Satu pelanggan terlayani dengan puas, membawa dua buah anakan lidah mertua. Vee kembali duduk, menghembuskan napas perlahan kemudian mengeluarkannya kembali secara perlahan pula. Terus berulang sampai dirinya benar-benar tenang. Matanya kembali menutup untuk mencoba kembali masuk ke dalam alam bawah sadar dan bertemu dengan sosok wanita aneh di alam berwarna penuh putihnya.
Lama sekali Vee menutup mata, namun tak kunjung ia menuju apa yang ia inginkan. Tubuhnya masih sadar sekitar, dunia penuh dengan warna putih itu tak kunjung datang. Vee pun bosan dengan sendirinya, menutup mata terlalu rapat membuat otot kelopak matanya lelah. Sejenak ia buka kedua mata, lalu melihat pemandangan sekitar, banyak tanaman di luar toko yang bertujuan agar tanaman-tanaman tersebut mendapatkan sinar matahari, di seberang sana jalanan cukup sepi, hanya beberapa motor berlalu lalang yang sesekali melirik toko berlabel “Batang Pohon Ajaib” itu.
Setelah pikiran Vee kembali tenang, ia mulai memejamkan matanya kembali, berharap bisa sampai di alam bawah sadarnya. Awalnya Vee takut, namun rasa penasaran membuang takutnya itu jauh-jauh.
Vee berhasil, dunia putih itu kembali muncul. Namun gadis cantik itu sudah berada di danau di mana banyak ikan-ikan berenang dan seorang gadis memancing di sana.
“Apa yang kau inginkan?” tanya gadis berpakaian serba hitam yang sedang memancing tanpa basa-basi pada Vee.
“E… aku-”
“Apa kau menginginkan kekuatan yang lebih?” cegat wanita misterius yang Vee duga adalah iblis di dalam dirinya, terlihat jelas dari dua tanduk legam di kepala.
Vee menelan ludah, kemudian mengangguk tanpa suara.
“Kau tau? Kenapa iblis sepertiku membantu kalian manusia?” tanya Iblis itu, matanya masih fokus ke arah danau seakan menunggu umpannya dimakan ikan.
Vee menggeleng tidak tahu. Ia gemetar, tekanan di sekitar iblis tersebut sangat kuat. Ditambah pertanyaan barusan tidak diketahui Vee.
Iblis itu tersenyum. “Tenang saja, aku bukan tipe iblis yang akan membunuh jika kau salah menjawab, jangan pucat begitu.”
Vee menarik napas dalam, ia mencoba tenang di situasi tersebut.
“Chofa adalah makhluk yang berhasil bagi sebagian iblis dan makhluk yang gagal bagi sebagian iblis lainnya. Kami, iblis yang menerima kontrak dengan manusia khususnya keluarga Avalos adalah yang menganggap jika Chofa itu makhluk gagal. Suatu saat Chofa akan memberikan kehancuran tak hanya di dunia manusia, tapi di banyak dunia termasuk dunia iblis. Karena itulah Chofa harus dibasmi. Saat kami sekumpulan iblis menyadari jika harus segera membasmi Chofa, itu sudah terlambat, Chofa sudah berkembang biak dengan cepat hingga saat ini jumlahnya miliaran di dunia manusia. Kami para iblis sebenarnya bisa mengalahkan Chofa seorang diri, namun kamu tidak bisa berada di dunia manusia terlalu lama, itu benar-benar menguras tenaga karena ilmu untuk berpindah dunia akan menghabiskan tenaga kami dengan cepat. Kecuali jika kami memiliki bakat untuk berpindah dunia sesuka kami,” jelas panjang iblis wanita itu. “Karena itulah, kami memilih bersemayam di tubuh manusia dan memberi kekuatan pada manusia tersebut.”
Vee memperhatikan dengan penuh simpati, itu adalah cerita yang belum pernah ia dengar meski dari mulut sang ayah sekali pun.
“Aku akan memberimu kekuatan tanpa syarat apa pun, tapi kekuatanku bukanlah sesuatu yang dapat kau kendalikan dengan mudah,” ucap sang Iblis dengan serius-dari awal juga raut wajahnya memang menunjukkan keseriusan. “Jika mental atau fisikmu tidak kuat, kekuatan itu akan menghancurkan dirimu sendiri.”
“A-apa yang harus aku lakukan?” tanya Vee, masih celagapan.
