Share

Kesempatan lain

Memandang dinding serba putih juga perabotan lain, semakin yakin bahwa dirinya tengah berada bahkan terbaring di atas ranjang pasien.

Manik hitam yang sibuk mengamati sekeliling seketika tersentak kaget, saat mendapati begitu banyak alat menempel ria di bagian dadanya.

"Ah, apa ini!" teriak Reta dalam hati nyaris membulatkan mata,

"A--pa aku masih hidup?"

Ceklek....

Terdengar suara dari arah pembatas berhias kaca yang perlahan terbuka, berhasil mengalihkan sorot mata Reta pada seorang suster yang sedang berjalan dengan sebuah papan berisi lembar kertas.

Masih sigap menatap setiap kalimat yang tertulis di dalamnya seakan bersiap untuk melakukan semacam pengecekan. 

Perawat itu berhenti tepat di samping ranjang lalu mulai mengalihkan pandangan, saling bertatapan dengan santai hingga menyadari sesuatu yang membuatnya terbelalak.

"Hah!" sontak perawat, dengan cepat berlari keluar ruangan. 

Meninggalkan Reta sendiri dengan rasa penasaran atas sikap aneh yang baru saja dilihatnya, "Dia kenapa? apa ada hal aneh dengan wajahku?"

"Atau! wajahku rusak? D--dan terlihat seperti hantu.." benak Reta mulai merasa cemas, segera menoleh ke segala sisi demi mencari benda yang mampu mengatasi masalahnya.

"Aku butuh cermin!"

***

Selang beberapa menit, dia dapat mendengar jelas hentakan kaki yang mulai menuju ke arahnya. Pintu terbuka, memperlihat dokter beserta suster tadi.

Ekspresi serupa sekilas terlintas pada wajah pria paruh baya itu, dengan jas putih dan juga stetoskop yang mengalung di lehernya dia mulai mendekat seakan telah bersiap untuk memeriksa kondisi Reta.

Tentu saja pihak paramedis terkejut akan peningkatan salah satu pasien yang telah berbaring nyaris satu pekan tanpa perkembangan sedikitpun.

Apa ini semacam keajaiban atau hasil dari harapan keluarga, segera pria itu memeriksa Reta layaknya pasien di rumah sakit.

"Cepat, hubungi keluarga pasien." tegas dokter,  menoleh ke arah perawat setelah menyelesaikan tugas.

Tanpa memberi tahu sebuah pantangan atau perihal kondisi, mereka berdua pergi secara bergantian melewati pembatas dan sekali lagi membiarkan gadis itu sendiri.

"Keluarga apanya--emang ada yang mau kesini?" cibir Reta menekuk bibir.

Begitu yakin jika dia tak lagi memiliki keluarga sejak memilih untuk berdiri di samping pria yang telah mengkhianatinya.

Pertunangan mereka berjalan tanpa restu karena tidak ada satupun dari pihak keluarga yang menyukai pria pilihan Reta karena alasan identitas,

Mereka selalu menyebutnya sebagai anak tanpa asal usul yang jelas. 

"Apa Om Zachta?" benaknya berharap pada pria dingin yang menyimpan berjuta perhatian di setiap perbuatan.

Tak terlalu lama, pintu kembali terbuka hingga mendapati beberapa orang masuk ke dalam ruangan. Terkejut ketika salah satu diantaranya adalah pria yang cukup familiar bagi Reta.

"Lah! Leo? Kok, bisa tau aku disini?"

"....." Sekilas terdiam sambil menebak kejadian yang telah terjadi,

"Oh! Jadi dia yang bawa aku ke rumah sakit. Mungkin semalam, Lia sempat nelpon Leo buat minta tolong." bergumam dalam hati,

Hanya saja merasa aneh ketika menatap pasangan paruh baya yang tak lain adalah orang tua Leo.

"K-kenapa mereka menatapku seperti itu?" pikir Reta merasa terganggu dengan sorot iba yang menyiratkan kesedihan di wajah mereka.

Bahkan Leo tak segan berjalan mendekat juga memeluk erat tubuh gadis itu. Hingga disusul dengan tangisan pecah dari wanita paruh baya yang berdiri di belakangnya. 

"Lah woi! main peluk aja," benak Reta masih tertegun berkat sikap yang belum pernah didapat.

Terlebih lagi, mereka telah mengenal cukup lama dan belum pernah melihat Leo bertingkah selancang ini.

Cup.

Sebuah kecupan kecil telah mendarat di kutikula wajah Reta, tatapan sedih bercampur bahagia yang laki laki itu lontarkan semakin membuatnya bingung.

"Dasar babi! Sembarangan main nyium kepala orang," bentak Reta dalam hati, menggosok kasar bekas ciuman tadi.

"Anakku, akhirnya kau sadar." lugas Citra tersenyum ceria.

"Apa mak-"

"!!!" Reta membisu dengan manik membulat sempurna, berhenti mengucap saat mendengar suara asing muncul dari dalam mulutnya.

"Ehem ehem." dehem Reta, tengah bersiap mengucapkan beberapa kata.

"Aku dimana?"

Hap.

