LOGIN"Aku tidak perduli kakak Tian akan menikahi berapa istri, asalkan aku bisa bersama kakak Tian dan asalkan kakak Tian menyayangi ku dengan tulus, maka itu sudah cukup."
Mendengar jawaban cucunya, Ding Dan mengangguk. Lagi pula wanita mana yang tidak menyukai pahlawan, dan juga pahlawan mana yang tidak akan menyukai keindahan. Selama cucunya bisa sembuh dan hidup dengan baik, itu sudah merupakan berkah yang tak terhingga baginya. Shin Chi juga merasa keputusan putrinya adalah hal yang tepat. la lalu berkata, "Kamu benar sayang, ayah sangat bangga padamu. Orang sehebat Tuan muda Tian, memang sangat layak untuk di perjuangkan." "Jika begitu, maka aku akan menerima pertunangan ini dengan senang hati." Ujar Tian Fan dengan senyum tulus. "Aku juga menerima kakak Tian, aku berjanji akan melayani kakak Tian sepenuh hati." Ucap Qi jian penuh keyakinan. Tian Fan hanya menggaruk kepalanya, dan tersenyum. Tidak tau harus berkata apa. Tian Fan lalu meminta Qi Jian Untuk turun dari ranjang. la meminta Qi Jian untuk merasakan, apakah ada perubahan dengan kondisinya. Mereka semua sekarang sudah meninggalkan ruangan, lalu Tian Fan dan Ruo Qi Jian mulai berjalan-jalan di taman di sekitar rumah keluarga Ruo. Mereka berdua terlihat mulai terbiasa satu sama lain. Meski masih agak kaku, mereka berdua sudah mulai terlihat seperti pasangan. Terkadang mereka terlihat tertawa, terkadang mereka seperti membicarakan hal yang serius. ... Di sebuah perusahaan di barat kota Xia. Seorang gadis berusia dua puluhan, tampak marah-marah pada seorang lelaki tua. Gadis itu berkata pada orang tua di depannya, "Kakek, kenapa Kakek terus memaksa aku untuk bertemu dengan pria yang tidak ku kenal? Aku tidak mau menikah sekarang, aku masih ingin terus berkarir. Lagi pula dengan kesuksesanku sekarang, apa kah menurut kakek aku masih memerlukan seorang pria?" Tandas gadis cantik itu sambil berkacak pinggang. "Gadis kecil, kamu tidak tau jika aku sedang mencarikan mu seorang pria yang sangat hebat dan menjanjikan. Sehebat apapun kamu, meskipun kamu cucu kakek satu-satunya, kamu tetaplah hanya seorang wanita. Ada kalanya kamu akan menemui hal-hal sulit yang akan memerlukan keberadaan seorang pria." Ujar lelaki tua itu. Dia adalah Luo Shen kepala keluarga Luo, sedangkan gadis yang berbicara dengannya adalah Luo Shi Su, cucu perempuan satu-satunya. Shi Su adalah wanita dengan karir gemilang, dia adalah CEO Luo Grup International Inc. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kosmetik dan kecantikan. Salah satu perusahaan kelas atas di kota Xia. Luo Grup International Inc. menempati peringkat ketiga diantara perusahaan terbesar di kota Xia. Hanya ada Perusahaan Farmasi keluarga Ruo, di utara. dan perusahaan keluarga Bai di selatan yang merupakan pesaing kuatnya untuk menempati posisi pertama dalam kerajaan bisnis kota Xia. Lagi pula Meski keluarga Bai dan Keluarga Ruo adalah keluarga nomor satu dan dua di kota Xia, tapi dua keluarga itu memiliki bisnis yang berbeda dari keluarga Luo, Tidak berlebihan jika mengatakan bahwa keluarga Luo Adalah pemilik bisnis kosmetik nomor satu di kota Xia. Selain itu, kecantikan Luo Shi Su juga terkenal di seluruh kota Xia, bukan hanya itu gadis lulusan luar negeri itu juga merupakan Satu dari empat Nona muda tercantik di kota Xia. Orang-orang di kota Xia selalu mengatakan, 'Jika di utara ada Ruo Qi Jian, di selatan ada Bai Lu Qian, maka timur dan barat adalah milik Hua Mei Ling dan Luo Shi Su.' Empat gadis itu, bukan hanya memiliki kecantikan yang menawan, tapi juga punya latar belakang yang luar biasa. Tidak ada satupun dari empat gadis itu yang berani didekati dengan sembarangan. Bersambung. . .Setelah memasuki gua hingga bagian terdalam. Tian Fan mendapati sebuah ruangan yang sangat luas seperti kebun belakang sebuah rumah, energi disitu sangat pekat, bahkan hanya dengan berdiam diri disana Tian Fan merasakan energi sepiritual yang mengalir terus menerus ke dalam tubuhnya, terutama saat ia mendekati sebuah pohon besar yang akarnya menjuntai puluhan meter, batang pohon itu sendiri terlihat begitu besar dan tinggi, seolah-olah pohon itu menembus ruangan gua saking besar dan tingginya, namun tampaknya kebun itu adalah ruang rahasia lain yang tidak terbatas. Pohon itu memancarkan aura ungu pekat dan memberinya perasaan nyaman dalam jiwanya, karenanya Tian Fan dalam hatinya menyebut pohon itu dengan nama pohon roh ungu. Di bawah akar raksasa pohon roh ungu yang tumbuh menembus langit, ia merasakan sesuatu... aliran energi spiritual yang sangat murni, lembut, tapi kuat. Aura itu berdenyut seolah memanggilnya. “Tempat ini... warisan kuno,” gumamnya perlahan. Tian Fan segera
Langit di atas Alam Rahasia Xuan Ting bergulung perlahan, membentuk pusaran cahaya yang menyebar di sepanjang lembah kristal. Ribuan pilar spiritual berpendar di tanah, menandakan betapa kunonya tempat itu. Setiap batu, setiap aliran udara, bahkan setiap percikan embun mengandung aura murni yang tak mungkin ada di dunia biasa. Tian Fan berdiri di tebing tertinggi, kedua tangannya bersedekap, menatap ke bawah pada para peserta yang mulai berkelompok. Wajahnya tenang... matanya memantulkan sinar keemasan dari formasi langit yang berputar. Ia tahu betul, pertempuran besar akan segera terjadi... tapi kali ini, ia tidak ingin turun tangan. "Aku ingin melihat... sampai di mana batas kemampuan mereka," ucapnya pelan. Suaranya nyaris tenggelam di antara desiran angin. Di bawah sana, Bai Hua dan Lu Jiyi telah bersiap. Shen Yue berdiri di samping Ling Wu, memperhatikan gerakan formasi energi yang terbuka di depan mereka. Tiga pintu bercahaya melayang di udara, menjadi jalan masuk ke tiga wi
Kelompok Tian Fan melesat masuk ke dalam pusaran cahaya biru dari gerbang Alam Rahasia Xuan Ting. Begitu kaki mereka menjejak tanah, udara yang terasa di paru-paru berbeda... murni, segar, namun sarat energi yang berdenyut seakan hidup. Setiap napas terasa seperti memompa kekuatan ke dalam tubuh, dan aura spiritual di sekitar membuat semua anggota tim menegang penuh kewaspadaan. “Ini... indah sekali,” gumam Shen Yue, matanya menatap ke atas. Awan-awan biru muda melayang rendah di antara pepohonan bercahaya, sementara sungai kristal mengalir dengan gemericik yang menenangkan. Di kejauhan, Gunung Giok menjulang tinggi, berselimut kabut spiritual yang memantulkan sinar emas. “Tapi keindahan ini pasti menyimpan bahaya.” Lu Jiyi mencondongkan badan, menatap formasi alam yang tak biasa. “Aku sudah merasakan, energi di sini tidak stabil. Kita harus tetap waspada, bahkan saat hanya berjalan.” Bai Hua mengangguk. “Setiap tim harus membentuk formasi awal. Jangan sampai ada celah. Alam sepert
