Share

6. Sebuah Perkenalan

Satu pelanggan terlayani dengan puas, membawa dua buah anakan lidah mertua. Vee kembali duduk, menghembuskan napas perlahan kemudian mengeluarkannya kembali secara perlahan pula. Terus berulang sampai dirinya benar-benar tenang. Matanya kembali menutup untuk mencoba kembali masuk ke dalam alam bawah sadar dan bertemu dengan sosok wanita aneh di alam berwarna penuh putihnya.

Lama sekali Vee menutup mata, namun tak kunjung ia menuju apa yang ia inginkan. Tubuhnya masih sadar sekitar, dunia penuh dengan warna putih itu tak kunjung datang. Vee pun bosan dengan sendirinya, menutup mata terlalu rapat membuat otot kelopak matanya lelah. Sejenak ia buka kedua mata, lalu melihat pemandangan sekitar, banyak tanaman di luar toko yang bertujuan agar tanaman-tanaman tersebut mendapatkan sinar matahari, di seberang sana jalanan cukup sepi, hanya beberapa motor berlalu lalang yang sesekali melirik toko berlabel “Batang Pohon Ajaib” itu.

Setelah pikiran Vee kembali tenang, ia mulai memejamkan matanya kembali, berharap bisa sampai di alam bawah sadarnya. Awalnya Vee takut, namun rasa penasaran membuang takutnya itu jauh-jauh.

Vee berhasil, dunia putih itu kembali muncul. Namun gadis cantik itu sudah berada di danau di mana banyak ikan-ikan berenang dan seorang gadis memancing di sana.

“Apa yang kau inginkan?” tanya gadis berpakaian serba hitam yang sedang memancing tanpa basa-basi pada Vee.

“E… aku-”

“Apa kau menginginkan kekuatan yang lebih?” cegat wanita misterius yang Vee duga adalah iblis di dalam dirinya, terlihat jelas dari dua tanduk legam di kepala.

Vee menelan ludah, kemudian mengangguk tanpa suara.

“Kau tau? Kenapa iblis sepertiku membantu kalian manusia?” tanya Iblis itu, matanya masih fokus ke arah danau seakan menunggu umpannya dimakan ikan.

Vee menggeleng tidak tahu. Ia gemetar, tekanan di sekitar iblis tersebut sangat kuat. Ditambah pertanyaan barusan tidak diketahui Vee.

Iblis itu tersenyum. “Tenang saja, aku bukan tipe iblis yang akan membunuh jika kau salah menjawab, jangan pucat begitu.”

Vee menarik napas dalam, ia mencoba tenang di situasi tersebut.

“Chofa adalah makhluk yang berhasil bagi sebagian iblis dan makhluk yang gagal bagi sebagian iblis lainnya. Kami, iblis yang menerima kontrak dengan manusia khususnya keluarga Avalos adalah yang menganggap jika Chofa itu makhluk gagal. Suatu saat Chofa akan memberikan kehancuran tak hanya di dunia manusia, tapi di banyak dunia termasuk dunia iblis. Karena itulah Chofa harus dibasmi. Saat kami sekumpulan iblis menyadari jika harus segera membasmi Chofa, itu sudah terlambat, Chofa sudah berkembang biak dengan cepat hingga saat ini jumlahnya miliaran di dunia manusia. Kami para iblis sebenarnya bisa mengalahkan Chofa seorang diri, namun kamu tidak bisa berada di dunia manusia terlalu lama, itu benar-benar menguras tenaga karena ilmu untuk berpindah dunia akan menghabiskan tenaga kami dengan cepat. Kecuali jika kami memiliki bakat untuk berpindah dunia sesuka kami,” jelas panjang iblis wanita itu. “Karena itulah, kami memilih bersemayam di tubuh manusia dan memberi kekuatan pada manusia tersebut.”

Vee memperhatikan dengan penuh simpati, itu adalah cerita yang belum pernah ia dengar meski dari mulut sang ayah sekali pun.

“Aku akan memberimu kekuatan tanpa syarat apa pun, tapi kekuatanku bukanlah sesuatu yang dapat kau kendalikan dengan mudah,” ucap sang Iblis dengan serius-dari awal juga raut wajahnya memang menunjukkan keseriusan. “Jika mental atau fisikmu tidak kuat, kekuatan itu akan menghancurkan dirimu sendiri.”

“A-apa yang harus aku lakukan?” tanya Vee, masih celagapan.

“Masuklah ke alam ini saat kau membutuhkan kekuatanku-”

“T-tapi, itu tidak mungkin,” celetuk Vee karena mengingat susahnya untuk berkonsentrasi penuh lalu masuk ke alam bawah sadar yang sekarang ia pijak.

“Saat hubunganmu denganku semakin dekat, kau akan semakin mudah untuk memasuki alam ini meski dalam pertarungan sekali pun, jangan khawatirkan itu. Namun, aku hanya akan memberikan padamu sedikit kekuatan untuk menguji batas kemampuanmu di awal-awal.” Kail pancing iblis wanita itu bergoyang, ada ikan yang terpancing dengan umpannya. “Namaku adalah Azary.” Bukan ikan, matanya menyala merah dan besar dari dalam danau, Vee begidik melihatnya lalu mundur beberapa langkah.

Sesuatu keluar dari dalam danau, itu adalah ular yang sangat besar, makhluk tersebut menggeliat tepat di hadapan Vee, membuat sang Gadis refleks melompat mundur. Vee memandang ke arah depan, kemudian berangkat ke atas, detail dari sebuah ular raksasa di hadapannya begitu jelas. Tak sempat Vee memandang wajah si Ular, ia sudah diserang oleh ular tersebut dengan kibasan ekor, Vee refleks menghindar dan ia berhasil.

“Anggap saja ini caraku untuk mengetahui sejauh mana tekad yang kau punya untuk membasmi Chofa.” Iblis yang sekarang Vee kenal dengan nama Azamy itu mengeluarkan sebuah kristal ungu sebesar setengah badan manusia dewasa lalu diletakkannya di jidat ular raksasa. Ular raksasa tersebut ternyata adalah salah satu dari perwujudan kekuatan Azamy. “Hancurkan kristal ini lalu kau akan lolos,” tantang Azamy.

Vee menelan ludah, ia memasang kuda-kuda seakan sedang memegang pedang. Namun nihil, pedang yang ia kira ada di salah satu tangannya itu ternyata kosong. Di dunia ini, Vee tidak membawa pedang sama sekali. Untuk sesaat, Vee kebingungan. Ia tidak pernah bertarung tanpa senjata sebelumnya.

“Aku ingin kau terbiasa bertarung tanpa pedang, tidak selamanya kau akan bersama pedang kesayanganmu itu, suatu saat pasti ada masa di mana kau harus bertarung dengan tangan kosong. Dan satu lagi, kekuatanku akan meningkat saat penggunanya bertangan kosong. Akan aku jelaskan nanti. Untuk saat ini, lakukan apa yang bisa kau lakukan,” jelas Azamy.

Vee bersiaga, ular besar itu bisa menyerang kapan saja, sementara Azamy masih duduk santai di tepi danau-menonton. Serangan ular besar itu dimulai, makhluk tersebut mencoba menggigit dengan mulutnya yang bisa menampung sebuah mobil kecil. Namun Vee dengan sigap menghindar. Vee tidak hanya bertarung tanpa pedang, ia juga bertarung tanpa kekuatan iblis, wanita cantik itu hanya menggunakan kekuatannya sebagai manusia. Berkalu-kali serangan ular besar meluncur, berkali-kali pula Vee menghindar. Ia mencari celah untuk menyerang kristal ungu di dahi sang Ular namun kesempatan itu tak kunjung datang.

Vee sesekali melihat Azamy yang memandang kosong ke arah pertarungan.

“Apa kau akan terus menghindar-” kalimat Azamy terpotong oleh teriakan Vee.

“Sekarang!” Vee melompat tinggi, ia mendapatkan celah untuk menyerang ketika kepala ular tepat berada di hadapan dan sedang dalam posisi rendah. Sebuah pukulan Vee kerahkan tepat menuju kristal ungu di dahi ular raksasa tersebut.

TAK! Memantul, tenaga yang dikeluarkan Gadis Cantik itu belum cukup untuk menghancurkan kristal ungu, tubuhnya kehilangan keseimbangan karena gerakan sang Ular kemudian jatuh, namun masih bisa mendarat dengan kedua kakinya. Wajah Vee masih penuh dengan keyakinan meski ia mulai berpikir jika tidak mungkin untuk menghancurkan kristal tersebut hanya dengan kekuatannya sebagai manusia.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status