Begitu tiba di rumah Clare tampak kesal. Ia segera membaringkan diri di ranjang dengan emosi yang meluap. "Apa dia itu tidak normal? Apa dia ...," Clare bangkit dan duduk, "Pria lain mungkin akan langsung menerima tawaran itu, tapi dia ...," Clare mengendus, "Aku harus melakukan sesuatu agar dia mau melakukannya. Kalau benar dia mencintaiku dan akan menikahiku, aku harus memaksanya untuk melakukan itu," pikiran Clare memeras tentang tindakannya yang bodoh. "Tapi, bagaimana dengan calon suamiku? Bagaimana dengan mami dan papi? Apakah mereka akan membenciku jika aku melakukan ini?"Clare membuang napas panjang kemudian berbaring menatap langit-langit kamar, "Ya, Tuhan, aku sudah jatuh cinta pada Reagan. Aku sudah tergila-gila padanya. Bagaimana ini? Aku hanya ingin menikah dengannya, aku tidak mau menikah dengan orang lain. Mami, papi, maafkan aku. Anak kalian sudah jatuh cinta kepada pria bernama Reagan Harvest."Di sisi lain.Dengan tubuh telanjang bagian atas dan celana pendek hitam
Tut! Tut!Dimitry memutuskan panggilan.Emelly marah. "Apa dia sudah kehilangan akal? Kalau dia melakukannya dan wanita itu meminta pertanggungjawaban, bagaimana? Reagan sudah kelewatan. Aku harus mengadukan hal ini kepada daddy. Daddy tidak boleh mengijinkannya mendekati wanita itu. Kalau wanita itu hamil mau tidak mau Reagan harus menikah dengannya, bukan?"Dimitry setuju kemudian menatap ponsel untuk menghubungi mertua."Apa yang kau lakukan?" tanya Emelly."Menghubungi daddy.""Halo, Dim?" Suara wanita dari balik telepon membuat Dimitry mengisyaratkan Emelly untuk diam. "Mami, apakah daddy ada? Aku ingin bicara.""Tunggu sebentar, ya. Daddy sedang ... Oh ini dia. Sayang, Dimitry menelepon."Suara di balik telepon membuat Emelly dan Dimitry saling bertatap. Ada rasa bahagia dalam wajah mereka karena meski sudah tidak muda lagi tapi kemesraan di antara kedua orangtuanya tak pernah pudar."Halo, Dim, ada apa?" Suara berat dari balik telepon menyapa."Dad, apa benar kau memberikan kel
Sekarang sebelum pria itu menjadi milik orang lain Clare sudah memutuskan. Ia segera bangkit dari ranjang, mengambil ponsel lalu menghubungi Reagan."Halo, Sayang?" sapa Reagan dari balik telepon."Apa kau sibuk?""Tidak, ada apa?""Boleh aku minta sesuatu?"Tawa Reagan terdengar dari balik telepon. "Sejak kapan kau meminta sesuatu aku akan menolak, hah?""Kata siapa? Buktinya ada satu hal yang tidak pernah kau berikan," Clare kesal."Aku mengerti, Agatha. Tapi bukankah sudah kubilang, aku akan memberikannya setelah kau lulus kuliah, oke?"Clare terdiam sesaat. "Apakah setelah aku lulus kuliah kau akan mengabulkan permintaan itu?""Tentu saja.""Bagaimana kalau tidak hanya menginginkan hal itu? Eh, maksudku, bagaimana jika aku ingin kau menjadi suamiku?""Tidak masalah. Apapun yang akan terjadi, aku akan tetap memperjuangkanmu. Tak peduli apa tanggapan orangtuaku, aku akan tetap menikah denganmu. Yang penting kau siap menghadapi orangtuamu jika mereka meminta penjelasan dari kita berd
Clare mengalah. Ia melepaskan tangan dari benda itu dan memberikannya kepada Soraya. "Ini, Nyonya.""Terima kasih, Sayang. Apa kau sedang datang bulan?""Tidak, ibuku. Dia memintaku untuk membelikannya. Maklum, darurat."Soraya tersenyum lebar. "Oh, begitu. Ngomong-ngomong bagaimana kabarmu dan keluargamu?""Kami baik semua," balas Clare. Ia menatap Soraya lalu berkata, "Boleh aku bertanya?""Silahkan, Sayang. Kau ingin bertanya apa?""Kenapa Anda sudah tidak pernah lagi datang ke universitas? Bukankah Anda adalah dosen di universitas kami?"Soraya senang Clare melontarkan pertanyaan itu. Dengan pura-pura ia segera menunduk dan hendak menangis. "Semua ini karena seseorang. Dia telah mengeluarkanku dari universitas itu tanpa alasan jelas.""Mengeluarkan Anda, siapa?" tanya Clare penasaran."Jangan, Sayang, kau tidak boleh tahu. Itu tidak penting." Soraya hendak berbalik, tapi Clare menahannya."Anda harus mengatakannya padaku, siapa yang telah berani mengeluarkan Anda dari universitas
