Spontan aku kaget. Melihat sosok itu seorang perempuan cantik aku rasa, berpakaian semua serba hitam, berbibir merah terang. Remang-remang aku melihatnya.
"Si..si...Siapa kamu? Kok bisa masuk ke dalam rumahku."
Sangat kaget aku dan terheran- heran masuk dari mana dia sedangkan pintu semua terkunci dari dalam.
"Jangan takut. Maaf ya aku mengagetkanmu. Karena besok kamu sudah mau pindah dari sini. Tugasku untuk menjagamu dan putrimu sudah selesai. Selalu berhati-hatilah. Sampai ketemu lagi. Anakmu sangat lucu banyak sekali yang menyayanginya. Aku pamit ya." Langsung cling menghilang begitu saja.
Masya Allah apa itu aku kaget. Aku spontan langsung berdiri dan jalan bolak balik dari ruangan depan, belakang, dan dapur. Masih penasaran aku siapa dia sebenarnya. