"Tidak biasanya Mas Fatih menyimpan obat di dalam mobilnya, lagi pula Mas Fatih tidak punya riwayat penyakit yang mengharuskannya minum obat tiap hari, lantas--obat apa ini?" hatinya dipenuhi banyak pertanyaan dan rasa penasaran."Aku harus mencari tau, obat apa ini. Dan kenapa obat ini ada disini," ucap Wulan bergegas memasukan obat itu ke dalam tasnya."Sayang, ko lama banget. Kamu baik-baik aja' kan?" ucap Fatih menghampiri Wulan yang hendak keluar dari mobil."Barusan ponselku jatuh ke kolong kursi, jadi aku harus cari dulu,""Oalah, mas kira kamu ketiduran di dalam mobil," ucapnya merangkul pundak istrinya. Mereka berdua pun masuk ke dalam rumah.***Selesai mandi dan mengganti baju, Fatih pun bersiap untuk kembali ke rumah sakit. Sudah dua kali ibunya menelpon dan menyuruhnya untuk segera berangkat. Lagi pula tidak mungkin ia membiarkan ibunya menginap di rumah sakit seorang diri. "Lho, Mas, kamu gak makan malam dulu?" "Nggak kayaknya, Mas harus segera ke rumah sakit. Ibu nelp
"Iya Bu Wulan, obat ini biasanya digunakan untuk menggugurkan kandungan," Wulan menggeleng tak percaya, untuk apa Fatih menyimpan obat itu di dalam mobilnya? "Dokter yakin ini obat penghancur janin?" tanya Wulan memastikan. Ia berharap dokter Riska salah kasih informasi. "Iya, Bu. Saya sangat yakin, ini memang obat untuk menggugurkan kandungan. Obat ini sering digunakan oleh orang untuk melakukan aborsi ilegal, kandungan di dalam obat ini sangat keras dan berbahaya untuk janin" jelas dokter Riska membuat Wulan menggeleng tak percaya. Ia benar-benar tidak menyangka akan menemukan obat ini di dalam mobil suaminya sendiri. "A-apa jangan-jangan … obat ini memang sengaja dipakai untuk menggugurkan kandungan saya, dok?" ucap Wulan bertanya dengan bibir bergetar. Wajahnya tampak bingung dan tak percaya dengan semua ini."Emm … Bisa jadi, Bu. Mengingat kejadian yang menimpa Bu Wulan sangat mendadak, padahal sebelum keguguran itu kita sudah periksa dan pastikan jika kandungan Bu Wulan sehat
"Kenapa ada benda seperti ini di dalam koper Mas Fatih?" batin Wulan cemas.'Milik siapa lingerie ini? Seandainya ini hadiah untukku tapi kenapa lingerie ini seperti bekas dipakai oleh seseorang. Tercium aroma parfum perempuan pada lingerie ini, dan kondom ini, untuk apa Mas Fatih bawa kondom saat ia tugas ke luar kota? Bukannya selama kita menikah ia tidak pernah memakai benda ini sekalipun? Lantas kenapa ia membawa benda sakral ini?' pikiran Wulan berkecamuk. Ia yakin ada sesuatu yang disembunyikan Fatih darinya. Sepertinya karena benda-benda ini Mas Fatih melarangku untuk membuka kopernya? Dia sengaja menyembunyikan semua ini dariku. Baiklah Mas, jika ini yang kamu mau, aku pastikan kau akan menyesal selamanya. Gegas Wulan membawa baju-baju kotor milik Fatih ke bawah, lalu mengembalikan paperbag pink itu ke tempat semula. Malam sudah semakin larut, ia harus segera tidur.***Pagi hari Wulan segera memasukan baju-baju kotor milik Fatih ke dalam mesin cuci, setelah itu ia bergegas
"Sialan! Kenapa Wulan lancang sekali membuka koper ku? Padahal sudah aku peringatkan jangan pernah sentuh koper itu. Argh Sial! Untung saja paper bag itu masih ada, semoga saja Wulan tidak mengecek isi di dalamnya," ucap Fatih memukul stir mobilnya. Pria itu menambah laju kecepatan, ia bahkan tidak memperdulikan lampu merah di depannya, berulang kali Fatih menerobos lampu lalu lintas itu.*"Fatih, kamu dimana?" ucap Bu Ratna di seberang telpon saat Fatih hendak memejamkan matanya."Aku masih di rumah ibu, baru saja aku mau tidur, ibu sudah menelpon," "Kamu tidur di rumah ibu?""Iya, aku malas tidur di rumah. Tingkah Wulan membuatku kesal,""Tuh kan' apa ibu bilang, istrimu itu memang kurang ajar, dia sudah banyak berubah akhir-akhir ini. Lebih baik segera kamu ceraikan dia, terus menikah dengan Eva!""Sudah berapa kali Fatih bilang, Fatih tidak mau menceraikan Wulan, bu! Bagaimanapun juga dulu Wulan sudah banyak membantu Fatih, dia tidak punya siapa-siapa, mana mungkin Fatih tega me
