Oma Ayu adalah ibu dari ayahnya yang telah meninggal. Setelah ayahnya meninggal, oma Ayu dan Ibu Yoga saja yang merawat Yoga dari umur sepuluh tahun. Yoga tidak ingin menentang oma ataupun mengikuti perintahnya.Begitupun mama, Yoga tahu mama juga selalu sependapat dengan oma. Mama tidak punya kuasa di rumah itu, karena mama hanyalah seorang menantu oma. Yoga pun tak bisa juga menyalahkan mamanya yang tidak mendukungnya."Yoga, tentukan pilihanmu. Oma tidak mau mendengar apapun alasanmu lagi"."Tapi, Oma?"."Yoga, kamu itu sudah tua. Tahun depan sudah berumur empat puluh tahun. Kapan kamu memberikan oma cicit"."Apa salahnya dengan umur Yoga, Oma?"."Kamu ini. Kalau dibilangin masih saja banyak alasannya. Oma mau segera ada penerus di keluarga ini"."Eh..". Yoga salah tingkah kalau membahas penerus keluarga. Yoga tahu dialah satu-satunya generasi terakhir keluarga ini. Tidak salah, Oma selalu mendesakny untuk segera menikah."Sekarang oma mau mendengar pilihanmu sekarang juga"."Yoga
Frengky yang melihat adegan di depannya pun nampak terkejut. Dia hampir saja lalai karena merasa Clara patuh untuk ikut dengannya. Frengky pun dengan cepat membukakan pintu mobil untuk Yoga dan Clara.Clara yang tertangkap basah hanya diam dan begitu malu karena perbuatannya yang ingin melarikan diri diketahui oleh Yoga. Tidak ada yang bisa Clara lakukan lagi. Clara pun kali ini patuh untuk masuk ke mobil."Kamu memang remaja yang labil".Yoga pun membuka pembicaraan dengan Clara, calon istrinya itu."Apa maksud anda, Tuan?"."Oh, kamu ingin bersikap formal ya, seakan-akan saya memang orang tua".Clara tersenyum tipis, ternyata lawannya pandai juga menafsirkan arti dari perkataannya."Jangan bicara padaku, jika kamu menganggapku sebagai orang tua". "Siapa juga yang mau bicara padamu". Jawab Clara.Yoga menggelengkan kepala. Tidak seharusnya dia menyetujui pernikahan ini. Disampingnya, bukan seorang wanita yang siap menikah tetapi hanya anak remaja yang bisanya membuat onar. Yoga tid
Clara memandangi satu per satu gaun berwarna putih yang ada di depannya. Clara takjub akan keindahannya, berlian swarovski bertabur mengelilingi setiap helaian gaun tersebut. Ada beberapa model Clara perhatikan, ada yang sexy, tertutup tapi belahan kakinya sampai ke atas dan ada yang menerawang.Benar-benar gaun pengantin yang indah untuk dipandang mata. Clara berdecak kagum. Seandainya dia bisa menggunakan gaun pengantin ini dan menikah dengan kekasih hatinya pasti akan lebih berbeda suasana hatiku saat ini.Tapi takdir berkata lain. Apapun yang terjadi Clara tetap akan menikah dengan Yoga. Seorang laki-laki tua baginya.Akhirnya Clara memilih satu. "Baiklah, aku akan coba yang ini saja"."Baik, nona, akan kami bantu memakaikannya".Pegawai butik pun dengan sigap mengambil gaun pengantin yang telah dipilih oleh Clara dan membawanya ke ruang ganti. Model gaun pengantin tersebut sangat glamour dengan belahan dada yang gak terlalu rendah serta bertabur berlian yang berkilauan. Pilihan y
"Ternyata kamu wanita yang mata duitan juga ya, Clara?"."Apa???".Aku yang baru saja duduk dan memposisikan tempat nyaman di kursi belakang mobil, terlonjak kaget. "Wanita mata duitan" dan seperkian detik kemudian memahami apa yang dimaksud yoga. Ternyata, taktikku kena juga. Aku tersenyum lebar."Kamu baru tahu kalau aku mata duitan". Aku berkata seraya mengibaskan rambut panjangku seolah itu bukan masalah."Benar dugaanku kamu sama seperti wanita yang ada di luar sana"."Terus, apa itu masalah?"."Clara..."."Kalau kamu gak suka gampang, Yoga. Kenapa harus repot-repot memberitahukan aku"."Apa maksudmu?"."Iya, kalau kamu gak suka wanita mata duitan tinggalin aja, gampang kan?"."Jaga bicaramu!"."Aku hanya mengatakan sebenarnya". Balas Clara.Yoga menggelengkan kepala. Dia merasa wanita yang didepannya ini agak berbeda. Bukannya berkelit saat dituduh malah mengakui dengan terang-terangan kalau dia adalah wanita yang matre."Apa jangan-jangan, dia ingin menipuku lagi agar tidak meni
