Share

Bab 2 Terjadi Lagi

last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-12 18:42:36

'Apa dia bukan manusia?' batin Yumna bertanya-tanya. Masih memperhatikan setiap langkah kaki atasannya itu dengan mengernyitkan dahi.

'Mana mungkin ada manusia berjalan seperti itu? Apa dia robot?' batinnya terus bertanya keheranan.

"Kenapa memandangku seperti itu?" Sang atasan mengulas senyum tipis saat tahu Yumna memperhatikannya.

Perempuan dengan wajah masih tampak muda meski usianya sudah kepala empat itu kembali menunduk malu kedapatan memperhatikan sang CEO. Tak berani menjawab lagi, pandangannya lurus pada sepasang flat shoes butut yang dia pakai.

Sepatu yang menjadi salah satu saksi bisu kekejian enam orang pemuda sore itu. Antara ingin membuangnya sejauh mungkin agar kejadian nahas itu terlupakan. Tapi sepatu itu satu-satunya benda yang menjadi kenangan bersama sang ibu. Refleks dia menggeleng dan mengedipkan mata, mengalihkan objek pandang ke arah lain. Kembali fokusnya pada sang pemimpin perusahaan yang sudah mendekatkan bibir cangkir ke mulutnya.

"Hem ... luar biasa! Bagaimana kamu membuat minuman selezat ini?" seru Almeer kembali menyeruput kopinya. Berulang kali mengecap rasa yang tersisa di lidah dan bibirnya.

"Pilih dia, Fen! Atur semua berkas kelengkapan sesuai dengan administrasi di negara ini!" titahnya menoleh pada si asisten.

"Maksudnya, Sir?" tanya Fendy ragu, memperjelas lagi perintah pria yang baru saja menjadi atasannya tersebut.

"Yumna? Right? Ehem!" Pria dengan wajah tampan itu melonggarkan dasi dan berdehem menatap Yumna yang mengangguk takut-takut tanpa mengangkat wajah, membenarkan ucapan Almeer yang menanyakan namanya.

"Tatap saya, Yumna!" tegas pria itu tersenyum lebar dan meletakkan cangkir kopi yang hanya menyisakan setengah isinya.

Yumna terpaksa menatap ragu meski tubuhnya semakin bergetar dan meremas jemari di depan perut.

"Mulai hari ini, kamu bekerja di ruangan ini sebagai pelayan khusus saya! Nanti biar Fendy yang jelaskan! Tugasmu hanya mengatur dan menyediakan apa yang akan kusantap selama di kantor. Masalah gaji ... akan kunaikkan 300 persen! Jika menolak maka ganti rugi sebesar tiga ratus persen juga. Paham?" paparnya dengan penuh penekanan tak mengalihkan pandangan dari wajah ayu karyawan kebersihan itu.

Dua bola mata Yumna seketika membola mendengar permintaan boss barunya yang terdengar konyol.

"Apa ada pekerjaan seperti itu, Pak?" tanya Yumna semakin gemetar dibuatnya.

Pikiran menjadi kacau dengan banyaknya berita yang sedang viral di media. Atasan yang memanfaatkan pegawai lemah demi kepuasannya semata. Perempuan lemah yang tak berpendidikan dan tak mungkin bisa melakukan apapun pada perbuatan sang majikan.

Tapi dia pun membutuhkan gaji itu meski sangat beresiko tinggi. Bayangan buruk yang menghantuinya selama ini kembali terlintas. Dia menelan saliva dan berusaha tetap tenang. Napasnya juga mulai memburu tapi dengan cepat Yumna mengambil napas dalam-dalam.

"Kamu bisa mengajukan tuntutan jika nanti merugikanmu di kemudian hari! Akan ada hitam di atas putih untuk ini! Jika dalam rumah tangga ada Asisten Rumah Tangga maka di kantor ini, khusus di ruangan ini akan ada Asisten Kantor, selain Fendy. Dia yang meng-handle bisnis maka kamu bertanggung jawab atas urusan kebersihan juga urusan kepuasan perut, mengerti?" papar Almeer panjang lebar kembali berdiri dan mendekati Yumna.

"Ba-baik, Pak!" jawab perempuan yang terlihat awet muda itu gugup.

