“Apaan sih?” tanya Jade cuek. Sasha tampak akan menangis. Ia menggenggam tangan Jade. “Terima kasih, Paman.”“Berterima kasihlah dengan cara yang lain,” sahut Jade sambil menarik Sasha ke dalam dekapannya. Grace dan Grayson terbatuk melihat tingkah mereka.“Kapan kalian menikah? Sebaiknya kalian menikah saat jadwalku kosong,” ucap Grayson. Jade menatap Grayson skeptis. “Aku yang nikah tapi kenapa harus menyesuaikan dengan jadwalmu?”“Hey, aku ini orang penting dalam hidupmu yang harus menyaksikan secara langsung dengan mata kepalaku sendiri bahwa Jade akhirnya membuka hati kembali untuk perempuan,” jawab Grayson. “Kalau begitu, kamu nggak usah datang. Ayo Sha, kita menikah saja sekarang!” goda Jade sambil menarik Sasha keluar ruangan. Grayson kemudian berteriak. “Tanpa diundang pun aku akan datang! Ingat itu Jade!”Grace dan Grayson tertawa terbahak-bahak. Sasha tampak malu. Wajahnya memerah. Wajah Jade berubah serius. “Sepertinya untuk sementara waktu, kita tidak bisa tinggal
“Lima tahun lalu, ayah saya koma,” kata Sasha.Sasha mulai menceritakan awal mula ia bertemu dengan Val di rumah sakit lalu. “Kuliah saya juga terancam harus mengulang tahun berikutnya karena saya selalu menjaga ayah saya di rumah sakit. Jika saya mengulang, maka beasiswa yang saya dapatkan akan hangus,” lanjutnya. Grayson dan Grace mendengarkan cerita Sasha dengan seksama. “Lalu tiba-tiba, seorang pria bernama Val Demian datang menghampiri dan menawarkan bantuan untuk biaya pengobatan ayah sampai sembuh asalkan saya mau bertunangan dengannya dan tinggal di rumahnya,” ucap Sasha. Grace menanggapi. “Apa Anda tidak merasa aneh, tiba-tiba ada pria yang ingin bertunangan dengan Anda?”“Saya juga merasa aneh, Bu. Makanya awalnya saya tolak. Tapi kata-katanya sangat meyakinkan. Bahkan dia tahu informasi latar belakangku, dia ingin bakatku menyelamatkan perusahaannya,” papar Sasha. Jade menggenggam tangan Sasha. Sasha menatapnya. Jade menganggukkan kepala menyemangatinya. Sasha melanju
“Baik, Pak,” jawab seluruh staf desain. Selepas Pak Mike pergi, semua kembali bekerja. Bianca Johnson, seorang desainer paling modis, mendekati Eva. “Va, kamu tahu tentang ini semua?”Mata Eva memutar kesal. “Kamu nggak denger ya tadi Pak Mike bilang apa?”Bianca mendengus. “Aku kan nggak bergunjing, hanya ingin mengetahui fakta!”Bianca kembali ke mejanya dengan kesal. Sementara itu, Jade dan Sasha sedang berada di dalam mobil, menunggu Pak Mike. “Kalau mau nangis, boleh kok,” ucap Jade lembut. Sasha memandang langit dari jendelanya. “Air mataku sudah habis, Paman. Bahkan sepertinya aku sudah lupa bagaimana rasanya keluar air mata.”Jade terkekeh. “Lalu siapa yang semalam terisak di belakangku?”Sasha mendelik. “Yang pasti bukan aku!”Jade tertawa. Lalu dia membelai kepala Sasha. “Oke, oke, aku percaya kamu sudah lebih kuat dari sebelumnya. Sekarang kita akan konsultasi dengan pengacaraku. Kamu siap?”Sasha mengangguk. “Aku harus siap!”“Untuk sementara kamu tidak perlu masuk ke
“Iiihh … Itu bukan pertanyaan, Sha. Tapi itu bentuk keterkejutan,” kata Eva. Sasha menyimpan telunjuk di bibirnya menyuruh Eva diam. Eva langsung menutup mulutnya. Lalu mereka berdua tertawa tanpa suara. “Oke, pertanyaan kedua,” ucap Eva pelan setengah berbisik. “Apa kamu beneran The Real_Ç?”Sasha terdiam. Ia masih belum bisa menceritakan ini karena ia tidak mau rencananya dengan Paman Jade gagal. “Aku harus tahu yang sebenarnya, meskipun aku percaya kamu lebih dari siapapun,” lanjut Eva. Sasha menarik napas. “Aku hanya akan menjawab tanpa menjelaskan apapun, ya. Kalau sudah tiba waktunya, aku akan ceritakan semua. Tapi bukan sekarang.”Eva mengangguk-angguk setuju.“Ya, aku The Real_Ç,” ucap Sasha tegas dengan suara pelan. Eva menjentikkan jarinya. “Sudah kuduga! Semenjak pertama kali aku lihat desainmu, aku merasa kamu ini berbakat. Dan ketika kulihat desain The Real_Ç, aku langsung ingat hasil desainmu.”“Oke, pertanyaan ketiga?” tanya Sasha. Eva menggeleng. “Akan kusimpan p
“Tenang ya, aku akan mengatasi ini semua,” ucap Jade menenangkan. Jade segera memapah Sasha duduk di sofa. Ia mengambil minum dan menyodorkannya kepada Sasha. Sasha mengambil gelas dari Jade dan meminumnya sampai habis. “Paman, bagaimana ini?” tanya Sasha panik. Jade mengelus kepala Sasha lembut. “Kamu tenang aja! Sekarang lebih baik kamu istirahat ya!”Sasha mengangguk. Kemudian ia beranjak menuju kamarnya dengan langkah yang gontai. Jade tampak menelepon seseorang. Wajahnya terlihat sangat serius. Sasha merebahkan tubuhnya di kasur. Pikirannya kosong. Ia tak tahu harus apa. Sasha juga tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Layanan kamar untuk makan malam tiba. Jade meminta makanan ditinggalkan beserta trolinya. Staf layanan kamar langsung undur diri. Jade mendorong trolinya menuju kamar Sasha. Ia mengetuk pintu. “Permisi, layanan kamar untuk Nona Blanc sudah tiba.”Tidak ada jawaban dari Sasha. Jade membuka pintu pelan. “Aku buka ya!”Sasha masih terbari
“Kamu mau apa lagi, Val?” tanya Sasha dengan malas. Terdengar suara tawa Val yang angkuh. “Tumben kamu mau angkat telepon!” “Kalau begitu aku matikan sekarang ya,” ucap Sasha tegas. Ia hendak mematikan teleponnya. Namun, terdengar Val menahan Sasha supaya tidak memutus teleponnya. “Oke, oke, langsung saja. Aku hanya ingin kamu menghapus semua unggahan desainmu. Kalau perlu akunnya sekalian saja dideaktivasi.” “Memangnya kenapa?” tanya Sasha. “Apa kamu merasa terganggu dengan foto-foto desain itu?” “Kalau kamu tidak menghapus desain-desain itu, terpaksa aku akan menempuh jalur hukum. Desainmu di Les Bijoux sudah dipatenkan menjadi milik Desainer Ç–” Sasha langsung memotong perkataan Val. Tapi itu semua kan milikku!” Val tertawa sinis. “Bukankah aku sudah memberimu kesempatan untuk menjadi Desainer Ç, pemilik desain-desain ini? Kamu malah lebih memilih dengan Paman Jade dan merangkak lagi dari nol!” “Setidaknya dia memanusiakan manusia!” pekik Sasha. Val kembali tert