkan di samping tempat tidur—hilang.

Fikri mendekat. Membuka lemari.

Beberapa baju masih tergantung. Tapi baju-baju yang paling sering dipakai… tidak ada.
Narubi

Like, komen, and share. Update Senin-Jum'at, kalau rajin Sabtu dan Minggu juga update. Terimakasih sudah membaca cerita ini, pantau terus sampai akhir ya.

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    Bab 46: Cowok Brengsek

    “Siapa yang brengsek?”Suara berat itu terdengar jelas dari belakang. Chintya refleks menoleh dan… hampir oleng begitu melihat sosok yang selama beberapa hari ini memenuhi kepalanya—Arvan—berdiri dengan senyum tipis yang sangat menyebalkan.Untung saja Sukma yang berdiri di sampingnya cepat bereaksi, menopang punggung sahabatnya sebelum tubuhnya benar-benar ambruk.“Astaga, ngapain kamu di sini?!” teriak Chintya spontan, nadanya meninggi seolah sedang berada di arena pertandingan tinju, bukan di ruangan kantor yang sunyi.Seketika ruangan divisi tempat Sukma dan Chintya bekerja mendadak sunyi. Beberapa kepala langsung menoleh dari balik partisi, mencoba mengintip apa yang sedang terjadi. Ada yang berbisik pelan, ada pula yang sudah mulai menyalakan ponselnya, siapa tahu ini bisa jadi bahan gosip terbaru.Arvan, dengan kemeja putih yang licin tanpa setitik pun kerut dan dasi yang melambai halus ketika

  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    Bab 45: Tampan Tapi Arogan

    “Cieee yang baru pulang abis ketemu jo…” Sukma tidak melanjutkan kalimatnya, wajah Chintya sama sekali tidak siap menerima guyonan itu.Suasana kantor pagi itu terasa berbeda bagi Sukma. Biasanya, Chintya akan masuk dengan wajah penuh senyum sambil menyeruput kopi, lalu sibuk mengoceh tentang drama yang ia tonton atau gosip terbaru di kantor. Namun hari ini berbeda—Chintya masuk dengan wajah cemberut, langsung melempar tas ke atas meja dan duduk di kursinya dengan kasar.Sukma yang awalnya sudah bersiap menyambut dengan senyum jahil, berniat menggoda soal perjodohan, langsung mengurungkan niatnya. Ia memiringkan kepala, bingung melihat ekspresi sahabatnya itu.“Eh, kamu kenapa? Kok kayak mau makan orang?” tanya Sukma sambil menatapnya lekat-lekat.Chintya tidak menjawab. Sebaliknya, ia hanya memelototi Sukma sebentar lalu memeluk Sukma erat-erat.“Hah? Apaan sih, tumben banget pagi-pagi udah mellow gini.” Sukma yang bingung hanya bisa menepuk-nepuk bahu Chintya pelan. Dalam hati, ia

  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    Bab 44: Kembali Pulang

    Setelah menempuh perjalanan cukup panjang dari rumah ibunya, Sukma akhirnya sampai di apartemen. Langkahnya pelan saat masuk ke dalam lift, tangan kirinya membawa tas kecil berisi oleh-oleh yang dimasukkan ibu ke dalam tote bag-nya secara paksa tadi siang. Sukma tersenyum tipis saat mengingatnya. Tapi senyum itu menghilang begitu pintu lift terbuka.Langkahnya terhenti saat sampai di depan pintu apartemen. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba mengusir rasa gelisah yang masih tertinggal setelah kunjungannya ke rumah ayah Fikri kemarin. Pikirannya masih penuh tanya. Haruskah ia menceritakan segalanya kepada Fikri?Begitu pintu terbuka, aroma harum dari dapur langsung menyambutnya. Sukma terpaku.Di dapur, terlihat Fikri dengan celemek sederhana bergambar telur mata sapi, berdiri sambil tersenyum—entah karena mendengar suara pintu atau karena menyadari kehadiran Sukma yang sedang memperhatikannya dari ambang pintu."Selamat datang kembali di rumah," sapa Fi

