Pada Awalnya Kairos menatap jijik sekitar yang mereka lalui. Becek, banyak sampai di sisi jalan, bau busuk yang menyengat, membuatnya Ingi. muntah. Namun, melihat Keona yang gesit dan bersemangat saat berbelanja, terlebih bagian menawarnya, Kairos bisa melupakan semua hal buruk itu.
"Hanya beberapa perak, kau menawar berjam-jam?" delik Kairos menaikkan satu alisnya. Takjub melihat gadis itu memperjuangkan satu sen pun. "Bapak tidak akan mengerti. Dua ribu itu sangat berharga. Bisa nambah buat beli garam," jawab Keona melanjutkan perjalanan. Kali ini dia singgah di tempat penjual bumbu dapur. Setelah lebih setengah jam, akhirnya perbelanjaan itu berakhir. Kening Kairos mengkerut kala memperhatikan hidung Keona yang tengah mengendus sesuatu. "Bapak, lapar tidak? Ayok, saya traktir makan mi ayam." Kairos tentu saja menolak, tapi niatnya hanya bisa tersimpan di hati, Keona sudah beranjak tanpa menunggu jawaban Kairos hingga terpaksa pria itu pun ikut masuk ke warung mi ayam. Hanya kios kecil di pinggir pasar, dengan gerobak mi ayam di depannya. Sangat tidak layak jika menuruti gaya Kairos, tapi entah mengapa dia justru ikut masuk ke dalam, alih-alih pergi dari sana. "Duduk, Pak. Sudah saya bersihkan." Keona mempersilakan Kairos duduk di kursi yang baru dia lap dengan tisu. Dia tahu Kairos merasa tidak nyaman, tapi perutnya sudah sangat lapar dan tidak peduli kalau bosnya itu pergi lebih dulu. Nyatanya Kairos ikut duduk, mengamati sekeliling tempat, memperhatikan beberapa ibu-ibu yang tengah menikmati mi ayamnya. "Pesan apa, Neng? Mi ayam, mi ayam bakso, atau mi yamin?" istri pemilik warung menghampiri meja mereka. "Mi ayam aja, Bu. 2 ya," jawab Keona tanpa menanyakan Kairos terlebih dulu. Kairos sendiri heran, mengapa dia justru tidak berkutik di hadapan gadis yang bahkan memutuskan segalanya untuk dirinya. Pesanan datang dan dihidangkan di depan mereka. Kairos mengamati wajah Keona yang berseri memandangi mangkok berisi mi. "Ayo makan, Pak. Enak loh, ini. Jamin bersih dan higienis," ucap Keona mulai mengaduk mi nya. "Pesan satu lagi." Keona menatap heran, gerakan tangannya yang mengaduk mi berhenti. "Kenapa, Pak?" "Aku benci semua yang berwarna hijau ini!" jawabnya menunjuk taburan daun bawang dan juga potongan sawi. "Oh, biar aku ambilkan. Gak boleh boros-boros, Pak." Penuh serius, Keona mulai memunguti daun bawang dan sawi dari mangkok mi Kairos. Hal itu justru jadi pemandangan menarik bagi Kairos. Kalau biasanya dia akan jijik dan memaksa minta ganti, kali ini dia dengan sabar menunggu sampai Keona menyiapkan baginya. "Sudah," teriak Keona penuh kemenangan. Mangkok itu kembali di hadapkan pada tuannya. "Selamat menikmati, Pak." Usai menikmati semangkok mi ayam, keduanya bergegas kembali ke mobil. Lagi-lagi Kairos merasa takjub, bahwa dia bisa menghabiskan mi ayam itu. Baru kali ini dia mengakui makanan pinggir jalan bisa seenak itu. Dan satu lagi sejarah dalam hidupnya, kali pertama ditraktir oleh seorang wanita. Kairos ingin memaksa membayar, tapi ketika hendak mengambil dompet, dia baru ingat kalau dompetnya ada di tas kerjanya, sementara tas itu ada di mobil. "Udah, gak papa, Pak. Biar saya yang bayar. Kan, saya yang ngajak," sambar Keona tidak ingin mempermalukan Kairos di depan juragan mi. "Akhirnya kalian kembali, kakek sempat berpikir kalau kalian sudah kawin lari," celetuk Candra Mahesa menyinggung kan sudut bibirnya. Kairos tidak menjawab, memilih untuk segera masuk ke dalam mobil dan mengunci rapat mulutnya hingga sampai tujuan. "Benar kamu turun di sini saja? Kakek ingin tahu rumah mu," ucap Candra mengamati sekeliling. Keona meminta mereka berhenti di simpang tiga jalan mau ke rumahnya. "Iya, Kek. Lagi ada perbaikan jalan, jadi mobil tidak bisa masuk. Lain kali saja," jawab Keona tersenyum manis. Sejujurnya, dia juga belum siap kalau