Home / Historical / Purba Mahkota / Chapter 3 - Mengikat Jari Dengan Cincin

Share

Chapter 3 - Mengikat Jari Dengan Cincin

Author: Aerina No 7
last update Huling Na-update: 2022-09-16 17:32:39

“Senang bertemu dengan Anda ….”

Terpaku.

Menatap sepenuhnya seorang bocah laki-laki berambut pirang bagaikan emas yang ditumpahi madu. Juga mata merah menggoda selayaknya warna pada isi dari buah delima, yang saat ini tengah mengecup punggung tangannya tuk memberikan salam kehormatan, … Purbararang yang telah menginjak usia delapan tahun sekarang, mengatupkan bibirnya rapat-rapat dengan pipi yang bersemu merah.

“… Nyai Putri Purbararang.”

Hari ini, dengan ditemani oleh ayahnya, Raja Prabu Tapa Agung, … Purbararang dipertemukan dengan keluarga Duke of Jaya.

Dengan maksud dan tujuan sebetulnya ialah ….

“Saya, Indra Jaya, merasa terhormat atas pertemuan kita yang begitu berharga ini.”

… Mengikat pertunangan dengan putra tunggalnya sang Duke Jaya, Indra.

“Ah, sebelum itu pula. Dari lubuk hati Saya yang paling dalam, … Saya ingin memohonkan maaf yang sebesar-besarnya, karena telah membuat waktu Anda yang sangat penting menjadi terbuang sia-sia.”

Dia, si bocah laki-laki yang Purbararang lihat seperti boneka tanpa ekspresi, memiliki jarak rentangan usia yang hanya terpaut dua tahun lebih tua darinya.

Tetapi, entah kenapa, si putri sulung kerajaan Pasir Batang itu justru merasa kalau perilakunya Indra Jaya jauh lebih dewasa dari tingkah laku anak-anak seusianya.

“Y-ya ampun, itu bukan masalah.”

Menarik lengannya dari genggaman tangan Indra Jaya secara canggung, Purbararang cepat-cepat melabuhkan masing-masing kedua telapak tangannya di samping badan.

Tak berapa lama, ia tampak menarik sedikit kain gaun tuk di angkat, menyeret satu kakinya supaya berada di belakang kaki yang lain dan menekuknya sedikit, … dan terakhir, … ia membungkukkan badannya lumayan rendah dengan mata yang terpejam, dalam memberikan salam kehormatan kembali dengan langkah yang begitu anggun.

“Suatu kehormatan untuk Saya, dapat menghabiskan waktu luang ini bersama-sama dengan Anda, Duke kecil.”

"…."

Melihat keanggunan yang Purbararang pancarkan dari perlakuan sopannya yang menurut umum adalah hal yang biasa lagi lumrah, … Indra Jaya yang tadinya hanya memasang ekspresi kaku, monoton, lagi membosankan sehingga membuatnya tampak seperti marionette, … tak pernah menyadari, kalau dirinya ini sedang merasa terperangah.

Di samping helai rambut pirang keemasannya yang disisir secara rapi ke belakang, tampaklah cuping telinganya yang memerah dengan sangat, … seperti akan segera meledak!

Kendati demikian, tetap saja … raut wajah yang ia pasang saat ini, hanya ekspresi muka lempeng selurus dan sedingin tembok es.

Ah, omong-omong, kembali ke topik tentang tujuan bertemunya dua keluarga terpandang ini, yang mengaitkan acara penyatuan hubungan, … baik itu Purbararang maupun Indra Jaya sendiri, mereka tidak merasa keberatan untuk tak menolak pertunangan yang direncanakan.

Ini adalah suatu momen yang kerap kali ditemui di setiap hidup seorang aristokrat.

Memulai keluarga baru dari hasil pernikahan politik? Itu jauh lebih sering terdengar dibandingkan menikah atas dasar cinta.

Duduk dan menempatkan diri mereka, yang kini tengah berada di meja terpisah dengan orang tua juga orang-orang penting lain yang terlibat dalam merencanakan prosesi pertunangan, … Purbararang menatap lamat-lamat Indra Jaya di seberang.

Melihat tentang cara anak laki-laki itu meminum teh dengan tanpa kesusahan akan menimbulkan kesalahan.

Caranya memotongkan kue tart manis yang dipenuhi oleh krim susu dan potongan buah-buahan, lalu mengasongkan itu kepadanya.

Juga caranya memperhatikan dirinya dengan saksama, tatkala ia terus-menerus berbicara untuk bertanya atau pula mengatakan hal-hal yang abstrak dalam memecah keheningan suasana, … telah membuat Purbararang merasa sedikit lega.

Yah, putri muda itu merasa lega, karena mendapati bahwa si orang yang akan menjalin hubungan jangka panjang dengannya ini, … tidaklah seburuk yang ia sangka.

~•••~

“Pardon me ….”

Kurang mempercayai apa yang barusan di ucapkan oleh Purbararang, yang kini statusnya telah menjadi tunangan resminya sedari 7 minggu yang lalu, … Indra Jaya mencoba tuk memastikannya lagi, dengan bertanya.

“… Anda memanggil Saya ke sini hanya untuk mengajak Saya bermain?”

Datang terburu-buru ke istana selepas mendapati surat yang ia terima dari tunangannya, yang mengatakan kalau si gadis muda itu menginginkan kehadiran Indra Jaya di sampingnya dengan segera, … si putra Duke Jaya yang biasanya akan selalu memasang muka tak berekspresi, malah saat ini … melebarkan iris mata merahnya, dibarengi dengan cuping telinga yang sudah dijalari oleh warna rona menyala pula.

“Ya!”

Dengan ceria berjalan melompat-lompat kecil menghampiri Indra Jaya dan segera merangkul lengannya, Purbararang langsung menyeret tunangannya yang kikuk ini ke tempat-tempat yang ingin ia tunjukkan.

Berlarian kecil bersama-sama dilorong kastel dalam bertindak nakal dengan mengabaikan peraturan istana untuk jangan berjalan secara terburu-buru, … Purbararang telah sukses mencuri perhatian Indra Jaya, yang telah berniat untuk memfokuskan diri dalam memandanginya seorang saja.

Berlari di belakang sang tunangan dengan tangan mereka yang saling bertaut, … mata merah yang begitu terpaku terhadap helaian rambut hitam sepanjang dada milik Purbararang yang bergoyang secara melambai-lambai, … seperti sengaja tengah memamerkan setiap helai rambut indah selayaknya terbuat dari benang sutra yang dicampuri oleh bubuk batu obsidian, … berkilau dengan sorot mata penuh rasa penasaran.

Si anak laki-laki yang bahkan sudah tahu kalau dirinya selalu saja bertindak dan berasa seperti boneka yang kaku, kini, … telah merasa bahwa pipi berkulit putih pucatnya pula, telah panas dibakar oleh rona merah.

Ini adalah momen untuk yang pertama kali, terhadap dirinya yang baru dapat memenuhi hari-harinya dengan tanpa mengurung diri di perpustakaan, untuk belajar dan belajar saja.

Dikarenakan, seorang putri yang jauh lebih bagus jika ia panggil sebagai peri bidadarinya, telah datang dan mengajaknya untuk terbang mengelilingi indahnya bentangan cakrawala secara bersama-sama, … juga telah membawa segala rasa bahagia tak terhingga, cukup hanya dengan memandanginya saja.

~•~

“Ehhh, rambutmu halus sekali, Indra!”

Lagi-lagi cuping telinganya kembali memanas dengan warnanya yang mencolok, Indra Jaya yang saat ini sedang duduk anteng selagi Purbararang yang sudah mendandaninya dengan gaun, kerah pita, sepatu beraksesori permata, selayaknya pakaian yang sering dipakai anak perempuan tanpa memprotes sekali pun, … tengah menyisir rambut pirangnya dengan jari-jari untuk kemudian segera ia ikat menjadi dua kucir, … segera memalingkan muka dari orang yang bersangkutan, akibat dari tidak menginginkan kalau pipinya yang telah kembali terbakar semburat merah dilihat oleh sang tunangan.

“Warnanya juga cantik. Aku menyukainya!”

Hanya bisa terdiam tak berdaya karena terus-menerus mendapatkan serangan yang membuat jantungnya terasa berdebar-debar, … tanpa banyak bicara, Indra Jaya menarik tangan Purbararang yang hendak menjauh dari kepalanya, untuk kembali bertempat di letaknya semula.

