“Hei, … Indra."
"Uh, y-ya?""Aku tahu kamu ini tak banyak berbicara. Tetapi, terkadang, … sekalinya kamu berbicara, kamu malah mengatakan sesuatu yang sangat aneh."Menceletuk. Purbararang, menyorotkan pandangannya yang didominasi oleh sorot mata heran, lagi menyiratkan segala kebingungan.“Eh? Apa maksud Anda?”Mula-mula menempatkan telapak tangannya tuk menutupi mulut dari mengendalikan diri untuk sebisa mungkin tidak mengeluarkan suara tawa yang sekiranya dapat membuat tunangannya sakit hati nanti, Purbararang cepat-cepat berbicara kembali.“Apa aku harus membuatmu botak terlebih dahulu, untuk kemudian bisa mengambil rambutmu dan menjadikannya milikku?” tanyanya, dengan mata yang mengerling nakal.“….”Senyap sejenak karena otaknya masih memproses informasi yang di dapat dari sang tunangan, Indra Jaya yang membayangkan di dalam angan-angan tentang penampilannya jika ia menjadi orang berkepala plontos, … mendadak langsung merasa merinding.Dia menggeleng-gelengkan kepalanya secara cepat, untuk menghilangkan pikirannya yang kebanyakan absurd di dalam benak.“Baguslah. Maksudku, aku tidak perlu membuatmu menjadi orang botak hanya karena menginginkan rambutmu ini. Bukankah ada pilihan lain?”Menarik Indra Jaya ke depan cermin untuk segera menunjukkan hasil karyanya kepada orang yang ia dandani sambil bersebelahan dengannya ini, yang di mana tingginya sendiri hanya sebatas pangkal hidung si anak laki-laki itu, … Purbararang berceloteh ringan.“Kamu tinggal tumbuh dengan baik dan selalu berada di sampingku saja."Tak berlangsung lama, Purbararang juga menggerakkan tangannya untuk menangkup wajah Indra Jaya.Dia memaksakan tunangannya ini untuk melihat pantulan diri mereka di cermin, karena si empu pemilik mata merah itu sendiri malah lebih tertarik untuk melirik anak gadis di sampingnya terus-menerus.“Dengan begitu, secara tidak langsung, … aku akan menjadi pemilik rambut indahmu.”Pada akhirnya tetap menyerah untuk melihatkan arah pandangnya ke pantulan cermin di depan, … Indra Jaya menggulirkan netra yang menyala oleh kilauan kebahagiaannya itu tuk terfokus ke pantulan Purbararang, yang sama sekali tak memiliki niatan untuk berhenti tersenyum ke arahnya dengan menyorotkan pandangan cinta.Meneguk ludahnya gugup, diam-diam, Indra Jaya bergumam di dalam hati.“Bukan hanya rambutku. Aku akan memberikan seluruh tubuh, harta, dan cintaku hanya untukmu.”Menolehkan kepalanya lurus menuju Purbararang yang memandanginya dengan wajah menengadah, Indra Jaya … menarik sudut bibirnya dalam memberikan sang tunangan sebuah senyuman yang betul-betul samar.“Aku milikmu, dan kamu pemilikku, … Putri Purbararang.”~•••~“Wah, lihat! Siapa yang dari hari ke hari semakin tumbuh dengan cantik?”Seperti biasa, di balik wajah yang memiliki ekspresi dingin nan kaku, Indra Jaya yang semakin lama semakin ingin menghabiskan setiap detik di sepanjang hari-harinya tuk bersama-sama Purbararang, … ikut merasa bahagia tatkala melihat tunangannya dengan ceria memeluk juga menciumi adik bungsunya, yang baru saja merayakan ulang tahun ke tiga di beberapa bulan kemarin.