Semua anggota keluarga Ruo masih menatap Tian Fan tampa berkedip.
Tian Fan yang ditatap semua orang, hanya bisa tersenyum canggung dan menjawab, "Y... Ya, aku adalah kultivator." Jawab Tian Fan dengan tidak berdaya, seakan sudah tau maksud dari pertanyaan itu. "Bagus lah, kalau begitu..." Belum sempat Ding Dan menyelesaikan kalimatnya. Tian Fan terlebih dahulu memotongnya dengan berkata, "Kakek Ruo, aku sebenarnya juga sangat menyukai Nona Qi Jian, tapi aku baru saja tiba di kota ini, aku juga belum punya tempat tinggal. Selain itu Nona Qi Jian juga baru saja sadar dari pingsannya. Jadi mungkin kita lebih baik jangan membahas itu sekarang." Mendengar itu, semua anggota keluarga Ruo merasa sedikit kecewa. Hanya Ruo Qi Jian yang wajahnya memerah, ia hanya mengingat dua kata dari perkataan Tian Fan yaitu kata 'sangat menyukai' saat ini hatinya berbunga-bunga. Jantungnya berdegup kencang. Sejak ia tau kalau dirinya di jodohkan, ia selalu penasaran dengan, siapa pria yang akan jadi calon suaminya. Bagai mana rupanya, bagaimana sifatnya, siapa namanya, apakah pria itu akan menyukai dirinya, lalu apakah dia akan menyukai pria itu. Semua kalimat itu selalu terbayang di benaknya. Sampai saat tadi ia tersadar dari pingsannya dan membuka mata, ia mendapati sesosok pria asing yang duduk disebelah tempatnya berbaring. la menatap pria itu, mengamatinya dengan seksama. la bisa melihat ketulusan dimata pria itu. Selama ini pandangan para pria yang menatapnya hanya ada dua jenis, pertama karena kasihan dan yang lainnya hanya karena bernafsu pada kecantikan wajah dan tubuhnya. Tetapi saat ia melihat tatapan Tian Fan tadi, ia merasa dalam tatapan itu tersirat kelembutan dan kasih sayang. Sejak saat itu ia telah memantapkan hatinya jika memang Tian Fan adalah pria yang di jodohkan untuknya, ia akan menerimanya dengan senang hati. Tepat saat ia mendengar kata 'sangat menyukai' yg diucapkan Tian Fan, dia sudah memutuskan untuk menyerahkan dirinya, jiwa raganya, hanya pada Tian Fan seorang. "Nona Qi Jian, bagai mana menurut mu? Bukan kah perkataanku benar?" Seketika pertanyaan itu membuat Qi Jian tersentak dan segera tersadar dari lamunannya. "A... aku ikut kata kakak Tian saja." Jawabnya sembari menundukkan kepalanya karena malu. "Kakek Ruo, Kakek dengar 'kan? Bisa jadi juga Nona Qi Jian tidak menyukai ku, jadi bagaimana bisa kita memutuskan pernikahan secara sepihak." Lanjut Tian Fan. la mengucapkan itu dengan mempertimbangkan perasaan Qi Jian. Bagaimanapun juga, ia tidak ingin memanfaatkan keadaan Qi Jian untuk memaksakan kehendak padanya. Meskipun jika ia menikahi Qi Jian, itu akan memberi pengaruh positif pada perkembangan kultivasinya. Tetapi dia bukanlah laki-laki brengsek yang hanya memikirkan diri sendiri. Lagi pula, ia masih punya tiga perjanjian pernikahan lain, selain dengan Qi Jian. Apakah Qi Jian akan dapat menerima semua itu? Saat Tian Fan masih tenggelam dalam pikirannya sendiri, Qi Jian tiba-tiba mengangkat kepalanya dan berkata, "Tidak, kakak Tian, aku suka kakak Tian... aku juga sangat suka..." Mendengar ucapan Qi Jian, seluruh ruangan hening seketika. Saking heningnya, bahkan suara jarum jatuh pun dapat terdengar. Kemudian semua orang menatap ke arah Qi Jian. Menyadari tatapan semua orang, Qi Jian kembali menunduk malu dan meremas seprai dengan kedua