Share

3. Sumpah Raja Arsen

Rombongan raja Arsen memacu kuda dengan kecepatan penuh. Lokasi lembah Ilusi yang jauh dari negeri Putih membuat rombongan membutuhkan waktu yang cukup panjang, dan raja Arsen ingin sampai di lembah Ilusi sebelum matahari kembali terbenam. Menurut patih Rouvin, waktu yang memungkinkan raja Arsen bisa bertemu dengan ratu Penelope adalah saat-saat terbenamnya matahari.

Patih Rouvin bertanggung jawab penuh di kerajaan selama sang raja melakukan perjalanan bersama panglima Felix dan beberapa prajurit pilihan. Penasehat Evander bertugas mendampingi patih Rouvin dan diberikan tanggung jawab untuk memberikan keputusan jika terjadi sesuatu hal yang diluar dugaan. Dua orang kepercayaan raja Arsen itu tidak pernah mengecewakan.

"Panglima Felix, kau sudah memastikan perjalanan kita aman, bukan? Aku tidak mau terjadi hambatan yang berarti sehingga membuat perjalanan kita tertunda. Aku tidak bisa menunda sedetik pun untuk menyelamatkan putriku, kau paham!" seru sang raja di sela kegiatannya menunggang kuda yang dipacu dengan kecepatan penuh.

"Hamba sudah mengirim beberapa prajurit ke beberapa titik untuk mengamankan perjalanan kita, Paduka. Hamba sudah memastikan perjalanan kita aman," jawab panglima Felix yakin.

"Bagus! Kau tidak pernah mengecewakan aku, Panglima Felix!"

"Kepuasan Paduka adalah kewajiban hamba."

"Dengar, Panglima Felix, jika sesuatu terjadi maka kau harus pulang dengan selamat ke kerajaan untuk melapor pada patih Rouvin dan juga Plpenasehat Evander, kau ingat itu!"

"Tidak akan terjadi apapun pada Paduka Raja. Kita pergi bersama maka harus pulang bersama pula," sahut panglima Felix yang secara halus menolak perintah sang raja. Tentu saja ia tidak tega meninggalkan junjungannya seorang diri.

"Ini perintah! Tidak ada diskusi, mengerti!" titah sang raja begitu tegas sehingga tak terbantahkan.

"Baik, Paduka!" Panglima Felix tak bisa berkata-kata selain mengiyakan perintah sang junjungan.

"Percepat pergerakan! Sebentar lagi sang surya akan kembali ke peraduan." Raja Arsen memberikan aba-aba dan semua rombongan kompak memacu kuda agar bergerak lebih cepat lagi.

***

Warna keemasan matahari di ufuk barat memberikan satu kehangatan. Rombongan raja Arsen telah tiba di lembah Ilusi dan kini mereka tengah menunggu saat-saat bangsa unicorn menampakkan diri, sebelum kembalinya sang surya ke peraduan kemudian digantikan oleh sang bulan.

Raja Arsen telah melakukan meditasi di posisinya, posisi di mana kala itu ia berdiri ketika ratu Penelope memberikan kutukan padanya, sedangkan Panglima Felix dan rombongannya mengawasi dari kejauhan.

Harum semerbak menelusup ke indera penciuman sang raja negeri Putih. Menurut informasi yang diberikan penasehat Evander, aroma seperti itu adalah pertanda kedatangan bangsa unicorn. Raja Arsen telah mempersiapkan diri untuk menghadap ratu Penelope dan ia akan berusaha meminta pengampunan kepada bangsa yang suci itu, agar ratu Penelope bersedia mencabut kutukan yang diderita putri Aludra.

"Sepertinya kita memiliki seorang tamu terhormat, Raja." Ratu Penelope yang menyadari keberadaan raja Arsen, bicara demikian pada sang raja.

"Sebaiknya kita temui Raja Arsen, Ratuku," sahut raja Eros.

Ratu Penelope mengangguk setuju. Perlahan mereka mulai menampakkan diri di hadapan raja Arsen, disusul para pengawal yang juga ikut menampakkan diri atas izin raja Eros.

Ya, bangsa unicorn adalah bangsa yang suci. Mereka tidak mudah untuk ditemui dan mereka juga tidak akan menampakkan diri di depan sembarang orang. Jika sekarang mereka menampakkan diri di depan raja Arsen maka mereka memang menginginkan dirinya dilihat oleh raja Arsen.

"Sebuah kehormatan raja dari negeri Putih singgah ke wilayah kami. Selamat datang, Raja Arsen." Raja Eros menyambut kedatangan raja Arsen dengan ramah.

"Terimalah salah hormatku, Raja Eros, Ratu Penelope." Raja Arsen menjura hormat.

