Share

Bab 5 Sosok Misterius

Spontan aku kaget. Melihat sosok itu seorang perempuan cantik aku rasa, berpakaian semua serba hitam, berbibir merah terang. Remang-remang aku melihatnya.

"Si..si...Siapa kamu? Kok bisa masuk ke dalam rumahku." 

Sangat kaget aku dan terheran- heran masuk dari mana dia sedangkan pintu semua terkunci dari dalam.

"Jangan takut. Maaf ya aku mengagetkanmu. Karena besok kamu sudah mau pindah dari sini. Tugasku untuk menjagamu dan putrimu sudah selesai. Selalu berhati-hatilah. Sampai ketemu lagi. Anakmu sangat lucu banyak sekali yang menyayanginya. Aku pamit ya." Langsung cling menghilang begitu saja.

Masya Allah apa itu aku kaget. Aku spontan langsung berdiri dan jalan bolak balik dari ruangan depan, belakang, dan dapur. Masih penasaran aku siapa dia sebenarnya. Tapi aku bolak balik tidak ada orang. Aku reflek buka pintu rumah dengan berpikiran mungkin saja sosok itu masih ada di situ. Ternyata tidak, aku tengak tengok jalanan sudah sepi maklum saat itu sudah lewat tengah malam. Tidak mau berpikir macam- macam karena aku sudah sangat mengantuk aku langsung tertidur. Karena besok hari yang sangat melelahkan kami harus pindah kontrakan lagi.

🌾🌾🌾

Keesokan harinya,

🌾🌾🌾

Aku sudah rapi dan anakku yang cantik juga sudah rapi, sudah sarapan dan mandi. Tidak lama suamiku datang bersama temannya membantu kami pindahan. Kami pindah di daerah Cilengsi. Alhamdullilah baru saja aku pindah aku sudah begitu akrab dengan orang-orang yang mengontrak di dekatku sudah seperti saudara. Bahkan kami sering mengadakan makan bersama. Oh ya lupa aku ceritakan, Di kontrakan sebelumnya ternyata aku kebobolan dan sedang hamil anak ke 2 dengan usia kehamilan sudah 3 bulan. Campur aduk rasanya saat itu. Disaat yang sama aku memikirkan putri kecilku bagaimana dengan terapinya. Apakah nanti dia akan iri karena masih kecil sudah mau punya adik? Dan bagaimana...bagaimana...begitu banyak pertanyaan di pikiranku.

Tapi kata suamiku disyukuri saja bun. Biar sekalian nanti kita capeknya.

Ada kejadian lucu saat kami sedang acara makan malam bersama  di rumah tetangga kontrakan ku tinggal. Anakku saat itu sudah berumur mau jalan 1 tahun. Dia ketawa sendiri sambil mempratekkan jalannya si pocong. Oh ya disini dia sudah bisa berdiri dan berjalan sedikit-sedikit dengan menggunakan sepatu khusus. Lagi asyiknya mengobrol. Aku memperhatikan gelagat putri kecilku. Ada yang aneh pikirku. Dia tertawakan siapa. Sedangkan aku tidak melihat siapa-siapa. Langsung aku menghampiri anakku.

"Naya cantik (nama samaran). Anak bunda dari tadi bunda perhatikan tertawanya senang sekali sampai seperti itu. Tertawakan siapa nak ada yang lucukah."

"Tu Iba (artinya bunda). Ucu alannya ompat-ompat. Aya ini ni. 

"Itu bunda. Lucu jalannya lompat-lompat. Kayak gini nih."

Sambil mempraktekkan lompatnya pocong.

"Aduh nak hati-hati kaki Naya kan lagi sakit." Kataku khawatir.

 

"Ya sudah sini nak masuk. Sambil menggendong anakku. Aku berbisik pada suamiku. Kalau aku pulang duluan beralasan Naya sudah mengantuk saat itu. Karena aku merasa ada yang tidak beres aku berpamitan pulang kepada tetanggaku. 

