"Bangsat!" teriak Fatih, tangannya mengepal hendak memukul Gio. Namun, belum sempat tangan itu mendarat, terdengar suara memanggil namanya dari arah belakang."Cukup, Fatih! Berhenti membuat keributan di kantor saya!" teriak Pak Brata berkacak pinggang penuh amarah.Seketika Fatih terdiam, ia pun segera menoleh ke arah sumber suara. "Pak Brata?" ucap Fatih terkejut."Kamu ini keterlaluan, Fatih. Kamu mau jadi preman di kantor saya, hah? Kamu lihat ini!" teriak Pak Brata menunjuk barang-barang yang berserakan di lantai."Kamu tau kan' ini adalah properti milik perusahaan? Kenapa kamu rusak semuanya? Jika kamu ingin jadi jagoan' jangan di kantor saya! Ini tempat untuk bekerja, bukan tempat untuk ajang adu kekuatan!" cetus Pak Brata murka."Ma-maaf, Pak' saya bisa jelaskan semuanya, ini bukan salah saya Pak, ini semua karena Gio yang memulai. Dia yang pertama meludahi wajah saya,""Cukup Fatih! Saya tidak ingin mendengar pembelaanmu! Saya sudah tau semuanya. Petugas keamanan sudah mence
Waktu sudah menunjukan pukul lima, para karyawan bersiap untuk pulang. Fatih berjalan menuju mobilnya yang terparkir di basement.Sepanjang perjalanan hanya kekesalan yang ada di hati pria itu. Ia tidak bisa membayangkan jika karirnya akan hancur dalam waktu secepat ini.Mobil masuk ke pekarangan rumah setelah tiga puluh menit melewati kemacetan Ibu kota. "Fatih, akhirnya kamu datang juga," ucap Bu Ratna antusias saat Fatih masuk ke dalam rumah."Coba kamu lihat ini!" Bu Ratna menunjukan ponsel yang baru ia beli. "Bagus' kan?" ucapnya lagi tersenyum senang. Fatih menoleh, ia begitu terkejut melihat ponsel yang harganya diatas sepuluh juta itu."Ibu! Ibu beli iphone?" ujar Fatih mengambil ponsel di tangan ibunya."Iya, memangnya kenapa sih' Fatih? Kenapa kamu kaget seperti itu?" tanya Bu Ratna heran, tangannya kembali merebut ponsel itu dari tangan Fatih."Astaga Ibu, itu kan hape mahal, Bu! Kenapa ibu nggak beli hape yang biasa aja? Ibu kan bisa beli hape android, kenapa harus beli i
"Assalamualaikum," ucap Wulan saat masuk ke dalam rumahnya."Waalaikumsalam," jawab Fatih lesu."Mas Fatih sudah pulang?" tanya Wulan menghampiri suaminya yang nampak lesu. Ia pun duduk di samping Fatih."Sudah, baru saja tiba. Bagaimana kondisi si Mbok?" tanya Fatih. Belum sempat Wulan menjawab, tiba-tiba Bu Ratna datang menghampiri mereka."Akhirnya kamu pulang juga Wulan! Saya pikir kamu sudah lupa dengan jalan pulang ke rumah ini," cetus Bu Ratna berkacak pinggang."Ko Ibu ngomongnya gitu? Wulan' kan tidak pergi kemana-mana, Wulan hanya nungguin si Mbok di rumah sakit," "Alah, alasan saja kamu itu! Bilang saja kamu keluyuran dengan teman-temanmu di luaran sana!" ucap Bu Ratna dengan nada tinggi. "Sudahlah, Bu. Wulan baru datang sudah di ajak ribut, ibu nggak usah marah-marah' pusing Fatih dengernya. Setiap bertemu selalu saja bertengkar," sahut Fatih kesal."Wajar dong ibu marah, istrimu itu sudah keterlaluan. Suami nggak di urus, rumah nggak di urus, dia malah enak-enakan keluy
"Kurang ajar si Wulan, berani-beraninya dia berbicara seperti itu dihadapan Fatih, awas kamu Wulan. Saya akan buat perhitungan sama kamu," batin Bu Ratna kesal. "Ini semua gara-gara si nenek peot itu, kenapa dia tidak mati saja sekalian, gara-gara dia rencanaku hampir saja gagal! Benar-benar menyusahkan," Lagi Bu Ratna bergumam."Ibu masak apa? Fatih lapar!" ucap Fatih saat semuanya terdiam."Ibu! Ibu kenapa bengong? Fatih bicara sama ibu," "A-apa Fatih? Kamu ngomong apa barusan, ibu nggak denger," sahut Bu Ratna terbangun dari khayalannya."Ibu masak apa hari ini? Fatih lapar," ucap Fatih mengulang pertanyaannya."Ibu nggak masak, kamu kan tau' ibu habis belanja. Mana sempat ibu masak," "Jadi nggak ada makanan di rumah ini?" tanya Fatih memastikan."Ya nggak ada lah, aneh-aneh saja kamu ini. Minta makan ko sama ibu, tuh minta sama istrimu, dia kan yang seharusnya melayani kamu, bukan ibu. Memangnya kamu pikir ibu ini pembantu kamu apa?" sahut Bu Ratna dengan nada ketus. Tangannya