“Ugyaaa~ Teteh! Wepas! Wepas~”Adik Purbararang, yakni Purbasari, yang sudah dapat berbicara dengan lancar meskipun ucapannya ada yang masih tidak dapat dimengerti, … mengeluarkan tawa cekikikan khas balita, dan malah menjadikan Purbararang semakin merasa gemas.Menggulirkan sepasang bongkahan manik kelam obsidian miliknya dari sudut ekor mata, menuju ke arah diamnya sang tunangan yang berdiri di pojok ruang kamarnya Purbasari seperti patung, … Purbararang cepat-cepat memanggil.“Kenapa hanya diam di sana? Ayo duduk sini,” ajaknya, menepuk-nepuk tempat kosong di dekatnya supaya ditempati oleh Indra Jaya dengan segera.Delapan bulan bertunangan, Purbararang dan Indra Jaya sudah sepakat untuk berbicara dengan bahasa non-formal saat mereka berdua sedang tidak berada di depan keramaian.Kikuk dan juga canggung dengan Purbasari yang memfokuskan mata bulatnya ke setiap langkah yang ia ambil, … Indra Jaya langsung mengucapkan kata syukur di dalam hati, begitu dirinya telah berhasil menempatkan posisi di samping Purbararang.“Pfft, sepertinya Purbasari masih merasa waspada terhadapmu.”Berkata demikian ketika melihat Purbasari di dekapannya masih menolehkan kepala ke arah Indra Jaya dengan wajah polosnya yang memandangi si Duke kecil itu seolah-olah mencari letak kesalahan, … Purbararang semakin sengaja ingin melakukan sesuatu yang sekiranya dapat membuat hubungan di antara adik dan tunangannya ini menjadi jauh lebih akrab.“Indra, coba pegang tangannya. Kamu juga harus dekat dengan adikku.”“Uhh, tapi ….”“Bukankah nantinya kamu akan menjadi suamiku?”BLUSH!Memalingkan muka tersipunya tatkala mendengar kata “Suami”, Indra Jaya yang tetap saja akan mendapatkan cuping telinga yang memerah begitu merasa malu itu pun, … lekas memandang secara hati-hati tangan mungil Purbasari, yang sengaja diasongkan Purbararang ke arahnya."Dengan begitu, adikku bakal menjadi adikmu juga."Purbararang tidak dapat menyadarinya, tetapi, … selaku orang yang tengah merasakannya langsung, Indra Jaya dapat melihat kalau tangannya yang saat ini mulai berani terulur tuk menggenggam tangan putri bungsu kerajaan Pasir Batang, tampak sangat-sangat gemetaran!Keringat dingin mulai terasa bercucuran di punggungnya, dan Indra Jaya merasa bahwa ekspresi kaku miliknya telah di gantikan oleh raut muka yang begitu tegang.Apakah Purbasari akan menolaknya dan menangis karena takut kepadanya?Bagaimana jika itu terjadi, ia benar-benar akan membuat tunangannya yang sangat ia suka … menjadi kecewa terhadapnya?“Wyahaha.”“Ah …?”Semua pemikirannya yang didominasi oleh rasa kecemasan berlebih, mendadak saja lenyap tanpa meninggalkan jejak, … begitu mata merah Indra Jaya menangkap reaksi Purbasari yang menggenggam jari telunjuknya dan menggoyang-goyangkannya sambil tertawa kecil.“Wah, lihat. Tawanya lucu sekali ya?”Bukan itu yang Indra Jaya pedulikan.Melirik diam-diam tunangannya dengan hati yang menggebu-gebu, merasa tidak kuat untuk terus-menerus menampung semua gelora dari rasa bahagia, … Indra Jaya mengguratkan senyuman tipis.Purbasari yang di hari sebelum-sebelum ini biasanya akan langsung menangis walau belum di dekati, telah benar-benar menerimanya sekarang!Ini adalah kemajuan yang begitu pesat dalam mengambil langkah dekat untuk menjadi bagian dari keluarga Purbararang.Untuk menjadi, … akhem! … Menjadi suaminya.