“Jika Anda menyukainya, maka rambut ini jadi milik Anda.”

“….”

Apa maksudnya? Bukankah itu terdengar sangat aneh?

Tak memberikan reaksi apa pun atas ucapan yang dikatakan oleh Indra Jaya dengan penuh percaya diri, … Purbararang telah sukses dalam membuat tunangannya menggumamkan sesuatu di dalam hati, … perihal dirinya yang menginginkan untuk jatuh pingsan sekarang juga.

Dikarenakan, ia sangat-sangat tak kuasa dalam menahan segala rasa malu yang sangat keterlaluan ini!

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Purba Mahkota   Author note

    Halo, ini dengan Aerina No 7! Terima kasih banyak telah mengikuti cerita ini sampai akhir. Wah, sulit dipercaya tapi kisah mereka hanya berakhir di sini, hehe. Saya tidak tahu harus mengatakan apa lagi, yang jelas, Saya sangat-sangat berterima kasih ^^ Ah, ngomong-ngomong, jika berkenan kalian bisa mengunjungi cerita karya Author yang temanya memang tidak jauh-jauh seputar dunia novel, romansa fantasi, dan ada unsur historikal fiksi. Akan tetapi, karena tidak sesuai dengan kriteria di sini, Author mempublikasikannya di tempat lain. Oh, dan …! Nama novelnya itu "Fall For Villains". Untuk lebih jelasnya lagi kalian bisa mengetahuinya di karya*arsa punya Author, dengan nama pena aerinano7. Sekali lagi, terima kasih atas perhatiannya ya! Author sayang kalian banyak-banyak 😘

  • Purba Mahkota   S.S - Afeksimu Di Dunia Paralel : Akhir Bahagia

    “Lihatlah, Mama.”Memandang dengan haru sepasang bayi kembar laki-laki dan perempuan yang dibaringkan di samping Rarasati, Mahendra yang di beberapa masa lalu terus mengucapkan terima kasih selama berkali-kali, … tak bisa untuk berhenti menggoda istrinya ini.“Pangeran dan Tuan Putri kita benar-benar sekuat dan setangguh dirimu.”Rasa cemas berlebihan terkait dirinya, seorang Mahendra yang mengkhawatirkan keselamatan Rarasati dalam proses melahirkan tadi, … kini telah tergantikan oleh rasa lega dikala kembali mendapati senyuman yang senantiasa memperindah wajah lelah istrinya sebelum-sebelum itu, sama seperti yang dilakukan sekarang. “Mereka sangat aktif sekali dalam perutmu dulu. Akan tetapi, sekarang, mereka berdua justru jauh lebih kalem dari pada yang kukira ya?"Mungkin, karena merasa nyaman dengan dekapan hawa hangat dari sosok ibu, atau juga karena kelelahan sehabis menangis dengan kencang segera setelah terlahir ke dunia, … anak kembarnya Rarasati dan Mahendra malah asyik ter

  • Purba Mahkota   S.S - Afeksimu Di Dunia Paralel : Waktunya Mendongeng

    Cemas. Khawatir. Gelisah.Semuanya bercampur aduk di dalam hati Mahendra Jaya selayaknya badai tornado, di tengah-tengah penantiannya menunggu masa istrinya, Rarasati Jaya, … melahirkan.Ini sudah sore, akan tetapi tanda-tanda dari berakhirnya kontraksi yang terjadi sedari pagi tadi masih belum menunjukkan hilal.Tungkai kaki yang tak bisa berhenti bergerak di tempat. Tangan berkeringatnya yang tak bisa lepas mengepal. Serta wajah seriusnya yang tak bisa sedikitnya dibawa bertenang, … segera dihempaskan semua tuk lepas secara paksa, begitu melihat kedua orang tua serta mertuanya datang memenuhi panggilan darurat yang ia buat tadi.“Bagaimana keadaan Raras?”Yah, itu benar.Bahkan untuk orang tersibuk di negara, Ayahnya Rarasati yang masih menjabat sebagai presiden negara mereka saja … sampai rela mengedepankan situasi putrinya ini dibandingkan dengan urusan lain.Well, paling tidak, Mahendra yang tahu bahwa meskipun Rarasati malu-malu mengakuinya, … lama-kelamaan, istrinya tersebut m