Adzan magrib berkumandang, Wulan bergegas untuk mandi dan berwudhu. "Malam ini kamu tidur di rumah sakit lagi?" tanya Fatih saat istrinya itu selesai menjalankan sholat magrib."Iya, Mas. Kasian si Mbok kalau tidak ada yang menemani," jawab Wulan yang tengah melipat mukenanya."Biar Mas temenin, malam ini Mas juga ikut kamu ke rumah sakit, kita jagain si Mbok bersama," ucap Fatih dan langsung ditolak oleh Wulan."Ja-jangan, Mas. Ti-tidak usah, kamu tidur di rumah saja. Aku bisa ke rumah sakit sendiri,""Lho, kenapa? Bukannya lebih baik kita ke rumah sakit bersama, biar kamu tidak sendirian jagain si Mbok,""Jangan Mas, kamu kan besok pagi harus ke kantor, kalau kamu nginep di rumah sakit nanti kamu bisa telat masuk kantor. Lagi pula–peraturan di rumah sakit' kan, hanya mengijinkan satu orang saja yang boleh menemani pasien, apalagi si Mbok juga masih belum sadar, pasti dokter tidak akan mengijinkan kamu untuk nginep. Biar aku sendiri saja yang nemenin si Mbok," jelas Wulan menolak ta
"Apa-apaan ini?" ucap Fatih menatap pesan gambar di layar ponselnya. Tak lama kemudian ponselnya berdering, sebuah panggilan dari Eva. Tanpa membuang waktu' Fatih pun langsung mengusap tombol hijau di layar."Halo Eva! Apa kamu sudah gila? Apa yang kamu lakukan? Cepat harus foto-foto itu!" ucap Fatih dengan nada panik. Bagaimana tidak, gadis itu mengirim foto dirinya yang tengah bercinta dengan Eva di atas ranjang.Eva hanya tersenyum mendengar celotehan lawan bicaranya. Gadis itu merasa puas mendengar kepanikan yang dirasakan Fatih saat ini. "Itu belum seberapa, Mas. Masih banyak yang jauh lebih menarik, apa perlu' aku kirim videonya sekalian?" sahut Eva membuat Fatih semakin murka."Ma-maksud kamu apa, Eva? Jangan macam-macam! Aku tidak akan memaafkanmu jika kau sampai melakukan hal bodoh!" ancam Fatih."Ck ck! Kamu mengancamku, Mas? Kamu pikir aku takut? Ck! Kamu tau siapa aku' kan, Mas? Eva Prisqila Amora tidak takut apapun!" Tegas Eva dengan angkuhnya."Sebenarnya apa mau kamu,
"Ibu?" ucap Fatih. Tangannya segera melepaskan cengkraman gadis liar itu."Kamu kesini ko ga bilang-bilang, Va? Kapan kamu datang? Ibu kangen banget sama kamu," ucap Bu Ratna kegirangan melihat calon mantu impiannya itu datang.Eva bangkit dari sofa, gadis itu segera merapikan bajunya dan bergegas menghampiri Bu Ratna."Eva baru saja tiba, Eva juga kangen banget sama Ibu. Ibu kemana aja sih? Kenapa nomornya tidak pernah aktif?" tanya Eva setelah memeluk wanita bertubuh tambun itu. "Hape ibu ilang, Va""Lho, ko' bisa hilang?""Duh, ceritanya panjang banget. Nanti ibu ceritakan semuanya sama kamu, malam ini kamu nginep disini' kan?" tanya Bu Ratna dan langsung di iyakan oleh gadis liar itu."Tidak bisa, Bu! Eva tidak boleh tidur dirumah ini!" tolak Fatih saat itu juga."Lho kenapa? Eva kan calon istri kamu, Fatih! Masa dia tidak boleh tidur di rumah ini?" sahut Bu Ratna."Calon istri' Ibu bilang? Nggak usah aneh-aneh Bu. Lagian–siapa juga yang mau nikah sama dia, Fatih sudah punya istr
"Eva?!" teriak Fatih bangkit dari tidurnya. "Apa kamu sudah gila? Ngapain kamu disini? Cepat keluar dari kamarku!" bentak Fatih. Pria itu menarik tangan Eva yang masih terlentang di ranjangnya."Aw, sakit. Lepaskan tanganku!" Kata Eva seketika saat dirinya dipaksa turun dari ranjang."Cepat pakai bajumu, dan keluar dari kamarku! Kalau tidak, aku akan menyeretmu keluar dengan paksa!" gertak Fatih murka. Ia berjalan menuju pintu, berulang kali tangannya mencoba menarik daun pintu. Namun, pintu kamarnya sama sekali tidak bisa di buka. "Kurang ajar!" umpat Fatih."Mana kuncinya, Eva? Kamu taruh dimana kunci kamarku? Cepat berikan kuncinya!"Eva tersenyum, gadis itu sama sekali tidak takut dengan ancaman Fatih. Ia bersandar di bibir ranjang dengan santainya."Eva! Apa kamu tuli? Mana kuncinya, cepat berikan dan keluar dari kamar ini!" Fatih terlihat kalang kabut mencari kunci kamarnya. Ia mencari di semua tempat. Namun, kunci itu tidak juga ia temukan."Kenapa kamu tidak tidur saja dan m