Wulan melengos meninggalkan Bu Ratna yang masih mematung, wanita paruh baya itu terlihat cemas. Ia takut kebusukannya selama ini akan terbongkar."Gawat, jika si Mbok melaporkan semuanya pada si Wulan, itu artinya Wulan sudah tau rencana jahatku padanya. Ini tidak bisa dibiarkan, sebelum si Wulan mengadu pada Fatih, aku harus terlebih dulu mengusir wanita karatan itu dari rumah ini!" batin Bu Ratna geram. "Bu! Kenapa masih berdiri disini? Ayo masuk!" ucap Fatih membangunkan lamunan Bu Ratna. "Gimana Ibu mau masuk, dari tadi istrimu itu tidak mempersilahkan ibu untuk masuk. Kamu lihat sendiri kan, dia nyelonong gitu saja meninggalkan ibu. Bukannya mengantar ibu ke kamar, malah pergi gitu aja!"Fatih membuang nafas kasar mendengar aduan ibunya. Ia yang memang tengah kesal kepada Wulan pun akhirnya berteriak memanggil istrinya."Wulan! Wulan! Cepat kemari!" "Ada apa sih, Mas? Ko teriak-teriak?" jawab Wulan bergegas menghampiri suaminya."Kamu dari mana aja? Kenapa kamu tidak mengajak i
Foto yang memperlihatkan Fatih tengah bercumbu dengan seorang wanita yang berpakaian sexy dengan belahan dada terbuka lebar. Seketika mata Wulan memanas, butiran bening lolos begitu saja dari pelupuk matanya. Saat ini hatinya begitu terluka, ia benar-benar tidak menyangka jika suami yang sangat ia sayangi bermain api di belakangnya. Wulan kembali menatap layar benda pipih di tangannya. Kali ini ia melihat sebuah foto yang memperlihatkan Fatih sedang menyerahkan sebuah paper bag kepada gadis itu. Wulan memperbesar gambarnya lalu berkata. "Tidak salah lagi, itu adalah paper bag berisi lingerie yang aku temukan di dalam koper Mas Fatih. Jadi wanita itu pemiliknya? Siapa sebenarnya wanita itu? Aku harus mencari tau siapa dia! Aku tidak akan tinggal diam, Mas. Selama ini kau selalu bilang, hanya aku wanita yang kau sayangi. Tapi nyatanya, kau berselingkuh dengan perempuan lain diluar sana, kita lihat saja' Mas, aku pastikan kau akan menyesal," ucap Wulan menyeka air matanya kemudian seg
"Ya allah, si Mbok kenapa, Buk? Apa yang telah terjadi dengan si Mbok? Kenapa si Mbok seperti ini?" ucap Wulan panik. Ia memberondong pertanyaan pada Ibu mertuanya. Tangannya segera merangkul kepala si Mbok yang tergeletak di lantai yang licin penuh dengan pecahan mangkuk berisi sayur dan lauk berhamburan di lantai."Pembantumu itu ceroboh, Wulan. Dia terjatuh saat akan membawa makanan ke meja makan," sahut Bu Ratna dengan entengnya. "Apa, terjatuh? Ko bisa?" tanya Wulan heran, ia menatap wajah Ibu mertuanya yang masih berdiri tanpa menolong."Ya jelas bisa lah, ini semua karena dia itu tidak becus kerja. Dia itu ceroboh, sudah berapa kali saya bilang, jangan mempekerjakan orang tua seperti dia. Kamu lihat sendiri' kan, semuanya jadi berantakan seperti ini? Dia itu hanya bisa menyusahkan saja!" Cerocos Bu Ratna tanpa ada rasa simpati sedikitpun.Tanpa mendengarkan celotehan Ibu mertuanya, Wulan segera beranjak dan berlari keluar meminta pertolongan para tetangga, beruntung mereka sig
Sore berganti malam, Wulan masih berada di rumah sakit menemani si Mbok. Berulang kali ia mengecek ponselnya, berharap suaminya segera menghubunginya. Tapi sepertinya itu tidak akan terjadi. Karena pesan yang ia kirim saja hanya dibaca, Fatih sama sekali tidak membalasnya. "Cepat sekali kamu berubah, Mas. Apa sebenarnya yang telah diberikan wanita itu padamu? Padahal–dulu kamu tidak pernah mengabaikan pesan dariku, tapi sekarang–ck, jangankan untuk membalas pesanku, untuk menerima panggilanku saja kau tidak mau," lirih Wulan dalam hati. "Non Wulan mau kemana?" tanya si Mbok saat Wulan beranjak dari duduknya."Wulan mau pulang sebentar, mau mandi dan bawa baju ganti untuk si Mbok. Nanti Wulan balik lagi kesini," "Tapi Non–dirumah tidak aman. Nyonya besar dan Non Sarah bisa saja mencelakai Non Wulan, sebaiknya Non Wulan jangan pulang sekarang, si Mbok khawatir Non," ucap Mbok Romlah cemas."Si Mbok tenang aja, Wulan akan baik-baik saja, Mbok tidak usah khawatir. Itu rumah Mas Fatih,