Home / Urban / Pusaka Wasiat: Lahirnya Penguasa Baru! / BAB 30 Kamu Harus Hati-Hati

Share

BAB 30 Kamu Harus Hati-Hati

last update Last Updated: 2025-10-10 23:32:56

Sebelum kedua pengawal itu sempat bergerak menghajar Joko, beberapa sirine polisi tiba-tiba terdengar dari kejauhan, semakin lama semakin dekat. Sepertinya salah satu penonton yang lebih bijaksana telah memutuskan untuk memanggil pihak berwajib.

Mendengar suara sirine itu, hartono mengumpat pelan. Keributan ini akan menarik perhatian yang tidak ia inginkan. Berurusan dengan polisi akan membuang-buang waktunya dan berpotensi menjadi berita buruk bagi perusahaannya.

Dengan wajah masam, ia menatap joko dengan penuh kebencian.

“Kali ini kau beruntung, bocah,” geramnya. Ia menunjuk joko dengan jarinya. “Tapi ingat wajahku. Urusan kita belum selesai.”

Setelah melontarkan ancaman terakhir itu, ia berbalik dengan kasar, merapikan jasnya, dan berjalan cepat menuju mobil sedan hitam mewah yang terparkir tak jauh dari sana. Ketiga pengawalnya, setelah memberikan tatapan mengancam terakhir pada joko, segera mengikutinya. Mobil itu kemudian melesat pergi, meninggalkan kerumunan yang mulai membubar
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pusaka Wasiat: Lahirnya Penguasa Baru!   BAB 90

    Ia menuntun Rani yang masih sedikit gemetar kembali ke motor matic mereka, yang untungnya tidak tersentuh selama pertarungan tadi. Ia membantu Rani naik ke jok belakang. Tangan gadis itu masih gemetar saat ia berpegangan pada pinggang Joko.Joko naik ke jok depan, mengenakan helmnya, dan menyalakan mesin motor. Suara mesin yang hidup kembali terasa seperti detak jantung yang normal di tengah ketidaknormalan pagi itu.“Pegang yang erat,” hanya itu yang ia katakan sebelum ia memutar gas.Motor itu melaju perlahan, meninggalkan jalanan yang kini mulai dipenuhi oleh orang-orang yang semakin berani mendekat untuk melihat akibat dari pertarungan tadi. Joko tidak menoleh ke belakang. Ia hanya fokus pada jalanan di depannya, membawa mereka berdua pergi dari mimpi buruk itu.Perjalanan menuju kantor terasa begitu berbeda dari perjalanan berangkat tadi. Keheningan di antara mereka kini bukan lagi keheningan yang nyaman, melainkan keheningan yang sarat dengan pertanyaan tak terucapkan dan ketega

  • Pusaka Wasiat: Lahirnya Penguasa Baru!   BAB 89

    Dengan langkah yang terasa berat, Joko mulai berjalan menyeberangi jalan. Ia melangkahi tubuh-tubuh yang tergeletak, mengabaikan erangan mereka, mengabaikan tatapan ngeri dari para penonton. Fokusnya hanya satu: gadis yang berdiri membeku di seberang sana.Semakin dekat ia melangkah, semakin jelas ia bisa melihat kondisi Rani. Matanya kosong, tidak berkedip. Bibirnya sedikit terbuka, seolah ia lupa cara bernapas. Gemetar di tangannya begitu hebat hingga tas tangan kecil yang ia pegang berayun-ayun tak menentu. Ia seperti boneka porselen yang baru saja menyaksikan sebuah adegan horor dan kini retak dari dalam.Joko berhenti tepat di hadapan Rani. Ia bisa melihat pantulan dirinya sendiri di mata gadis itu yang kosong. Ia bisa merasakan gelombang ketakutan yang memancar dari tubuh Rani.“Rani,” panggil Joko lembut.Tidak ada reaksi. Rani seolah tidak mendengarnya. Ia masih terpaku pada pemandangan mengerikan di belakang Joko.Joko mencoba lagi, sedikit lebih keras. “Rani? Kamu dengar aku