Pagi itu, langit Kota Tianque berpendar lembut. Kabut spiritual perlahan tersingkir oleh sinar mentari keemasan yang jatuh di atas arena utama. Suasana yang semalam penuh sorakan kini berganti dengan ketenangan yang khidmat. Ribuan mata menatap ke arah panggung pusat, tempat juri agung berdiri bersama para tetua sekte besar. Di sisi barat arena, sebuah gerbang batu raksasa berukir naga dan burung phoenix perlahan terbuka, memancarkan cahaya putih kebiruan yang menjulang tinggi ke langit. “Dengan ini,” suara juri agung menggema, “kami umumkan dua puluh kelompok yang berhak memasuki Alam Rahasia Xuan Ting untuk menjalani babak final turnamen antar sekte dimensi tengah!” Suara sorakan bergema lagi, kali ini disertai aura antusias yang menekan dada. Nama-nama tim pemenang disebut satu per satu, hingga akhirnya tibalah giliran kelompok terakhir. “Tim nomor satu dari Aliansi Empat Sekte... dipimpin oleh Xiao Tian.” Seketika seluruh arena hening sejenak, sebelum kembali bergemuruh. Banya
Langit di atas Kota Tianque pagi itu cerah, namun suasananya jauh dari tenang. Dari seluruh penjuru arena utama, ribuan penonton dan perwakilan sekte memadati tribun. Dentuman gong panjang menandai dimulainya tahap ketiga babak penyisihan, tahap yang akan menentukan siapa saja yang layak maju ke babak final turnamen antar sekte dimensi tengah. Sebanyak 200 peserta telah tersisa. Seperti di tahap kedua, mereka tetap dibagi menjadi 40 kelompok, masing-masing beranggotakan lima orang. Tahap ketiga kali ini bukan lagi pertarungan dengan penilaian masing-masing kelompok, melainkan pertarungan kelompok secara langsung di arena, di mana kekompakan dan strategi menjadi penentu utama. Dari 40 kelompok itu, hanya 20 kelompok pemenang yang akan maju ke babak final. Jika di antara anggota tim pemenang ada yang terluka parah atau gugur, maka peserta dengan poin tertinggi dari tim yang kalah akan menggantikannya di babak berikutnya. Pengumuman aturan itu disampaikan oleh juri agung dengan sua
Cahaya pagi menyinari Kota Tianque, namun di tengah kegembiraan turnamen, ketegangan tetap terasa. Tian Fan berdiri di tepi jalan setapak bersama Xiao Zining, Bai Hua, Lu Jiyi, dan Shen Yue. Mata mereka menatap jauh ke arah pegunungan barat, di mana aura Tian Mo masih samar terasa, seperti jejak kabut yang enggan menghilang. “Jejaknya masih ada di sana,” kata Tian Fan, suara tenang tapi tegas, “ia mencoba menghilang, tapi darah keluarga dan garis keturunan naga langit selalu bisa menuntun kita. Kita harus bergerak cepat sebelum ia benar-benar menghilang.” Xiao Zining mengangguk, matanya menatap jejak energi yang berkilat samar di tanah dan bebatuan. “Dia pasti sadar kalau keluarganya telah hancur… dan jika ia menemukan aku sebagai murid Sekte Putra Langit di tim kita, dia pasti ketakutan. Dia mungkin tidak akan menyerah sebelum menemukan jalan keluar sendiri.” “Benar,” Bai Hua menambahkan, menatap lembah dengan serius. “Tian Zen Yu sudah tewas. Dia tahu perlindungan terakhirnya len