tangannya. "Kamu serius?" Rue Ding Dan adalah yang pertama sadar. la tersenyum dan mendekati cucunya, lalu berkata. "Kalau begitu begini saia, Hari ini pertunangan Tuan muda Tian dengan Qi Jian akan di resmikan." Mendengar itu semua anggota keluarga Ruo mengangguk setuju, Lin Qi segera mendekati putrinya dan menggenggam lembut kedua bahunya. Tian Fan terpana menyaksikan kejadian ini, ia lalu berkata, "Nona Qi Jian, tapi kamu harus tau kalau aku masih punya tiga perjanjian pernikahan lagi apa kamu bisa menerimanya?" Dia hanya ingin berkata jujur pada Qi Jian, agar nantinya tidak ada penyesalan di hati gadis itu. Bersambung. . .Tian Fan menatap Ji Fei, Leng Yue, dan Kong Bai Ren dengan tenang, senyum tipis masih terselip di wajahnya. “Para senior tidak perlu khawatir. Murid baru yang aku kirim tidak akan ikut bertarung. Ia hanya akan menjadi pendamping. Ini pertama kalinya Sekte Putra Langit berpartisipasi, dan aku tidak mau terjadi sesuatu pada murid-muridku.” Ji Fei mengangguk pelan, matanya bersinar penuh pengertian. “Tepat sekali, Saudara Tian. Keselamatan mereka tetap prioritas.” Leng Yue menambahkan, suaranya tenang namun jelas, “Kami juga memahami. Ini baru kali pertama sekte-sekte lain melihat Sekte Putra Langit. Tentu akan ada kejutan tersendiri.” Kong Bai Ren memandang Tian Fan sejenak sebelum menatap rekan-rekannya. “Berapa banyak murid yang akan kami kirimkan sebagai perwakilan? Jumlah ini akan menentukan keseimbangan kompetisi.” Ji Fei tersenyum tipis. “Sekte kami… akan mengirim sekitar lima belas murid.” Leng Yue mengangguk. “Sekte kami sedikit lebih banyak, sekitar tujuh belas murid. Semu
Setelah pengumuman Alam Rahasia Xuán Tíng dan Turnamen Seribu Bintang, suasana di aula Sekte Putra Langit berubah menjadi serius. Tian Fan duduk di sisi utama, tangannya bersedekap di atas lutut, menatap Ji Fei, Leng Yue, dan Kong Bai Ren. Murid-murid menyiapkan minuman hangat, tetapi tidak ada yang berani memotong pembicaraan; mereka tahu momen ini penting. Tian Fan mencondongkan tubuh sedikit, senyum tipisnya muncul di wajah. “Para senior, sebelum kami benar-benar bersiap, aku ingin memahami persyaratan Turnamen Seribu Bintang. Sekte mana saja yang boleh ikut, dan batasan kultivasinya bagaimana?” Ji Fei mengangguk, senyum hangat mengembang. “Saudara Tian, Turnamen ini… berbeda dari Perburuan Langit ke-108. Bukan semua sekte bisa mengirimkan muridnya. Hanya mereka yang memenuhi kriteria tertentu, dan semua peserta akan melalui verifikasi tingkat kultivasi sebelum pertandingan.” Leng Yue menambahkan, suaranya tenang namun jelas, “Batas bawah adalah Ranah Pengumpulan Qi tahap awal,
Di dalam aula utama Lembah Putra Langit, Tian Fan menatap Ji Fei, Leng Yue, dan Kong Bai Ren dengan sorot mata tenang. Teh hangat dan kue ringan sudah tersaji oleh para murid, sementara Shishi duduk dekat ayahnya, sesekali tersenyum melihat interaksi hangat itu. Tian Fan memulai, suaranya tenang namun tegas: “Para senior, aku ingin tahu… sekte-sekte mana saja yang akan berpartisipasi dalam Turnamen Seribu Bintang? bukankah, sekte yang hadir di Perburuan Langit ke-108 hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan sekte di Dimensi Menengah?” Ji Fei mengangguk, senyum ramahnya menenangkan ruangan. “Saudara Tian, benar. Banyak sekte besar belum pernah ikut Perburuan Langit. Turnamen ini akan mempertemukan hampir semua kekuatan utama di lima benua.” Leng Yue mencondongkan tubuh, membuka gulungan emas dari cincin spasialnya. Cahaya ungu memancar membentuk simbol teratai berlapis sembilan. “Mari kita mulai dengan lima sekte teratas yang pasti ikut. Mereka adalah Sekte Langit Emas, Sekte Es Aba
