Home / Urban / Pusaka Wasiat: Lahirnya Penguasa Baru! / Bab 80 Keturunan Kencana Sejati

Share

Bab 80 Keturunan Kencana Sejati

last update Last Updated: 2025-10-24 21:50:37

Joko membayar kopinya yang hampir tak tersentuh, mengucapkan terima kasih dengan linglung pada Pak Min (yang auranya masih hijau tenang), lalu berjalan menjauh. Ia butuh waktu untuk mencerna semua ini. Ia butuh tempat yang tenang, tempat yang familiar. Ia butuh pulang.

Perjalanan kembali ke warteg terasa berbeda. Ia tidak lagi hanya melihat keramaian kota.

Kini ia melihat lautan energi yang bergolak. Ia melihat kecemasan dalam aura merah para pengendara motor yang terjebak macet. Ia melihat kelelahan dalam aura abu-abu para pekerja yang pulang larut malam. Ia bahkan melihat secercah kebahagiaan dalam aura kuning cerah seorang pedagang gorengan yang dagangannya laris manis.

Itu adalah sebuah pengalaman yang melelahkan secara mental. Ia mencoba untuk tidak terlalu memperhatikan, mencoba untuk mematikan ‘penglihatan’ barunya itu, namun ternyata tidak semudah itu.

Aura-aura itu kini menjadi bagian dari realitasnya, suka atau tidak suka.

Akhirnya, ia tiba kembali di gang kecil yang sudah t
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pusaka Wasiat: Lahirnya Penguasa Baru!   Bab 85 Rani

    “Sudah cukup untuk malam ini,” kata Khodam itu tiba-tiba. “Energi mentalmu sudah hampir habis. Latihan berlebihan hanya akan membahayakanmu. Sekarang kembalilah.”Sebelum Joko sempat bertanya bagaimana caranya kembali, sensasi melayang itu menghilang. Keindahan alam batinnya lenyap. Kegelapan di balik matanya kembali menjadi hitam pekat. Ia bisa merasakan kembali lantai papan yang dingin di bawahnya, mendengar kembali suara jangkrik dari luar jendela, merasakan kembali tubuhnya yang lelah.Ia membuka matanya. Ia kembali berada di dalam kamar kecilnya yang sempit. Lampu bohlam kuning masih menyala redup. Di luar, suara azan Subuh mulai terdengar sayup-sayup. Ia telah bermeditasi sepanjang malam tanpa ia sadari.Tubuhnya terasa luar biasa lelah, kepalanya sedikit pening, namun anehnya, ia juga merasa segar. Ada sesuatu yang berbeda di dalam dirinya. Sebuah pemahaman baru. Sebuah koneksi yang lebih dalam.‘Jadi… ini baru permulaan,’ pikir Joko sambil merebahkan tubuhnya kembali ke kasur.

  • Pusaka Wasiat: Lahirnya Penguasa Baru!   Bab 84 Kitab Dari Kakek 2

    Dan kitab kelima, yang terletak sedikit terpisah di tengah, berwarna putih keemasan yang cemerlang, sampulnya seolah terbuat dari cahaya murni yang dipadatkan. Kitab inilah yang paling menarik perhatian Joko. Ia merasakan tarikan yang kuat ke arahnya. Saat ia menatap aksara kuno di sampulnya, kata-kata itu seolah menari dan membentuk sebuah makna di benaknya: Raga Sukmo. Ilmu tentang jiwa, tentang alam tak kasat mata, tentang perjalanan melampaui batas fisik.“Jadi, kau sudah melihatnya,” suara Khodam itu bergema. “Lima pilar utama dari kekuatan Kencana. Fisik, Hati, Pikiran, Bayangan, dan Jiwa. Semuanya saling terkait, namun masing-masing adalah sebuah jalan tersendiri yang membutuhkan pengabdian seumur hidup untuk dikuasai.”Joko masih terpaku pada kitab kelima, kitab Raga Sukmo. Penglihatannya akan aura tadi sore, kemampuannya berkomunikasi dengan Khodam ini, pertarungannya melawan jin dan sihir, semuanya terasa begitu terkait dengan alam jiwa dan alam tak kasat mata. Ia ingin meng

  • Pusaka Wasiat: Lahirnya Penguasa Baru!   Bab 83 Kitab Dari Kakek

    Isak tangis Joko perlahan mereda di tengah keheningan alam batinnya yang penuh warna. Sosok Kakeknya masih berdiri di hadapannya, melayang dengan tenang, senyumnya tidak pernah pudar, memancarkan kasih sayang yang begitu murni hingga terasa menyakitkan sekaligus menenangkan. Air mata Joko kini bukan lagi air mata kesedihan yang meledak-ledak, melainkan aliran hening dari kerinduan yang tak terhingga. Ia tahu, seperti yang dikatakan oleh suara Khodam yang menyebalkan itu, ini hanyalah gema, sebuah ingatan. Namun, bisa melihat Kakeknya lagi, mendengar suaranya lagi, terasa seperti sebuah anugerah yang tak ternilai.“Sudah puas menangisnya, Le?” tanya sosok Kakek itu lembut, menggunakan panggilan sayangnya yang khas.Joko mengangguk pelan, menyeka sisa air matanya dengan punggung tangannya, meskipun di alam ini air mata itu terasa lebih seperti aliran energi hangat daripada cairan. “Maaf, Kek. Aku… aku hanya tidak menyangka bisa bertemu Kakek lagi.”Sosok Kakek itu terkekeh pelan, suara

  • Pusaka Wasiat: Lahirnya Penguasa Baru!   Bab 82 Kakek Selalu Melihatmu

    Yang tersisa hanyalah keheningan. Keheningan yang absolut dan begitu damai. Dan di tengah keheningan itu, kegelapan di balik matanya mulai berubah.Bukan lagi hitam pekat. Perlahan, muncul titik-titik cahaya kecil yang berkelip-kelip seperti bintang di kejauhan. Lalu, warna-warna lembut mulai muncul, berputar perlahan seperti nebula di angkasa. Warna biru langit yang tenang, hijau daun yang menyejukkan, kuning keemasan yang hangat. Warna-warna itu menari, menyatu, dan menciptakan sebuah pemandangan abstrak yang begitu indah dan menenangkan.Joko merasa tubuhnya menjadi ringan, seolah ia tidak lagi duduk di lantai papan yang dingin. Ia merasa seperti melayang di tengah kehampaan yang penuh warna dan cahaya ini. Rasa lelahnya lenyap. Rasa sakitnya hilang. Yang ada hanyalah kedamaian murni yang belum pernah ia rasakan seumur hidupnya.‘Di mana ini?’ pikir Joko, rasa takjub memenuhi dirinya.“Ini adalah gerbangnya, bocah,” jawab suara Khodam itu, suaranya kini terdengar lebih jauh, lebih

  • Pusaka Wasiat: Lahirnya Penguasa Baru!   Bab 81 Pengakuan Khodm

    Jadi… kuncinya ada padaku sendiri,’ pikir Joko, mengulang kembali inti dari penjelasan Khodam itu. ‘Kekuatan batin. Fokus. Ketenangan.’ Konsep-konsep itu terasa begitu abstrak bagi seorang pemuda desa yang hidupnya selama ini dipenuhi oleh kerja fisik dan naluri bertahan hidup yang sederhana. Bagaimana caranya melatih sesuatu yang tak terlihat seperti batin?Seolah bisa mendengar kebingungannya, suara Khodam itu kembali terdengar di benaknya, kali ini dengan nada tidak sabar. “Apa yang kau tunggu, bocah? Kau pikir pemahaman datang begitu saja seperti durian runtuh? Kau sudah tahu jalannya. Sekarang, mulailah melangkah!”Joko sedikit tersentak oleh nada perintah itu. ‘Melangkah? Sekarang? Tapi… aku lelah sekali,’ balas Joko dalam hati, rasa lelah yang luar biasa dari hari yang panjang kembali mengingatkan dirinya. Tubuhnya terasa seperti habis digilas, dan matanya berat seperti digantungi batu.Suara Khodam itu tertawa mengejek. “Hahaha! Lelah? Jiwa Kencana macam apa kau ini?! Pendahul

  • Pusaka Wasiat: Lahirnya Penguasa Baru!   Bab 80 Keturunan Kencana Sejati

    Joko membayar kopinya yang hampir tak tersentuh, mengucapkan terima kasih dengan linglung pada Pak Min (yang auranya masih hijau tenang), lalu berjalan menjauh. Ia butuh waktu untuk mencerna semua ini. Ia butuh tempat yang tenang, tempat yang familiar. Ia butuh pulang.Perjalanan kembali ke warteg terasa berbeda. Ia tidak lagi hanya melihat keramaian kota.Kini ia melihat lautan energi yang bergolak. Ia melihat kecemasan dalam aura merah para pengendara motor yang terjebak macet. Ia melihat kelelahan dalam aura abu-abu para pekerja yang pulang larut malam. Ia bahkan melihat secercah kebahagiaan dalam aura kuning cerah seorang pedagang gorengan yang dagangannya laris manis.Itu adalah sebuah pengalaman yang melelahkan secara mental. Ia mencoba untuk tidak terlalu memperhatikan, mencoba untuk mematikan ‘penglihatan’ barunya itu, namun ternyata tidak semudah itu.Aura-aura itu kini menjadi bagian dari realitasnya, suka atau tidak suka.Akhirnya, ia tiba kembali di gang kecil yang sudah t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status