“Hari ini cuacanya sangat bagus. Bagaimana jika kita jalan-jalan ke taman?”Beranjak dari duduknya sembari menuntun Purbasari di tangan kanan, Purbararang mengulurkan tangan kirinya untuk mengajak Indra Jaya berdiri.Mengikuti apa yang Purbararang lakukan, Indra Jaya yang telah usai membangkitkan dirinya dan datang menghampiri Purbasari dari samping, lekas menuntun tangan si bocah mungil itu sama seperti apa yang tengah tunangannya perbuat.Mereka bertiga bersama-sama berjalan dengan tangan yang saling menggenggam, menuju ke taman istana yang dipenuhi oleh banyak bunga hias.Di tengah perjalanan, Purbararang dan Purbasari begitu sibuk mengoceh dan melarikan pandangan mereka … tuk tertuju kepada kupu-kupu bersayap indah yang terbang di sekitar.Sedangkan, untuk Indra Jaya sendiri, … dia malah sibuk mengkhayal tanpa lupa menambahkan rona merah pada cuping telinganya dengan semburat yang lumayan parah.Di dalam benaknya, ia berimajinasi.Ingin sekali, waktu datang dengan cepat supaya tahun-tahun baru lekas berganti.Anak laki-laki itu, ingin sekali menjadi orang yang sudah tumbuh dewasa dalam waktu yang segera.Dia ingin tumbuh tinggi, tumbuh kuat, tumbuh kaya, juga tumbuh tampan, … untuk kemudian bisa segera meminang Purbararang tuk menjadi istrinya dengan hati yang lugas.Setelah mereka menikah nanti, Indra Jaya berpikir, akan lebih membahagiakan jika ia dan Purbararang memiliki sepasang anak kembar!Anak laki-laki berambut hitam dan bermata merah, bersama anak perempuan berambut pirang dan bermata merah juga!Di saat anak-anak mereka sudah sebesar anak balita, Indra Jaya menginginkan mengajak mereka untuk berjalan-jalan bersama dengan Purbararang, sama persis seperti ini.Berjalan saling bertautan tangan, menikmati suasana tenangnya pagi ditemani oleh sinar mentari yang menerpa kulit dengan halusnya akan aura kehangatan, … tuk kemudian berteduh di bawah pohon bunga musim semi, melakukan piknik keluarga yang penuh rasa cinta!“Indra, ayo kita istirahat di bawah pohon sana!”Semoga, hari yang Indra Jaya nanti-nantikan itu, … akan datang tanpa terasa.“Kerja bagus, semuanya. Terutama, untuk Putri Purbamanik. Dialah yang paling bagus dalam mengerjakan semua pelajaran tata krama hari ini dengan sangat sempurna.”Mendapatkan pujian yang berasal dari guru tata krama para putri yang tak lain adalah Ibu Ratu sendiri, Purbamanik, si putri berambut merah kejinggaan itu menengadahkan kepalanya dengan bangga, … di hadapan para putri yang duduk melingkar bersama ratu dalam latihan acara minum teh.“Ini tidak seberapa, Gusti Ratu." Tersenyum ramah dan merendahkan nada suara dalam ucapan manisnya yang penuh kesopanan, Purbamanik telah berhasil membuat Purbararang menatapnya dengan kesal akibat dari tindakannya yang sok rendah hati tersebut.“Saat ini, Saya masih harus belajar dan mempelajari berbagai macam hal yang jauh lebih banyak lagi.”“Luar biasa! Itu adalah suatu kemauan yang sangat bagus!”Ibu Ratu kerajaan Pasir Batang, Sari Dewi Bunga Pamasti, yang penampilannya semacam bayangan akan perawakan Purbasari–jika bocah berumur 4 tahun seka