  • Purba Mahkota   S.S - Afeksimu Di Dunia Paralel : Hari Yang Dinantikan

    Gelisah, membolak-balikkan posisi tidur menyampingnya ini dari sisi satu ke sisi lain, calon ibu muda, istri dari seorang Mahendra Jaya, yakni Rarasati, … membuat tidur lelap suaminya yang kelelahan itu menjadi terkacaukan akibat terusik.“Urngh, … ada apa … cintaku?”Meski nyawanya terlihat belum sepenuhnya terkumpul, kendati demikian, … memaksakan tubuh lesunya itu untuk segera duduk dengan baik di samping sang istri yang masih tetap menunjukkan gelagat orang gelisah, … Mahendra menarik selimut untuk ia tarik menutupi tubuh Rarasati.“Apa kamu sakit?”Bukan hanya kali ini saja Rarasati bersikap seperti ini.Juga bukan sebab mengandung pulalah dia bertingkah laku semacam itu.Habisnya, dari sejak masih gadis pun, suasana hati milik wanitanya Mahendra Jaya ini gampang sekali berubah-ubah secara tidak karuan.“Kamu betulan sakit? Mana yang sakit? Biar kuperiksa.”Sekali lagi memutar arah tidurannya supaya kali ini dirinya dapat dengan jelas menghadapi duduknya Mahendra, memusatkan mata

  • Purba Mahkota   S.S - Afeksimu Di Dunia Paralel : Mi Amor

    “Jadi, jelaskan pada Bapak, Pepita.”Mempersembahkan senyuman yang paling-paling menawan di antara biasanya, wakil kepala sekolah yang duduk di balik meja berpapan nama Mahendra Jaya itu, berhasil membuat anggota OSIS yang hanya beranggotakan inti berupa satu ketua, satu sekretaris, serta satu bendahara sekaligus seksi keamanan, … menjadi merinding mendadak.“Kenapa anak Pak Jang, sekretarisnya 'Ayah Mertua' dari Bapak ini mendadak ingin menjadi anggota OSIS gara-gara kamu?”“Apa?”Bertanya balik sembari melihat murid yang di waktu jam istirahat pertama tadi ia tolong dari para tukang rundung itu, yang saat ini dengan malu-malu bersembunyi di balik bahu wakil kepala sekolah sambil mengintipnya sedikit-sedikit menembus lensa kacamata, … Pepita menautkan alisnya penasaran.“Anak itu …?” lanjutnya dengan nada heran, merasa tidak habis pikir dengan apa yang terjadi. “Dia yang anak sekretaris Presiden ingin menjadi anggota OSIS gara-gara aku? Kenapa? Bagaimana bisa?”Tidak bisa berhenti m

  • Purba Mahkota   S.S - Afeksimu Di Dunia Paralel : Rivalku, Sainganku! (2)

    “Pepita Jaya.”Menyahuti panggilan bernada suara lembut lagi menenangkan seolah-olah badai amukan tidak akan pernah menerjang muka cerah berseri-seri milik wakil kepala sekolah, Pepita menengadahkan wajahnya secara percaya diri.“Mendekatlah, Bapak ingin membisikkan sesuatu.”Ahh~!Apakah kakaknya ini sedang benar-benar dalam mode seorang guru di sekolahan sekarang?“Ada apa, Pa—uakhh?!”Awal mula menyangka bahwa kakak laki-lakinya itu akan merasa bangga terhadapnya dan berakhir menghadiahkan tepukan pelan di pucuk kepala, … ujung-ujungnya, Pepita malah menjerit kaget dengan serangan tiba-tiba dari cuping telinga target dari jeweran.“Haha~ anak nakal ini. Kamu salah makan apa sih pas sarapan tadi? Kamu mau jadi wakil kepala OSIS? Murid yang sudah seharusnya menjadi teladan yang baik bagi murid-murid lain? Kamu? Yang suka berantem, merokok, bolos, bajunya berantakan, ngomong kasar, dan malas belajar itu?”Berbicara secara panjang lebar begitu tanpa sekali-kali pun menghapus senyuman p

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status