"Apa kau tahu kenapa alasan beliau tidak pernah muncul lagi di universitas sejak kejadian itu? Aku baru sadar ternyata sejak terakhir kita membicarakannya di kantin tempo hari, sejak saat itu beliau sudah tidak pernah masuk lagi ke universitas."Clare tidak ingin mengatakan pertemuannya tadi siang bersama Soraya sebelum Reagan menceritakan yang sebenarnya."Aku juga tidak tahu, mungkin beliau sudah resign sejak lama, tapi dari antara kita semua tidak ada yang tahu."'Aneh,' pikir Clare, "Kalau benar resign, kenapa beliau bilang padaku dia dikeluarkan?'"Sayang?" panggil Reagan."Iya?""Ada apa? Kenapa kau tiba-tiba menyakan soal nyonya Soraya?""Tidak apa-apa. Aku baru sadar kalau selama beberapa tahun ini ternyata beliau sudah tidak pernah hadir di universitas.""Tapi kau pasti punya alasan bukan kenapa kau memikirkan dia?""Aku tidak memikirkan dia, Sayang. Hanya saja sambil berendam aku kembali mengingat semua kejadian selama di universitas, dan aku juga teringat soal hubungannya d
Clare terkejut. Dalam hati ia berkata, 'Nenek dan bibi?' Seingatnya Dean maupun Kensky tidak pernah membahas soal nenek dan bibinya, 'Apakah itu artinya nenek dan bibiku masih hidup?'Soraya yang duduk di samping Clare menarik napas panjang. "Sebenarnya kami tidak berani mengatakan hal ini, Clare. Tapi seperti yang ibuku bilang, kami tidak bisa menyembunyikannya lagi padamu. Mungkin lebih baik kamu tahu segalanya.""Aku masih tidak mengerti apa yang kalian bicarakan."Rebecca berdeham. "Kami tidak tahu apa yang membuat Dean dan Kensky tidak mau menceritakan padamu tentang kami. Tapi sebagai nenekmu aku sangat keberatan, biar bagaimanapun kau adalah cucuku, Nak."Zet!Lagi-lagi Clare terkejut. "Nenek, kau adalah nenekku?""Apa ibumu tidak pernah bilang bahwa Soraya adalah kakaknya dan aku adalah ibunya?"Clare terpaku. Ia masih belum percaya dengan apa yang baru saja dikatakan Rebecca.Soraya memulai. "Dulu sebelum Dean Stewart hadir di kehidupan aku dan Kensky, kami sekeluarga sangat
"Clare, Sayang. Bibi tahu kamu anak yang baik. Demi menjaga keharmonisan rumah tangga orangtuamu bibi harap kau tidak menceritakan pertemuan kami hari ini kepada mereka, apalagi ayahmu. Dia pasti akan marah besar jika tahu yang sebenarnya. Sebagai anak kau pasti tidak ingin hal itu terjadi, kan? Jadi bibi mohon, kau harus merahasiakan hal ini dari siapapun. Bibi tidak masalah jika ibumu tidak menganggap kami sebagai keluarga, selama kami bisa makan dan bertahan hidup kami tidak akan pernah menganggu kehidupan bahagia keluargamu. Hanya saja bibi masih bingung karena sampai sekarang tidak ada satupun perusahan yang mau menerima bibi untuk bekerja. Bibi curiga kalau hal ini juga adalah satu cara ibumu untuk mengusir kami dari kota ini. Bibi tidak tahu pasti, tapi kekuasaan keluarga Stewart sangat berpengaruh di negara ini."Clare menatap sedih. "Aku harus bagaimana? Aku ingin sekali membantu bibi," kata Clare sambil duduk di atas ranjang. Ia tiba-tiba teringat sesuatu kemudian membalas p
"Benarkah? Bisa kau jelaskan padaku bagaimana investasi yang akan mereka jalankan?"Meski masih kuliah tapi Clare tahu beberapa investasi yang dijalankan oleh ayahnya. Dengan cakap ia menjelaskan kepada Reagan soal investasi yang sebenarnya tidak ada sama sekali."Itu bagus, Sayang," balas Reagan, "Kalau benar kau ingin bergabung bersama mereka aku akan memberikanmu uang sebagai pembayaran awal."Clare senang mendapat dukungan dari Reagan, namun ia tidak ingin melibatkan pria yang dicintainya ke masalah yang sebenarnya tidak ada. Apalagi ia sengaja berbohong soal investasi karena ke depannya ia memang akan mengeluarkan uang untuk membantu Soraya dan Rebecca."Tidak perlu, aku punya tabungan untuk modal awal. Kau tenang saja.""Tapi tidak ada salahnya kan kalau kau mendaftarkan namaku?"Clare terkekeh. "Itu tidak perlu, Sayang. Kau kan banyak uang, investasi seperti itu tidak penting lagi buatmu.""Kau benar, tapi kita harus butuh lebih banyak uang lagi untuk masa depan kita. Aku ingin