Hari berikutnya, setelah ujian terakhir selesai, Lembah Putra Langit dipenuhi udara pagi yang segar. Kabut tipis melayang di atas atap batu giok sekte, memantulkan cahaya lembut ke seluruh lembah. Murid-murid yang kelelahan masih berserak di berbagai sudut. Wu Lin Jia duduk di tepi kolam meditasi, menatap air sambil mengatur pernapasan. Bao Zhang dan Bao Jie berlatih ringan dengan pedang kayu, memperbaiki gerakan mereka. Bai Guan Xing membantu beberapa murid baru menyesuaikan diri dengan energi sekte, memberi latihan dasar untuk memperkuat inti spiritual. Di taman, Tian Fan duduk di bawah pohon Lian Shen, tangan diletakkan di atas lutut, menatap murid-murid dengan senyum tipis. Shishi bermain-main di sampingnya, meski perutnya yang tengah mengandung sudah mulai terlihat. Qi Jian duduk beberapa langkah dari mereka, mengamati murid-murid dengan sorot mata tajam, namun lembut. Tang Xian Er dan Hua Mei Ling duduk di sisi lain, menjaga suasana, tetap anggun dan penuh wibawa. Suasana dam
Langit Lembah Abadi masih diselimuti kabut ungu keperakan yang perlahan menipis. Tiga hari tiga malam ujian telah dilalui, namun aura kemenangan justru baru mulai terasa pagi ini. Angin spiritual mengalir lembut di sela dedaunan langit, membawa bau ramuan, darah, dan... harapan. Di tengah arena spiritual, Tian Fan duduk bersila di atas lingkaran formasi emas. Aura dari delapan elemen menyatu dalam napasnya yang tenang. Pakaian hitamnya berkibar pelan, namun tak satu pun kotoran melekat padanya, seperti seorang pangeran surgawi yang baru saja turun dari langit. Mengelilinginya berdiri Empat Tetua Agung: Shu Tian Dao, Yu Lie Shan, Gu Shin Tian, dan Jiang Lian Nie. Mereka berdiri di atas pilar teratai spiritual, namun tatapan mereka bukanlah tatapan guru kepada murid... melainkan hormat kepada sosok yang telah melampaui batas-batas yang mereka sendiri tetapkan. Shu Tian Dao melipat tangan di dada. Suaranya tegas namun tulus. "Tian Fan... sejak kecil kau selalu menentang arah latihan
Setelah pengangkatan resmi Xiao Zi Ning sebagai murid langsung kelima, suasana di Paviliun Tengah belum sepenuhnya tenang. Bahkan, belum sempat semua hadirin kembali ke tempat masing-masing, suara berat namun hangat menggema dari atas langit spiritual: “Tian Fan... kau pandai bicara, bagaimana kalau sekarang kau yang diuji.” Itu adalah suara keempat Tetua Agung. Bersatu. Satu kalimat, namun membawa tekanan setara empat langit runtuh. Wu Lin Jia dan Bai Guan Xing saling pandang, Bao Jie bahkan nyaris tergelincir dari kursinya. “Waduh... sekarang giliran Kakak Guru diuji,” gumam Guan Xing. Di puncak tertinggi Sekte Langit Abadi, empat sosok agung telah menunggu dalam lingkaran roh. Mereka adalah: Shu Tian Dao sang Dewa Perang, Yu Lie Shan sang Dewi Roh, Gu Shin Tian si Pedang Dua Mata, dan Jiang Lian Nie, sang Ratu Pengobatan. Meski mereka jarang turun tangan secara langsung, semua murid di sekte tahu: keempatnya adalah fondasi awal dari berdirinya sekte itu. Mereka bukan hany