“Teteh Lalang! Teteh Lalang!”Anak bungsunya Raja Tapa Agung, Putri Purbasari. Sang balita yang sebentar lagi akan segera memasuki masa usia lima tahun, berlari dengan kaki-kaki kecilnya yang lucu tuk menghampiri sang kakak kandung, Purbararang, ….yang baru saja keluar dari ruang kelas berdansa.“Purbasari!”Membentangkan tangannya dengan lebar-lebar, refleks saja Purbararang langsung menangkap Purbasari yang melompat pada arah jangkauannya tuk masuk ke dalam dekapan. Mereka berdua berpelukan dengan tawa bahagia yang masing-masing keluar dari mulut secara sendiri.Seolah-olah, mereka berdua, … hanya dapat mengenal kata untuk tersenyum dan memancarkan keceriaan bersama-sama, di sepanjang hari.“Tceh.”Berdecih di balik rentangan kipas tangan yang menutupi setengah bagian muka, Purbamanik berujar tidak suka.“Dasar kekanak-kanakan,” ejeknya, yang sayangnya tak dipedulikan oleh para putri yang lain.“Ututu! Purbasari, pipimu ingin aku gigit!”“Kyaak, hentikan!”Mengelik merasa gemas ak
“Para Putri Purba … memasuki ruangan!”KRIETT!Gerbang aula utama kastel dibuka.Memaparkan sinar terang yang berasal dari banyaknya lampu gantung berhiaskan bingkai emas dan bohlam permata, … tuk menerapkan cahaya secara merata mengenai penampilan indah nan memesona dari ketujuh anak perempuan Raja Prabu Tapa Agung.Mereka semua masuk secara bersama-sama dengan Purbararang di barisan pertama.Secara serentak memberikan salam kehormatan kepada para putri yang datang terlebih dahulu dibandingkan raja, ratu, juga para selir ke pesta debutan tahunan ini, … semuanya, tidak ada yang tidak membungkukkan badan mereka secara rendah, atau juga mengangkat sedikit gaun atau menyilangkan satu tangan di depan dada.Menanti kedatangan sang pembuka dan penyelenggara sekaligus tuan rumah dari acara ini, yakni sang raja beserta orang-orang yang menjadi pendampingnya itu hadir, … ketujuh putri dengan alaminya langsung menyebarkan posisi ke tempat-tempat yang ditempati oleh kumpulan bangsawan tuk bersos
Ah.Padahal, dahulu sekali, … yang sering kali membuat pasangannya menjadi salah tingkah hanya karena saling berkontak fisik ringan itu adalah Purbararang. Tetapi, lihatlah saat ini.Waktu telah cepat sekali berlalu, … untuk memaksa tugas membuat tersipu salah satu orang dari sepasang tunangan tersebut, beralih menjadi kepada Indra Jaya.Seakan-akan terbuai oleh efek rindu yang mendalam, … kedua sejoli muda-mudi ini menari di bawah lampu gantung yang dapat menyinari sorot yang berarti dari mata mereka, dengan masing-masing maniknya menampakkan pandangan yang penuh akan rasa nostalgia.Seolah-olah peri cinta datang dan memberkati mereka berdua dengan melontarkan masing-masing satu anak panah untuk menembus hati mereka, keduanya … tak bisa untuk tidak berhenti menyimpulkan sebuah senyuman yang malu-malu, … walau otot-otot di pipi saja sudah menjadi pegal sekali pun.“Apakah aku dapat mempercayai apa yang dilihat oleh mataku ini?”Melihat tarian yang ditarikan pasangan tunangan muda itu
“Namanya adalah Tumang.”Semenjak Purbararang menceritakan pengalamannya bahwa ia telah kedapatan ditodong pisau oleh seorang pelayan kepada Indra Jaya, hari ini, demi mengawasi keamanan untuk tunangannya yang tersayang, … si putra Duke itu memilihkan ksatria muda yang sangat ia percaya talentanya, … karena dia adalah pengawalnya sendiri yang kerap kali menjadi lawan pelatihan semua aktivitas seni bela diri.Menenteng pedang dan menempatkannya untuk menjadi tongkat tumpuan tumpukkan tangan, Indra Jaya yang dengan setianya memerhatikan hal detail kecil terkait gerak-gerik Purbararang dalam mengabaikan ksatria bersangkutan yang menekuk satu lutut bersama wajah menunduk di samping meja tempat minum teh, … tersenyum dengan lepas.“Mulai hari ini, … dia akan menjadi pengawalmu, Rarang.”Lama mendiamkan seorang laki-laki muda yang kelihatannya memiliki usia yang hampir sebaya dengan tunangannya, pada akhirnya … Purbararang tetap menggulirkan netranya ke orang yang memiliki nama “Tumang”.Ma