"Ada Yoga datang tuh". Mama menunjuk ke arah ruang tamu."Apa, ma. Yoga datang?". Aku kaget dengan mulut yang melongo."Udah jangan melongo begitu, cepat temuin sana". Mama pun menyuruhku ke ruang tamu."Eh, iya ma". Aku jadi malu di depan mama seperti itu tadi.Tya yang ada di dalam kamar segera berlari ke arahku. Sepertinya ia mendengar apa yang dibicarakan oleh Mama. "Boleh aku lihat Yoga, Clara?"."Lihatlah sepuasmu, Tya". Aku kemudian berjalan ke arah ruang tamu untuk menemui Yoga. Tya mengekor aku dari belakang. Aku menggelengkan kepala. Benar-benar hari yang melelahkan untukku.Aku melihat Yoga berdiri dengan membelakangi kami. Ia sedang memandangi poto keluarga kami yang terpajang rapi di dinding ruang tamu. Aku yang melihat Yoga seperti itu, merasa dia merupakan manekin Tuhan yang sempurna.Aura menawan saja sudah bisa Yoga keluarkan dari sosok tubuh bagian belakangnya. Apabila melihat dari sosok depan, apa tidak mungkin membuat para wanita mengidolakannya. Hanya satu hal
Papa mengerem mendadak karena tiba-tiba ada mobil yang menyalip dari belakang dan berhenti tepat di depan mobil kami. Aku melihat beberapa orang keluar dari mobil. Mereka berjumlah empat orang, bertubuh kekar dan sangar memakai pakaian serba hitam. Aku merasakan detak jantungku mulai meninggi melihat apa yang terjadi di hadapan kami.Mereka pun berjalan dengan tergesa-gesa menghampiri mobil kami dan berteriak-teriak menyuruh untuk kami keluar. Papa dan Mama begitu shock begitupun aku dan Indah. Kami tidak tahu harus berbuat apa."Buka, cepat buka!". Salah satu dari mereka menggedor dan berusaha membuka paksa pintu mobil kami."Buka, kalau tidak, jangan salahkan kami bila kalian terluka". Mereka bahkan mencoba untuk memecahkan kaca apabila kami tidak membukakan pintu.Buka, cepat buka!". Sekali lagi mereka memaksa kami."Baik, kami akan buka". Papa mematuhi mereka karena takut mereka akan melukai kami."Jangan, pa. Jangan dibuka!". Aku berteriak ketika papa membuka pintu samping kanann
"Yoga...". Aku mengucapkan satu kata yang muncul di kepalaku saat melihat laki-laki yang sedang duduk berjongkok di hadapanku itu."Maafkan aku, Clara. Aku tidak tahu ini akan terjadi". Yoga kemudian memegang tanganku."Aku....". Itulah kata terakhir yang aku ucapkan setelahnya gelap yang kulihat lagi.------Dret... Dret.... Dret....Bunyi handphone memecahkan kesunyian di ruang pengantin di gedung pernikahan Yoga dan Frengky. Frengky lantas merogoh saku celana sebelah kanannya. Nama "Tya" tertampil di layar kaca benda pipih tersebut, dahi Frengky mengernyit."Kenapa Tya menelepon". Frengky berkata dalam hati sambil berpikir kemungkinan yang terjadi. Tidak mau berpikir yang tidak-tidak, Frengky langsung menekan tombol hijau untuk menerima panggilan dari Tya."Halo, Frengky ada masalah?". Suara Tya mengejutkan aku."Masalah apa, Tya?". Aku lantas berjalan menjauhi Yoga yang sedang bersiap memakai baju pengantin."Ketika kami sedang menuju gedung pernikahan, Clara di culik. Mobil kami
"Siapa di balik penculikan Clara, apakah kamu mengetahui sesuatu?". Yoga kembali membuka suara ketika mereka berdua sudah di tempat yang aman dan sepi dari orang yang lalu lalang."Laura, Yoga". Frengky bicara dengan yakin."Apa, Laura?". Yoga seperti mengenal nama itu."Laura Cyhntia". Frengky menyebutkan dengan hati-hati agar tidak menyinggung hati Yoga.Yoga mengernyitkan dahinya, bingung. Sejak kapan Laura ada di Indonesia. Setahu Yoga, wanita matre itu sudah lama berada di luar negeri menjadi simpanan seorang laki-laki beristri.Lalu, untuk apa dia melakukan ini semua. Dia yang meninggalkan aku begitu saja dan pergi bersama laki-laki lain. Sekarang seenaknya saja mengganggu kehidupan aku. "Kamu yakin, Frengky bahwa dia Laura?". Yoga merasa tak percaya."Iya, Yoga. Saya tak sengaja melihatnya di tempat Clara di sekap tadi. Dia kabur bersama salah satu penculik". Frengky menjelaskan alasan keyakinannya."Mau apalagi wanita gila itu melakukan ini?". Yoga menjadi kesal dan marah."M