Tak terasa usia kandunganku sudah memasuki 38 minggu. Dini hari aku merasa sangat lapar. Tapi aku merasa kok aku makan tidak merasa kenyang-kenyang. Habis subuh suamiku  terbangun dan melihatku berjalan bolak-balik. Sambil menggendong Naya dia menghampiriku.

"Bun kamu kenapa sih bolak balik kayak seterikaan begitu".

"Ga tau nih yah tadi bunda kan habis makan. Tapi kok perut bunda ngerasa ga enak. Apa kekenyangan ya."

"Mules ga bun."

Aku menjawab dengan menggeleng.

"Apa sudah HPL nya bun". 

"Belum yah. Masih seminggu lagi."

Saat jam menunjukkan pukul.6 pagi. Aku bilang suamiku seperti ada yang tidak beres dengan perutku. Aku memintanya mengantarkanku ke bidan.

Sesampainya di bidan aku langsung ditangani. Bidan itu langsung kaget kalau bayiku sudah kelihatan kepalanya di jalan lahir. Kaget sekali aku karena aku sama sekali tidak merasakan mulas.

Beda saat melahirkan Naya yang penuh rasa sakit. Kelahiran anakku yang kedua ini sangat mudah. Hanya mengejan sekali saja bayiku sudah keluar. 

 

"Sudah bu...sudah..ja..ngan mengejan lagi."

Tapi karena punya pengalaman susah keluar di proses kelahiran anak pertama aku tetap mengejan beberapa kali walaupun bayiku sudah keluar dan tetap aku mengangkat pan**tku. Alhasil robekan sangat besar aku alami. 

"Yah ibu saya suruh berhenti mengejan malah mengejan terus. Jadi robek lebar kan. Harus dijahit banyak deh. Bikin kerjaan saya saja." Ngedumel bidan itu.

"Iya maaf bu bidan."Kataku.

Setelah selesai bayiku langsung diazani suamiku dan aku susui. Beda sama Naya. Putra keduaku ini lebih ke putih dan sipit dan juga gemuk sekali badannya yang hampir mencapai 4 kilo.

Karena hari semakin sore. Dan aku harus tetap menginap di bidan untuk observasi. Aku belum diperbolehkan pulang.

"Yah, ayah sama Naya pulang saja. Kasian Naya kalau harus tidur di sini." Bujukku.

"Tapi bunda ga apa-apa kalau ayah pulang. Sendirian di sini?"

"Ga apa-apa yah. Ayah pulang saja istirahat. Bunda kan di sini ada bu bidan. Sekalian bawa ari-ari anak kita langsung bersihkan dan kuburkan ya yah."

"Ya sudah ayah ma Naya pulang dulu yah. Besok pagi ayah ma Naya ke sini lagi. (Kata suamiku sambil mencium keningku dan bayiku).

"Da..da..dede ayi. Ecok aku kecini agi ya. Da..da..Iba ."

"Da..da..dede bayi. Besok aku kesini lagi ya. Da..da..bunda."

🌾🌾🌾

Saat jam 2 dini hari.

Aku merasa ada yang mencium keningku di saat aku tidur. Ternyata suamiku.

"Ya Allah ayah kenapa jam segini ke sini. Mana Naya? Kasian Naya malam-malam dibawa ke sini."

"Naya rewel bun. Manggil-manggil namamu terus. Semua penghuni kontrakan di buat repot. Banyak yang gendong mau menidurkan. Setelah tidur mengigau bangun terus manggil-manggil nama kamu terus. Terus kata mereka kadang Naya aneh bun suka ngomong sendiri. Bikin tetangga merasa takut kalau aku minta tolong jagain Naya sebentar."

"Woalah aku lupa Naya kalau tidur harus diusap-usap punggungnya dan disenandungin lagu shalawatan. Baru dia bisa tidur."

Dan memang kadang-kadang kalau malam ada yang suka mengajak Naya main. Dan itu hanya aku yang bisa melihatnya.

"Uh anak cantik bunda. Sini tidur deket bunda. Ga bisa bobo jauh dari bunda ya nak. Sambil mengusap-ngusap punggungnya dan terkadang menepuk-nepuk pantatnya sambil bershalawat. Barulah putri kecilku tertidur. 

🌾🌾🌾

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status