“Hei, apa kau mendengarnya?”“Mendengar apa?”“Pelayan baru yang baru bekerja di sini selama satu minggu! Dia sudah keluar dan berhenti bekerja setelah mendapatkan hukuman dari Nyai Putri Purbararang!”“Ohh, be-benarkah? Memangnya apa kesalahannya?”“Aku dengar langsung darinya, dia tak melakukan kesalahan apa pun tapi tetap dihukum dengan tidak adil begitu saja!”“Sungguh?! Jika betul begitu, itu keterlaluan sekali!”“Ehhh?! Benarkah? Itu sulit dipercaya!”“Gasp!”Sekitar tiga pelayan yang baru saja asyik menggunjing, mendadak langsung tersentak begitu tahu-tahu sudah menyadari ada salah satu putri yang mereka layani, Purbasari, … tengah berdiri dengan raut muka yang syok, setelah memikirkan lamat-lamat terkait informasi apa yang tak sengaja ia dengar barusan.“Teteh Rarang-ku tidak mungkin seperti itu!”Ciut dan langsung bertekuk lutut di hadapan putri muda berusia 11 tahunan itu, ketiga pelayan yang takut akan memiliki nasib yang serupa dengan apa yang telah mereka omongkan, … leka
STRAKK!Anak panah menancap.Melesak dari busur milik Putri Purbararang, dan meluncur secara cepat dalam mengenai papan target panahan dengan tepat.“Luar biasa.”Seseorang memuji.Tak berapa lama, ia pun menggerakkan jari jemari yang bertaut dengan busur panahan pula, untuk ikut menyusul pencapaian serupa dalam mengenai target secara tepat jua, … seolah-olah tak ingin kalah dari menyaingi Purbararang.Dia adalah si putri tertua kedua Kerajaan Pasir Batang, Purbamanik.“Untuk seorang putri yang sudah terkenal ke mana-mana akan citranya yang bikin geleng-geleng kepala.”STRAKK!Sekali lagi, papan target panahan ditembak.Memberikan hasil dari lontaran anak panah milik Purbamanik yang mengenai titik tengah target, menancap selepas membelah anak panah milik Purbararang terlebih dahulu.“Apa kau tidak pernah bosan?”Membalikkan ucapan bernada sinis itu dengan pertanyaan, Purbararang yang juga sama keras kepalanya tidak ingin mengalah atau bahkan dikalahkan oleh saudara tirinya ini, … kemb
Merebut dan menjadikan mahkota kandidat ratu apanya?Melihat saingannya, Purbararang, yang dengan anggunnya menundukkan kepala di hadapan Paduka Raja juga Paduka Ratu untuk menerima pemberkatan, dan dimahkotai di hadapan seluruh tamu-tamu kalangan bangsawan kehormatan, … Purbamanik menggemeretukkan giginya dengan kesal dari balik rentangan kipas.Mata bermanik kuning kejinggaan itu tampak serius dalam mengilatkan pancaran kemarahan.Terutama, setelah ia kedapatan berkontak mata dengan bongkahan manik berwarna serupa milik ibunya sendiri, … Purbamanik semakin merutuk di dalam hati.“Diberkatilah, Putri Mahkota, Nyai Putri Purbararang.”Begitu sang raja mengucapkan kata-kata harapan itu, secara refleks, orang-orang banyak yang menjadi saksi atas pengangkatan Purbararang menjadi Putri Mahkota tepat di hari ulang tahunnya yang ke-18 ini, … ikut mengucapkan kata-kata yang serupa pula.Apalagi untuk si putra Duke Jaya, Indra, … yang mengujarkan ucapan doa sekaligus harapan itu dengan sangat