"Ooh ... satu lagi! Jangan panggil saya Pak jika sedang berdua di ruangan ini! Panggil Sir atau Mister lebih terdengar tak setua panggilan Bapak," kekehnya duduk bersandar di tepi meja dan melipat kedua tangan di dada memperhatikan perempuan yang mengangguk itu.

"Ikut dengan Fendy ke ruangannya dan akan dijelaskan oleh Pak Bastian masalah gaji dan perjanjiannya!" titahnya mengibaskan tangan lurus bahu.

"Te-terima kasih, Sir!" balas Yumna masih menunduk dan berjalan mundur hingga dia keluar dari ruangan paling mewah dan luas di kantor itu.

'Gajiku sebulan 3 juta kalo 300 persen artinya ... sembilan juta? Ah bukan ya? Berapa jadinya? Tunggu! Kebersihan dan kepuasan?' gumamnya mulai menimang-nimang tawaran boss-nya, saat perjalanan menuju ruangan HRD.

Fendy yang menghentikan langkahnya di depan ruangan dan mengetuk pintu membuatnya ikut berhenti. Tak lama terdengar suara dari dalam memerintahkan untuk masuk.

"Urus dia sesuai point dalam berkas! Ingat! Jangan melakukan kesalahan sekecil apapun jika tak ingin dipecat!" perintah Fendy pada pria berperut buncit pemilik ruangan itu dengan mengerlingkan mata.

"Baik Pak!" jawab pria itu sambil berdiri dari duduknya sedikit membungkuk, memberi hormat.

Fendy meninggalkan Yumna di ruangan sang Direktur paruh baya itu sendirian setelah menyerahkan beberapa berkas.

"Oke! Jadi kamu?" Sang direktur memindai tubuh Yumna dari atas ke bawah lalu berhenti pada name card di dada perempuan yang masih menunduk itu.

"Apa istimewamu, hem? Benarkah masih perawan di usia sepertiku?" kekehnya berjalan memutari Yumna dengan tatapan yang memuja.

"A-apa mak-sud Bapak?" Gugup petugas kebersihan itu saat mendengar decakan dari sang Direktur. Tubuhnya semakin gemetaran dan memainkan jemari dengan saling meremas.

Pria yang sudah menginjak usia setengah abad itu melepaskan jas hitamnya. Melemparkan asal ke sembarang arah. Melonggarkan dasinya dan berhenti tepat di depan Yumna dengan jarak yang begitu dekat.

Perempuan itu mundur selangkah dan keringat mulai bercucuran meski suhu ruangan itu di-setting rendah.

"Ba-pak mau a-pa?" ucapnya terbata.

"Percobaan sebelum kamu melayani Mister Almeer," jawabnya sedikit berbisik dengan membungkuk sejajar telinga Yumna.

Perempuan itu terus menghindari sentuhan demi sentuhan direktur bernama Bastian itu. Gerakannya terhenti saat tubuh sudah terpojok di sudut ruangan.

Pria itu tak mau berjarak dengan Yumna. Tangannya terus berusaha menyentuh disertai melepaskan satu per satu kan cing di kemeja putihnya. Yumna terus menggeleng dan menghindar hingga tak menyadari tubuh tambun pria tua itu telah polos.

"Jangan Pak, Ja–"

Dua tangan yang sudah mulai keriput itu menyergap bahu Yumna dan dibenturkan ke dinding. Mulutnya disumpal dengan rakus oleh indera pengecap Bastian secara brutal.

"Emph ... emph ...." Air mata Yumna mulai mengalir membasahi wajah.

Tubuh kecil itu meronta mendorong dada sang direktur kuat-kuat. Tapi tak ada tanda pria tua itu menghentikan gerakan kasarnya. Dia ingin meluruh ke lantai dan terus berusaha melepaskan tautan di bibirnya.

Bastian justru mengoyak seragam OG yang melekat di tubuh berguncang hebat itu. Semakin brutal dan memaksa mengangkat sosok mungil itu ke sofa.

Tok ... tok ... tok ...

Semua pergerakan Bastian terhenti saat pintu ruangan diketuk. Dia kalang kabut dan berlari ke kamar mandi dalam ruangan itu sambil memunguti pakaiannya di lantai.