  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    Bab 43: Menenangkan Diri

    Sukma duduk bersama ibunya. Sore itu begitu sederhana—secangkir teh melati, potongan pisang goreng buatan Mbak Warti, dan tawa ringan yang mengalir dari bibir sang ibu. Rasanya seperti pulang ke pelukan masa kecil."Makanya, kamu harus sering-sering pulang, Sukma," ucap Bu Sri, ibunya, sambil membenahi selimut tipis di pangkuannya. "Ibu sudah jauh lebih baik, kan?"Sukma tersenyum lembut, menatap wajah ibunya yang mulai dipenuhi garis-garis halus. Namun kali ini, wajah itu tidak lagi tampak pucat dan lemah seperti terakhir kali ia pulang. Ada rona cerah, ada semangat yang perlahan kembali."Ibu kelihatan sehat, Alhamdulillah," jawab Sukma pelan. "Aku senang lihat ibu bisa duduk di sini, cerita sambil nyemil kayak dulu."Bu Sri tertawa pelan. "Semua karena Mbak Warti dan Suster Retno. Mereka bantu Ibu banget. Suster itu galak kalau Ibu mulai sok kuat mau nyapu-nyapu. Katanya, ‘Bu Sri cuma boleh jalan-jalan muter komplek. Nggak boleh pegang sapu

  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    Bab 42: Pertemuan Pertama dengan Mertua

    Hari sudah mulai gelap ketika Sukma keluar dari gedung kantornya. Lampu-lampu jalan mulai menyala, menyambut senja yang menelusup perlahan. Di tangannya, layar ponsel masih terbuka memperlihatkan status ojek online yang belum juga tiba.Sukma berdiri di dekat pos satpam, memeluk tas di depan tubuhnya sambil menunggu. Kantor sudah hampir sepi.Tiba-tiba, sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan Sukma. Dari dalam mobil itu, seorang pria dengan jas abu muda, dasi biru, dan gaya klimis turun. Senyumnya sopan, namun mata pria itu tampak tajam, profesional.“Permisi, Ibu Sukma?” tanyanya dengan sopan.Sukma sedikit terkejut. Ia menoleh penuh waspada. “Iya?”“Saya diminta menjemput Anda. Ada seseorang yang ingin bertemu. Kami tidak bisa membicarakannya di sini,” ucapnya dengan bahasa yang tenang.“Maaf, saya sedang menunggu ojek. Lagipula saya tidak mengenal Anda,” balas Sukma hati-hati. Ia melangkah sedikit mundur.Pria itu tidak terlihat

  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    Bab 41: Sekutu?

    Di salah satu ruangan VIP yang tersembunyi di lantai dua, Fikri duduk diam di seberang meja bundar, menatap Cheryl yang sudah datang lebih dulu.Cheryl tampak berbeda hari ini. Tanpa riasan mencolok, hanya makeup tipis dan sweater krem panjang, tapi matanya… tetap menyala seperti biasa. Bukan karena semangat, tapi karena ketegangan yang tertahan.“Langsung aja,” ucap Cheryl, menggeser gelas air mineral ke sisi kanan. “Aku yakin ayahku sudah mulai bergerak. Mungkin sekarang dia masih menunggu. Tapi begitu dia yakin kamu tidak berubah pikiran, dia akan bertindak.”Fikri menahan napas. “Kamu yakin?”Cheryl mengangguk pelan. “Kamu tau sendiri ayahku, bukan tipe orang yang akan membiarkan keputusan penting menyimpang dari kehendaknya. Kalau kamu pikir dia akan diam dan menunggu kamu menandatangani surat cerai, kamu salah besar.”Fikri mencondongkan tubuhnya ke depan, menatap Cheryl dengan serius. “Maksudmu… dia akan melakukan sesuatu pada Sukma?”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status