  • Pusaka Wasiat: Lahirnya Penguasa Baru!   BAB 88 Terkejut

    Ia tidak lagi hanya bertahan dan bereaksi. Kini ia menari.Sebuah tongkat baseball diayunkan dari kanan. Joko melangkah masuk, menepis tongkat itu dengan lengan kirinya, sementara tangan kanannya menusukkan dua jari ke titik lemah di ketiak si penyerang. Pria itu langsung lemas.Sebuah pisau mencoba menusuknya dari kiri. Joko memutar tubuhnya, membiarkan pisau itu lewat, lalu sikunya menghantam tulang rusuk si penyerang dari belakang. Terdengar suara retakan pelan.Dua orang mencoba menangkapnya dari depan. Joko melompat ringan ke atas, menggunakan bahu salah satu dari mereka sebagai tumpuan sesaat, lalu mendarat dengan mulus di belakang mereka. Sebelum mereka sempat berbalik, dua pukulan cepat ke tengkuk membuat mereka berdua tersungkur ke depan.Gerakannya begitu cepat, begitu efisien, begitu indah namun mematikan. Ia bagaikan air yang mengalir di antara batu-batu karang, selalu menemukan jalan, selalu menghindari benturan langsung, namun memiliki kekuatan untuk mengikis dan menghan

  • Pusaka Wasiat: Lahirnya Penguasa Baru!   BAB 87 Keroyok dia

    Raungan sang pemimpin kelompok berbaju hitam itu menjadi genderang perang. Udara pagi yang tadinya hanya dipenuhi oleh kebisingan lalu lintas kini terasa pecah oleh teriakan-teriakan marah dan derap langkah kaki yang berat. Belasan pria tegap itu tidak lagi ragu. Mereka serempak menerjang maju, mengubah jalanan itu menjadi arena gladiator dadakan.Kilatan logam terlihat di tangan beberapa dari mereka. Sebatang pipa besi berkarat, seutas rantai gir motor yang berat, dan beberapa bilah pisau lipat yang mengancam. Mereka tidak datang hanya untuk ‘mengobrol’. Mereka datang untuk melumpuhkan, atau bahkan lebih buruk.Joko berdiri tegak di tengah kepungan itu.Motor Rani yang teronggok di sampingnya terasa seperti satu-satunya benteng kecil di dunia yang tiba-tiba menjadi begitu buas. Pusaka di dadanya berdenyut dengan panas yang intens, mengirimkan gelombang energi hangat ke seluruh tubuhnya. Ketakutan yang sempat muncul kini lenyap, digantikan oleh ketenangan dingin yang menakutkan. Dunia

  • Pusaka Wasiat: Lahirnya Penguasa Baru!   BAB 86 Cari Nati

    Seorang pria melangkah maju dari tengah kerumunan. Ia tidak mengenakan masker, memperlihatkan wajah yang keras dengan rahang persegi dan tatapan mata yang dingin seperti es. Ia berhenti sekitar dua meter di depan motor.“Joko,” katanya, suaranya datar, tanpa emosi, namun bergema dengan otoritas yang tak terbantahkan. “Ikut kami.”Itu bukan pertanyaan. Itu adalah perintah.Joko menelan ludahnya yang terasa pahit. Ia mencoba menjaga suaranya agar tetap stabil. “Siapa kalian? Ada urusan apa denganku?”Pria itu tersenyum tipis, senyum yang sama sekali tidak ramah. “Kau tidak perlu tahu siapa kami. Kau hanya perlu tahu bahwa kau harus ikut dengan kami sekarang juga. Bos kami ingin bertemu.”“Bos kalian?” tanya Joko lagi, mencoba mengulur waktu, otaknya berputar cepat mencari jalan keluar. Tapi tidak ada jalan keluar. Mereka terkepung. “Aku tidak kenal dengan bos kalian. Kalian pasti salah orang.”“Oh, kami tidak salah orang,” sahut pria lain dari samping, suaranya lebih kasar. Ia menunjuk

  • Pusaka Wasiat: Lahirnya Penguasa Baru!   Bab 85 Rani

    “Sudah cukup untuk malam ini,” kata Khodam itu tiba-tiba. “Energi mentalmu sudah hampir habis. Latihan berlebihan hanya akan membahayakanmu. Sekarang kembalilah.”Sebelum Joko sempat bertanya bagaimana caranya kembali, sensasi melayang itu menghilang. Keindahan alam batinnya lenyap. Kegelapan di balik matanya kembali menjadi hitam pekat. Ia bisa merasakan kembali lantai papan yang dingin di bawahnya, mendengar kembali suara jangkrik dari luar jendela, merasakan kembali tubuhnya yang lelah.Ia membuka matanya. Ia kembali berada di dalam kamar kecilnya yang sempit. Lampu bohlam kuning masih menyala redup. Di luar, suara azan Subuh mulai terdengar sayup-sayup. Ia telah bermeditasi sepanjang malam tanpa ia sadari.Tubuhnya terasa luar biasa lelah, kepalanya sedikit pening, namun anehnya, ia juga merasa segar. Ada sesuatu yang berbeda di dalam dirinya. Sebuah pemahaman baru. Sebuah koneksi yang lebih dalam.‘Jadi… ini baru permulaan,’ pikir Joko sambil merebahkan tubuhnya kembali ke kasur.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status