Yumna memeluk tubuhnya dengan berlinang air mata. Isakannya tertahan bahkan tak mampu lagi mengeluarkan suara. Tubuh menggigil ketakutan, tangan meremas kepala dan menjambak penutup kepalanya. Mencabik-cabik lengan dan kerudungnya sendiri dengan kasar.

"Pak Bas–" suara itu terhenti, berganti dengan keterkejutan, "Yumna? Apa yang terjadi?"

Langkah kaki bak robot itu seperti dipercepat menuju arah kamar mandi yang terdengar gemericik air dari dalam.

"KELUAR!" geramnya berteriak di depan pintu kamar mandi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pria yang Menikahiku Ternyata ...   Bab 30 Akhir yang Belum Berakhir

    Suara langkah kaki dan teriakan memecah kesunyian malam. Nevan masih terduduk di lantai gudang, tubuhnya disandarkan pada dinding tua yang dingin. Matanya sedikit terpejam, tapi pikirannya tetap waspada. Sony berdiri di depannya, pisau di tangan, siap menuntaskan dendam lamanya. “Gue udah cukup bersabar,” desis Sony sambil mengarahkan pisau ke leher Nevan. “Sekarang lo bakal bayar semua yang keluarga lo lakuin ke gue.” Nevan membuka matanya perlahan, menatap tajam ke arah Sony meski tubuhnya sudah lemah. “Anda pikir dengan membunuh saya semuanya akan berakhir? Anda salah besar!” Sony tertawa kecil, dingin dan penuh ejekan. “Gue nggak peduli soal menyelesaikan masalah. Gue cuma peduli lo menderita seperti yang gue rasain!” Namun, sebelum Sony sempat melakukan apapun, pintu gudang meledak terbuka dengan keras, membuat mereka berdua terkejut. Asap tipis memenuhi ruangan, diiringi langkah kaki cepat. Suara keras yang familiar menggem

  • Pria yang Menikahiku Ternyata ...   Bab 29 Kebenaran yang Menghancurkan

    Suara langkah kaki Sony semakin jauh, tapi ketegangannya masih terasa seperti tali yang mencekik. Nevan mengatur napas dengan susah payah, wajahnya basah oleh keringat dingin. Oleefia tetap berlutut di sampingnya, dengan tangan gemetar mencoba menekan luka di bahu Nevan menggunakan kain seadanya yang kini mulai berwarna merah pekat. “Lo nggak apa-apa, kan?” tanya Oleefia lirih, suaranya hampir bergetar. Nevan menoleh perlahan, menatapnya dengan sorot mata lelah tapi hangat. “Aku masih hidup, itu udah cukup.” Alden berdiri tidak jauh dari mereka, matanya tajam mengamati koridor tempat Sony baru saja pergi. “Kita nggak bisa santai. Dia pasti nggak akan tinggal diam. Kita harus keluar dari sini.” Oleefia menoleh tajam ke arah Alden. “Lo pikir Nevan bisa lari dalam kondisi kayak gini? Lo nggak lihat lukanya?” Alden mendesah, menekan rasa frustrasinya. “Kalau kita tetap di sini, kita semua bisa mati. Gue nggak mau ambil ris

  • Pria yang Menikahiku Ternyata ...   Bab 28 Jejak Luka dan Kebenaran yang Tersingkap

    Suasana ruang interogasi rumah mewah keluarga Baldwin berubah menjadi medan perang emosi. Pria berwajah bengis itu—Sony duduk di tengah ruangan, kedua tangannya terikat dengan kuat di kursi. Mata liciknya melirik ke sekeliling, mencoba mencari celah untuk menyelamatkan diri. Di seberang meja, Almeer berdiri tegak, rahangnya mengeras, sedangkan Alden sibuk memasang alat perekam suara di meja. Di sudut ruangan, Yumna berdiri dengan wajah pucat. Trauma yang selama ini menghantuinya kini terpapar jelas, membuat tubuhnya sedikit bergetar. Namun, Oleefia berdiri di sampingnya, menggenggam tangannya dengan erat. “Bunda, ada Olee di sini. Bunda nggak sendirian.” Suaranya pelan tapi penuh keyakinan, memberikan kekuatan pada Yumna. Nevan, dengan kaki palsunya, berdiri di dekat pintu. Tatapan matanya tajam, menyimpan kemarahan yang siap meledak kapan saja. “Kali ini dia nggak bakal lolos,” gumamnya pelan, nyaris seperti janji pada dirinya sendiri. “Kenapa