“Masuklah ke alam ini saat kau membutuhkan kekuatanku-”
“T-tapi, itu tidak mungkin,” celetuk Vee karena mengingat susahnya untuk berkonsentrasi penuh lalu masuk ke alam bawah sadar yang sekarang ia pijak.
“Saat hubunganmu denganku semakin dekat, kau akan semakin mudah untuk memasuki alam ini meski dalam pertarungan sekali pun, jangan khawatirkan itu. Namun, aku hanya akan memberikan padamu sedikit kekuatan untuk menguji batas kemampuanmu di awal-awal.” Kail pancing iblis wanita itu bergoyang, ada ikan yang terpancing dengan umpannya. “Namaku adalah Azary.” Bukan ikan, matanya menyala merah dan besar dari dalam danau, Vee begidik melihatnya lalu mundur beberapa langkah.
Sesuatu keluar dari dalam danau, itu adalah ular yang sangat besar, makhluk tersebut menggeliat tepat di hadapan Vee, membuat sang Gadis refleks melompat mundur. Vee memandang ke arah depan, kemudian berangkat ke atas, detail dari sebuah ular raksasa di hadapannya begitu jelas. Tak sempat Vee memandang wajah si Ular, ia sudah diserang oleh ular tersebut dengan kibasan ekor, Vee refleks menghindar dan ia berhasil.
“Anggap saja ini caraku untuk mengetahui sejauh mana tekad yang kau punya untuk membasmi Chofa.” Iblis yang sekarang Vee kenal dengan nama Azamy itu mengeluarkan sebuah kristal ungu sebesar setengah badan manusia dewasa lalu diletakkannya di jidat ular raksasa. Ular raksasa tersebut ternyata adalah salah satu dari perwujudan kekuatan Azamy. “Hancurkan kristal ini lalu kau akan lolos,” tantang Azamy.
Vee menelan ludah, ia memasang kuda-kuda seakan sedang memegang pedang. Namun nihil, pedang yang ia kira ada di salah satu tangannya itu ternyata kosong. Di dunia ini, Vee tidak membawa pedang sama sekali. Untuk sesaat, Vee kebingungan. Ia tidak pernah bertarung tanpa senjata sebelumnya.
“Aku ingin kau terbiasa bertarung tanpa pedang, tidak selamanya kau akan bersama pedang kesayanganmu itu, suatu saat pasti ada masa di mana kau harus bertarung dengan tangan kosong. Dan satu lagi, kekuatanku akan meningkat saat penggunanya bertangan kosong. Akan aku jelaskan nanti. Untuk saat ini, lakukan apa yang bisa kau lakukan,” jelas Azamy.
Vee bersiaga, ular besar itu bisa menyerang kapan saja, sementara Azamy masih duduk santai di tepi danau-menonton. Serangan ular besar itu dimulai, makhluk tersebut mencoba menggigit dengan mulutnya yang bisa menampung sebuah mobil kecil. Namun Vee dengan sigap menghindar. Vee tidak hanya bertarung tanpa pedang, ia juga bertarung tanpa kekuatan iblis, wanita cantik itu hanya menggunakan kekuatannya sebagai manusia. Berkalu-kali serangan ular besar meluncur, berkali-kali pula Vee menghindar. Ia mencari celah untuk menyerang kristal ungu di dahi sang Ular namun kesempatan itu tak kunjung datang.
Vee sesekali melihat Azamy yang memandang kosong ke arah pertarungan.
“Apa kau akan terus menghindar-” kalimat Azamy terpotong oleh teriakan Vee.
“Sekarang!” Vee melompat tinggi, ia mendapatkan celah untuk menyerang ketika kepala ular tepat berada di hadapan dan sedang dalam posisi rendah. Sebuah pukulan Vee kerahkan tepat menuju kristal ungu di dahi ular raksasa tersebut.
TAK! Memantul, tenaga yang dikeluarkan Gadis Cantik itu belum cukup untuk menghancurkan kristal ungu, tubuhnya kehilangan keseimbangan karena gerakan sang Ular kemudian jatuh, namun masih bisa mendarat dengan kedua kakinya. Wajah Vee masih penuh dengan keyakinan meski ia mulai berpikir jika tidak mungkin untuk menghancurkan kristal tersebut hanya dengan kekuatannya sebagai manusia.