Kedua tangan reflek menutup mulut, merasa bingung sekaligus kaget karena mendengar suara orang lain. Mulai bertanya bagaimana hal tersebut bisa terjadi,

"K-kok suaraku beda?" ucapnya dalam hati, tak sengaja menatap rambut legam yang terurai panjang.

"Hah!" terbelalak,

Reta yakin bahwa sebelum ini, sempat mewarnai rambut sebahunya. Apalagi sejak kecil dia telah terbiasa dengan rambut pendek dan belum pernah membiarkan rambut itu memanjang melebihi pundak, 

Lalu darimana segumpal rambut hitam ini datang?

"Apa yang terjadi? kok tiba tiba 'ni rambut jadi panjang banget," pikirnya mengerutkan alis,

"Pinjem hp." sontak Reta, menatap tegas ke arah Leo dengan raut memaksa.

Meski terkejut tanpa pikir panjang laki laki itu merogoh saku lalu menyodorkan benda tipis ke hadapan Reta.

Dengan senang hati, dia meraih ponsel demi melihat penampilannya saat ini.

"Aaa!!!" pekik Reta, reflek melepas ponsel tadi dari genggaman.

"Kenapa wajahku berbeda? K-kenapa,aku jadi sangat cantik dan sangat muda!" benaknya merasa takut.

"Kenapa sayang?" tanya Citra, membelai lembut pipi putrinya dengan raut khawatir.

"Hh. Gapapa," menggeleng lirih dengan senyum kikuk, berusaha untuk tetap tenang.

Grep.

Sebuah pelukan tengah wanita itu lontarkan, seketika menuai kehangatan yang telah lama tak dirasa. Entah kapan terakhir kali ada yang mendekap tubuh itu dengan tulus,

Jari jemari Citra, dengan lembut memindahkan beberapa urai rambut yang menutupi pandangan gadis itu.

Masih tersirat kecemasan di kedua matanya, juga kebahagian karena melihat kondisi gadis yang telah membaik. 

"Hah hangat. Jadi seperti ini rasanya dipeluk---sudah lama aku ga mendapat pelukan setulus ini,"

Entah kenapa tiba-tiba muncul usaha untuk beradaptasi dengan semua yang telah didapat, meski masih menebak bagaimana cara jiwanya berpindah ke tubuh lain.

"Kalo dilihat dari reaksi, sama ucapan mereka.  Berarti gadis ini adiknya Leo?"

"Ah, iya! Leo punya adik berumur 18 tahun yang punya penyakit sejak kecil," 

"Tapi, kok bisa ya?" pikirnya mengerutkan alis,

Meski belum mendapat jawaban, bagaimanapun juga ini kesempatan Reta untuk membalas sekaligus merebut apa yang telah diambil darinya. 

Mungkin saja seiring berjalan waktu, gadis itu mampu mengetahui alasan juga cara yang membuat jiwanya mampu bertahan bahkan melanjutkan hidup baru. 

"Mm, kak!" sontak Reta begitu kaku,

"Ah, sial. Canggung banget" hardiknya dalam hati.

"Iya?" tanya Leo mengangkat alis.

"Kak Re-ta apa kabar?" tambahnya dengan raut polos.

Seketika karena pertanyaan singkat, raut wajah Leo berubah drastis. Terlihat begitu sedih karena harus mengingat tragedi yang menimpa gadis itu,

"1 minggu lalu, teman teman kakak mengalami kecelakaan, dan Reta ga bisa selamat."

"Hah? G-ga selamat! M-maksudnya aku meninggal?" pekiknya dalam hati.

"Tapi wajar sih! Kalo ga mati, aku ga akan ada di tubuh ini."

"Kok kamu bisa tahu teman kakak?" sontak Leo sedikit penasaran.

"Buset. Mesti jawab apa!!" pikir Reta baru menyadari jika pertanyaan tadi bisa menyisakan rasa curiga.

"Ng, pernah denger kakak cerita nama itu ke mama." ujarnya menebak secara sembarang,

Namun laki laki itu hanya mengangguk percaya, tidak menyangkal apa yang Reta ucapkan.

"Lah! berarti dia memang pernah nyeritain aku ke mamanya dong?"

"Hh, ga mungkin-ga mungkin! Pasti Leo, emang sengaja diem biar ga tambah panjang urusannya."

"......."

"Mm, itu berarti adik Leo yang asli udah meninggal--terus tubuhnya aku ambil alih?" pikir Reta tak sengaja beralih menatap keluarga barunya,

"Kalau mereka tau anak mereka yang asli udah meninggal, pasti bakal sedih."

Meski ragu, Reta berusaha untuk meyakinkan diri sendiri dalam menjalankan kesempatan dalam hidup barunya. 

Sekaligus membalas budi pada tubuh ini dan berjanji menjadi adik serta putri yang baik bagi mereka.

"Oke! sekarang namaku----tunggu! aku ga tau nama adiknya Leo!!" omel Reta dalam hati.

"Ana.." panggil Citra dengan ramah.

"Oh, namanya Ana."

"Aku harus tahu lebih banyak tentang anak ini. Supaya mereka gak curiga,"

"Dan tentu saja! mulai sekarang mereka adalah ibu, ayah dan kakakku."

***Bersambung.

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status