  • Pria yang Menikahiku Ternyata ...   Bab 27 Taruhan Berbahaya

    Oleefia merasakan dinginnya bilah pisau di lehernya. Tubuhnya kaku, napasnya tertahan. Pria bertopeng yang mencengkeramnya menyeringai, penuh kemenangan, sementara Alden dan Nevan berdiri beberapa langkah di depannya, wajah mereka penuh ketegangan. “Lepasin dia!” Alden berbicara dengan nada rendah tapi tegas. Matanya menatap tajam ke arah pria bertopeng itu. Pria itu tertawa kecil. “Oh, kamu pikir bisa memerintahku? Aku punya kendali di sini, bocah!” “Lo nggak tahu apa yang bakal lo hadapi kalau sentuh dia sedikit saja!” ancam Nevan, suaranya dipenuhi kemarahan yang sulit ditahan. Ia melangkah maju, tapi pria itu semakin menekan pisau ke leher Oleefia, membuat gadis itu memejamkan mata. “Jangan bergerak, atau dia akan kehilangan nyawanya!” ancamnya lagi. Alden mengangkat kedua tangannya perlahan, mencoba menenangkan situasi. “Oke, oke. Kita nggak akan bergerak. Tapi lo lepaskan dia dulu. Kita bisa selesaikan ini tanpa ada yang t

  • Pria yang Menikahiku Ternyata ...   Bab 26 Ancaman dari Kegelapan

    Malam di rumah keluarga Baldwin terasa hening, tetapi ada ketegangan yang menggantung di udara. Oleefia berbaring di tempat tidurnya, mencoba mengusir pikiran tentang pesan misterius yang diterimanya. Namun, bayangan ancaman itu terus berputar di kepalanya. Ia bangkit dan berjalan ke balkon lagi, berharap udara malam bisa menenangkan pikirannya. Angin lembut menyapu wajahnya, tetapi ada sesuatu yang aneh. Mata Oleefia menangkap bayangan di sudut halaman. Ia memperhatikan dengan seksama, tetapi tidak ada apa-apa di sana. “Mungkin cuma imajinasi gue,” gumamnya sambil berbalik ke dalam. Namun, sebelum ia melangkah pergi, suara lembut tapi menyeramkan terdengar dari kejauhan. “Jangan terlalu percaya diri, Oleefia.” Oleefia membeku. Suara itu jelas-jelas menyebut namanya. Ia menoleh lagi ke luar, tetapi tidak ada apa pun selain kegelapan. Tangannya gemetar saat ia meraih ponsel di atas meja, mencoba menghubungi Alden.Di ruan

  • Pria yang Menikahiku Ternyata ...   Bab 25 Pengungkapan yang Menggetarkan

    Sisa suara langkah di koridor terdengar semakin jelas. Alden menguatkan dirinya, berdiri dengan tubuh menahan rasa sakit di bagian dada yang masih berdenyut akibat dorongan pria bertopeng sebelumnya. Di sebelahnya, Oleefia memegang erat pipa besi yang mulai dingin di tangannya. “Semua aman!” Suara berat milik seorang pria paruh baya memecah kesunyian. Alden mengenali suara itu dengan baik—ayahnya. Pria bertopeng menoleh ke arah suara, namun sebelum ia sempat melarikan diri, tembakan peringatan melesat ke dinding di sampingnya. “Jatuhkan senjatamu!” perintah Ayah Alden tegas, berdiri gagah dengan pistol teracung. Di belakangnya, beberapa petugas terlihat menyusuri ruangan sempit itu. Pria bertopeng itu mendecak marah. Dengan tatapan penuh kebencian, dia membuang pisaunya ke lantai, mengangkat kedua tangan. “Kalian pikir sudah menang?” ejeknya. “Aku nggak butuh menang darimu,” sahut Ayah Alden dingin. “Kami cuma butuh ke

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status