harus membawa tamu ke rumahnya saat ini. Apa yang akan dikatakan Ratna dan Winda nanti? "Baiklah. Tapi ingat janjimu. Kamu harus sering mengunjungi kakek. Kamu itu malaikat penyelamat kakek, jadi jangan sungkan meminta bantuan kakek jika ada hal buruk yang terjadi padamu. Misalnya saja, jika bos mu coba untuk menyulitkan mu," ujar Candra melirik Kairos dengan ekor matanya yang dibalas pemuda itu dengan mendelik kesal pada sang kakek. *** "Dari mana saja kamu, jam segini baru sampai di rumah? Kenapa sih, jadi perempuan hobby benar kelayapan?" sambut Ratna dengan bentakan. "Maaf, Bu. Jalanan macet." Keona melirik jam di dinding, hampir satu jam keterlambatannya. "Gara-gara kamu, Winda jadi kelaparan. Kamu tahu sendiri kan, dia lagi diet, nungguin ayam buat di masak. Atau kamu memang sengaja mau buat Winda mati kelaparan?" Dari pada memperpanjang perdebatan yang Keona tahu tidak akan pernah dia menangkan, lebih baik dia minta maaf, dah bergegas ke dapur untuk memasak menu diet Winda. Saudara tirinya itu memang lebih memperhatikan tubuh dari isi otaknya. Jangankan mencari kerja, melanjutkan kuliah pun tidak mau. Alasannya cuma satu, dia tidak ingin buang waktu belajar dan bekerja, lebih baik cari suami kaya raya sebagai jalan ninja nya. Urusan dapur sudah diselesaikan oleh Keona. Dia pun bersiap untuk memberikan ayahnya makan. Kalau bukan dia, siapa lagi yang peduli pada sang ayah. Begitu membuka pintu, baki yang ada di tangannya hampir saja terjatuh, ketika melihat ayahnya sudah jatuh ke lantai dan tidak bergerak. "Ayah, bangun ayah!" teriak Keona mengangkat kepala ayahnya dan meletakkan di pangkuannya. "Tolong, siapapun tolong bantu bawa ayah ke rumah sakit..."Pada akhirnya Keona memutuskan untuk memberi maaf dan kesempatan bagi Kairos. Bagaimanapun semua orang punya kesalahan. Kairos bersumpah dia tidak akan pernah lagi menyembunyikan apapun dari Keona. Meski tidak mudah percaya 100% pada Kairos, Keona tetap memperlakukan Kairos selayaknya suaminya, menghargai pria itu dan melakukan kewajibannya sebagai seorang istri. Lambat laun suasana mulai mencair. Kairos menunjukkan perubahannya. Dia mulai memberikan waktu untuk membahagiakan Keona. Kairos bahkan membawa Keona ke beberapa tempat di Eropa sebagai bukti dari janjinya mengganti bulan madu mereka yang sempat gagal. Kairos pun akhirnya menceritakan alasannya mengajak Keona segera pulang dari Bali karena tidak ingin Alena mengganggu mereka terlebih menemui Keona dan mengatakan hal yang tidak benar. "Alena memang wanita yang pernah aku cintai dan aku tidak memungkirinya namun ternyata dia tidak pantas untuk kucintai karena dengan tega berkhianat. Pengkhianatan yang pertama sudah aku
"Sayang, kau sedang apa?" Kairos mendekati Keona. Gadis itu sedang duduk di depan TV tapi dengan tatapan kosong. "Kau sudah pulang! Seperti yang kau lihat, aku sedang menonton televisi. Apa ada yang aneh?" tanya Keona ketus. Kalau Kairos pikir akan mendapati istrinya menangis di rumah maka dia salah. Keona sudah terlalu lelah untuk menangisi kejadian buruk yang terjadi dalam hidupmu kini dia sudah kebal. "Keona, ada yang ingin ku bicarakan denganmu." "Silakan." Keona mengambil sikap tegak. Kalau dipermukaan dia terlihat tenang, maka di dalam sudah hancur. "Tentang Alena-" "Alena? Mmm... " Keona tampak berpikir lalu mulutnya terbuka, ekspresi orang yang lupa lantas beberapa kemudian ingat kembali. Kairos mempelajari mimik wajah Keona, mengukur seberapa besar amarah gadis itu padanya. Akting Keona tentu saja bisa dibaca oleh Kairos. Dia tahu gadis itu pura-pura lupa sosok Alena sebagai tamparan untuknya karena sudah menyembunyikan cerita ini darinya. "Aku tahu, kau pasti sangat