Azamy berdiri dari tempat duduknya, mengarahkan tangan ke arah ular raksasa kemudian ular tersebut lenyap menjadi abu hitam, berterbaran di atas tanah putih yang seperti jelly. “Kristal tersebut memang tidak bisa dihancurkan dengan kekuatan manusia biasa, aku hanya menguji bagaimana ekspresimu saat mengetahui jika suatu kemungkinan itu hilang.” Azamy berjalan mendekat ke arah Vee, sementara sang Gadis Cantik meniadakan siaga kemudian berdiri seperti biasanya. “Bisa menyentuh kristal itu tanpa bantuan kekuatan iblis saja sudah mengagumkan. Kembalilah!” seru Azamy. Vee mengangguk kemudian badannya tiba-tiba saja menghilang dari dunia putih tersebut. *** Feri pulang, disambut Vee yang sudah menduga jika adiknya akan pulang sekolah saat matahari masih di puncak, hari masih siang. “Kakak pasti bingung kenapa aku pulang siang lagi, kan?” tebak iseng sang Adik. Vee membalasnya dengan gelengan. “Kakak tah
Chofa sangat tertarik dengan emosi negatif manusia. Marah, kesal, dendam,putus asa, iri, benci dan masih banyak lagi. Chofa akan mendekati manusia-manusia yang sedang dalam emosi tersebut. Mengajak mereka untuk terjerumus ke suatu tindakan yang menjadi ujung dari sebuah kehidupan, membunuh atau dibunuh. Chofa tidak akan memakan jiwa-jiwa manusia yang memiliki emosi negatif kuat, ia akan merasuki manusia-manusia tersebut dan menjadikannya sebagai tameng untuk bisa bertahan hidup dari kemusnahan dua kali.Saat emosi negatif manusia meninggi, saat itulah Chofa sangat memiliki cela lebar untuk masuk. Setelah seorang manusia dirasuki oleh Chofa, manusia tersebut tidak lagi utuh, kebanyakan dari tindakannya dikuasai Chofa, aura hitamnya pun akan terasa kental, apalagi saat hari semakin malam.Anak perempuan yang dirasuki oleh Chofa dan sedang berhadapan dengan Lava juga Vee itu adalah Fira. Fira memiliki kehidupan yang begitu menyesakkan hati. Ayah dan ibunya sudah pisah sem
Lava menyerang dengan cepat ke arah anak perempuan yang sedang dirasuki Chofa di hadapannya tersebut, sementara Vee masih tidak tega jika harus benar-benar membunuh anak itu untuk mengalahkan Chofa, ia masih memutar otak.Sebuah pukulan dahsyat dilancarkan Lava dengan kepalan berlapis es, namun sebuah benda hitam yang sedari tadi menyelimuti anak perempuan itu menahannya, malah Lava dibuat terpental jauh hingga menabrak pembatas lapangan. Tapi seperti Lava yang biasanya, dia tersenyum karena mendapatkan lawan yang kuat. “Sepertinya, kau lawan yang cocok untukku,” kata Lava sembari kembali berdiri. Kemudian dia kembali menyerang, kali ini semua lengannya dilapisi oleh es, lengan kanannya memiliki es yang runcing setajam pedang. SLASH! Lava berusaha menebas ke arah anak perempuan itu, namun masih digagalkan oleh benda hitam yang selalu melindunginya. Lagi, Lava terpental karena sebuah hantaman dari benda hitam. Lelaki dari keluarga Ice itu belum menyerah, ia kembali
Siang begitu terik, matahari bersinar tanpa ragu, tak ada awan hitam yang mengganggunya. Hal itu membuat kebanyakan manusia beristirahat dari aktivitas harian, atau sekedar menikmati teduh dengan mampir di warung-warung pinggir jalan yang menyediakan minuman dingin.Vee sedang asik mencatat di buku hariannya, buku harian yang berisi penuh petualangan si Gadis Tengkorak itu saat malam. Terutama apa yang terjadi malam ini di mana baru pertama kali ia bertemu dengan Chofa yang merasuki tubuh manusia, meski sebelumnya sudah sering diceritakan oleh sang ayah atau beberapa keluarga lain, tetap saja: Pengalaman melihatnya langsung yang paling berkesan. Vee menulis apa yang dirasakan juga dilihatnya, termasuk kematian anak perempuan, juga kejadian setelah seorang nenek mengetahui cucunya meninggal dengan mengenaskan yang tidak Vee ketahui kelanjutannya karena lekas meninggalkan tempat.Sebenarnya Vee merasa tenang karena adiknya sudah tidak lagi dipulangkan siang ini, itu bera