"Tidak perlu sungkan, Raja Arsen," balas raja Eros. "Jika aku perhatikan sepertinya kau sedang gelisah. Apa yang membuatmu begitu gelisah, Raja Arsen?" lanjutnya.

"Aku memang sedang gelisah, Raja, dan aku sangat membutuhkan pertolongan kalian, terutama pertolongan ratu Penelope."

"Apa yang bisa aku lakukan untuk menolongmu, Raja Arsen?" tanya ratu Penelope tanpa basa-basi.

"Mohon ampuni dosaku dan hapuskan kutukan yang diterima putriku, Ratu," kata Raja Arsen memohon.

"Putri?" Raja Eros merapons.

"Benar, Raja. Aku baru saja dikaruniai seorang putri. Istriku telah melahirkan seorang putri yang sangat cantik dan beraroma sangat harum, namun seiring bergantinya siang menjadi malam, aroma harum itu pun berganti menjadi aroma bangkai. Mohon ratu Penelope untuk menghapus kutukan yang melekat pada putriku," jelas Raja Arsen panjang.

"Selamat atas kelahiran putri pertamamu, Raja Arsen. Aku turut senang karena kau telah memiliki keturunan. Tapi maaf sepertinya kedatanganmu kemari sia-sia, aku tidak bisa mencabut kutukan itu. Pantang bagiku untuk menarik kembali kata-kata yang pernah aku ucapkan." Ratu Penelope membalas ucapan raja Arsen sama panjangnya.

"Ampuni aku, Ratu."

"Aku telah mengampuni kesalahanmu, Raja Arsen, namun kutukan tetap berjalan. Aku hanya ingin memberimu peringatan bahwa sebagai raja kau seharusnya lebih berhati-hati dalam bertindak!" ucap ratu Penelope tegas.

"Tolonglah aku, Ratu, aku rela melakukan apapun demi putriku, tolong ...."

"Tidak ada yang bisa mengubah keputusan yang telah aku buat. Pergilah, karena kau tidak akan mendapatkan apa yang kau inginkan!" kata Ratu Penelope lalu membalikkan tubuhnya untuk segera kembali ke kerajaannya. "Kita pergi, Raja," lanjutnya sebelum ia menghilang dari pandangan raja Arsen.

"Raja, tolong. Bantulah aku." Raja Arsen kembali memohon.

"Aku minta maaf, Raja Arsen, tidak ada yang bisa aku lakukan untuk membantumu. Keputusan ratuku sudah bulat." Setelah mengucapkan itu raja Eros ikut berbalik dan menghilang dari pandangan Raja Arsen.

"Demi menebus dosaku, dan demi mendapatkan pengampunan dari Ratu Penelope, aku akan tinggal di sini sampai Ratu bersedia menghapuskan kutukan yang diderita putriku," ujar raja Arsen sungguh-sungguh. Meskipun raja dan ratu dari bangsa unicorn sudah tidak terlihat oleh pandangan matanya, namun raja Arsen masih bisa merasakan keberadaan mereka.

Dari kejauhan panglima Felix merasa was-was melihat perubahan mimik wajah sang junjungan. Firasatnya mengatakan bahwa sang raja tidak berhasil membujuk ratu dari bangsa unicorn tersebut.

Kali ini panglima Felix dan beberapa pengawal tidak bisa melihat bangsa unicorn yang berhadapan dengan raja Arsen tadi, berbeda dengan kala itu saat ratu Penelope mengucapkan kutukan, semua warga negeri Putih dapat melihat bangsa unicorn.

Panglima Felix segera berlari menghampiri sang raja ketika tiba-tiba saja raja Arsen duduk bersimpuh di atas tanah begitu saja.

"Paduka, bangunlah!"

"Jangan menggangguku! Biarkan aku tetap seperti ini!" Raja Arsen menepis tangan panglima Felix yang hendak membantunya berdiri.

"Apa yang terjadi, Paduka? Apakah ratu Penelope tidak mengabulkan keinginan Paduka?" tanya panglima Felix cemas.

Raja Arsen menggeleng.

"Pulanglah! Tinggalkan aku di sini. Perintahkan semua pasukan untuk pulang bersamamu!"

"Tidak, Paduka, itu sangat berbahaya jika Paduka seorang diri di sini!"

"Tidak ada yang akan menggangguku, Panglima Felix! Tidak ada yang berani menginjakkan kaki di lembah Ilusi."

"Jika hamba pulang maka Paduka harus ikut. Semua orang menunggu kabar dari Paduka." Panglima Felix masih mencoba membujuk sang raja untuk ikut pulang ke kerajaan negeri Putih.

"Sampaikan bahwa aku belum berhasil membujuk ratu Penelope, tapi aku tidak akan menyerah. Aku telah bersumpah untuk tidak beranjak dari tempat ini sampai ratu Penelope mengabulkan permintaanku!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status