"Puas kau sekarang?" Bentak Kairos penuh emosi. Dia masih memandangi pintu yang baru saja ditutup oleh Keona. Seujung kuku pun dia tidak menyangka kalau istrinya itu akan mendatangi kantornya ini. Mungkin saja ini sudah kehendak semesta, menunjukkan kepada Keona bahwa dia kembali berkomunikasi dengan Alena. Dia menyesal karena sudah mau menerima gadis itu, kini rumah tangganya berantakan. Pasti Keona sangat marah padanya. Kairos jadi ingat dua minggu yang lalu Alena tiba-tiba saja muncul di depannya, entah dari mana wanita itu tahu perusahaan Blessing ini adalah miliknya. Dia datang memaksa untuk bertemu hingga akhirnya Kairos mengizinkannya masuk. "Apa tujuanmu ke sini? Kalau aku jadi kau, aku tidak akan pernah berani menunjukkan batang hidungku di hadapan Kairos Mahesa!" umpat Kairos ketika sudah berada di satu ruangan dengan Alena. Daripada wanita itu buat ribut, akhirnya mengizinkan Alena masuk,.itu pun demi menghindari rumor yang beredar. Dia tidak mau ada orang yang menya
Keona ingin pembuktian. Dia tidak ingin Lili memfitnah suaminya tanpa ada bukti. Akhirnya Lili membawanya ke sebuah rumah. "Aku mengikuti gadis yang bersama Kairos dan inilah tempat tinggalnya. Keona masih mengamati rumah itu. Dia diam seribu bahasa. Kalau kemarin hanya dia yang melihat kebersamaan Kairos dan Alena kini bertambah satu dengan Lili. "Apakah kau yakin Lili?" tanya Keona datar. "Aku sangat yakin, bahkan Arlan juga melihatnya. Hanya saja dia mengatakan bahwa aku sebaiknya tidak ikut campur dan tidak usah memberitahumu. Menurutku, aku tidak bisa diam. Kau sahabatku, tentu saja aku berpihak padamu," jawab Lili merasa kasihan pada Keona. Pernikahan mereka masih seumur jagung, tapi harus sudah kandas karena orang ketiga. Tapi dia berjanji seburuk apapun keadaan Keona, apapun yang terjadi menimpa sahabatnya itu dia akan selalu berada di garda terdepan membela dan melindungi Keona. "Terima kasih Lili mungkin aku harus jujur padamu." Keona pun menceritakan tentang p
Besoknya saat Kairos pulang, Keona tidak lagi menyambutnya dengan seantusias sebelumnya. Bayangan Kairos yang jalan bersama Alena di mall masih membekas dalam benaknya. "Aku membawakan oleh-oleh untukmu." "Terima kasih," jawab Keona seadanya. Kairos memandangi istrinya, lagi-lagi wanita itu terlihat tidak bersahabat bahkan bisa dibilang tidak senang dengan kepulangannya tapi Kairos terlalu lelah untuk berdebat jadi dia memilih untuk mengecup puncak kepala Keona dan naik ke atas untuk membersihkan diri. "Bu, hanya sekedar saran sebaiknya kalau suami baru pulang dari luar kota disambut dengan gembira, penuh senyum jangan cemberut. Mungkin bapak sudah lelah, capek pulang bekerja. Nanti kalau ibu terus menyambut bapak dengan wajah cemberut, bisa-bisa bapak bosan dan malas pulang ke rumah. Bibi hanya sekedar mengingatkan karena bibi sudah menganggap Bu Keona seperti anak sendiri. Zaman sekarang ini banyak wanita yang sudi menggantikan tempat istri sah," nasihat Bi Darsih panjang lebar.
Keona terbangun di tengah malam. Mimpinya sangat buruk. Napasnya masih setengah-setengah bangun terbangun dari tidurnya. Rasanya seperti nyata. Keona pun memanjatkan doa agar mimpi buruknya hanyalah sebatas mimpi. Setelah mencuci muka Keona tidak bisa tertidur lagi. Pandangannya terus tertuju pada foto pernikahan mereka yang digantung di dinding. Meskipun tidak ingin mengingat kembali mimpi buruk itu tapi Keona tidak bisa untuk mengabaikan kegelisahan hatinya. Mimpinya sangat buruk. Dia melihat Kairos bermesraan dengan Alena. Awalnya hanya ada Alena dalam mimpinya wanita itu tengah berbincang dengan seorang pria semakin lama ketika memperhatikan dan Alena melihat dirinya keduanya menoleh ke arah Keona. Saat itulah Keona bisa melihat wajah pria yang tengah bicara dengan Alena adalah suaminya. Dalam mimpi itu Alena dan Kairos mentertawakan kebodohannya yang selama ini tidak menyadari hubungan terlarang yang ada di antara mereka. Keona menangis memohon kepada Kairos agar kemba