Vee mulai serius pasca dia tahu jika Chofa yang dia hadapi bukanlah Chofa biasa. Chofa tersebut sudah memakan puluhan jiwa, dan mendapatkan kekuatan yang luar biasa dari jiwa yang ia makan. Vee memulai fokusnya, ia kini bisa menyamai kecepatan serangan dari Chofa tersebut. Meski Vee terpukul mundur, ia selalu mencari celah untuk melawan balik Chofa tersebut. Pertarungan mereka berdua begitu sengit, Vee terus menerus menghindar sementara serangan Chofa begitu cepat meski terus menerus memukul angin karena Vee bisa menyamai gerakannya.SLASH! Vee berhasil melancarkan satu serangan tepat mengenai lengan Chofa itu, membuat lengan tersebut terpotong. Namun Vee melihat sesuatu hal yang belum pernah ia lihat, regenerasi Chofa itu begitu cepat. Dalam tiga detik, lengan besar itu kembali, lalu lekas menyerang Gadis Tengkorak yang masih tercengang dengan kemampuan regenerasi Chofa di hadapannya. Alhasil, Vee terkena serangan itu, tubuhnya lagi-lagi terpelanting dan menabrak sebuah poho
Ras Iblis memang terkenal dengan keserakahannya, namun di balik itu semua, ada ras lain yang membuat suatu desa di Dunia Iblis bisa hancur seketika, ini adalah kisah mengapa Azamy sangat benci dengan senjata saat bertarung.Saat kecil, Azamy tinggal di sebuah desa terpencil di mana seluruh penduduknya sebagian besar bekerja sebagai peternak. Hewan-hewan seperti sapi, kambing, ayam dan banyak ternak lainnya dapat ditemukan di desa tempat tinggal Azamy tersebut. Tidak semua tentang iblis itu selalu perihal kekuatan yang gelap atau semacamnya, di dunia mereka juga terdapat iblis-iblis yang memilih untuk hidup biasa nan damai, tidak ingin terlalu menggunakan kekuatan mereka. Meski di desa itu terlihat damai, namun ada salah satu keluarga yang selalu mempunyai andil besar dalam setiap pertempuran Ras Iblis melawan ras lain. Mereka adalah Keluarga Mi. Mi memiliki kekuatan turun-temurun dari leluhur, yaitu menyatukan diri mereka dengan alam, hal itu membuat alam memihak mereka, mesk
Keluarga Mi sangat dirahasiakan, identitas mereka benar-benar disamarkan, bahkan satu desa yang ditinggali Azamy itu pun tak ada yang tahu jika ada keluarga Ami yang tinggal dengan mereka.Kenapa keluarga Mi itu disembunyikan?Kekuatan mereka dalam menyatu dengan alam itu mengerikan, bisa disalahgunakan pihak yang bertanggung jawab seperti yang sedang menyandera seorang wanita di tengah desa kini. Kemungkinan besar, mereka berniat memanfaatkan kemampuan keluarga Mi itu untuk tujuan yang buruk. Oleh arena itulah, data Keluarga Mi tak bisa diungkap dengan jelas kecuali dikenali oleh anggota keluarga itu sendiri.“Kalau kalian tidak mau mengaku… baiklah, aku akan bertanya hal lain. Apa di sini ada yang merasa keluarga Mi?” tanya iblis lelaki berbadan besar dengan penuh senjata di belakang tubuhnya. Kalimat tersebut sukses membuat seluruh warga desa yang berkumpul saling berpandang satu sama lain, saling curiga.“Di data desa, tidak a
Matahari pagi menyinari desa yang baru saja dibantai itu, terang bagi dunia namun ratusan mayat tergeletak begitu saja di desa tempat Azamy tinggal. Azamy keluar dari pohon yang melindunginya, namun semua sudah tamat, mayat-mayat iblis bergeletakkan dengan kepala terpisah, darah-darah mereka yang kehitaman juga hampir mencemari semua sisi, Azamy begidik ngeri melihat sesuatu yang tidak seharusnya ia lihat pada usia sekecil itu.Ayah.Azamy tiba-tiba mengingat lelaki yang paling dekat dengannya, gadis tersebut mencari ke seluruh penjuru desa, ia tak tahu keberadaan ayahnya. Yang Azamy temukan hanya mayat-mayat iblis bergeletakkan tak teratur, bahkan beberapa di antara kepala-kepala yang terpisah itu adalah wajah yang dapat dikenali sang Gadis sepuluh tahun tersebut, membuatnya kini meneteskan air mata namun tetap mencari sang ayah yang entah di mana.Satu keliling desa sudah gadis iblis tersebut lalui, ia sama sekali tidak di mana ayahnya berada. Dengan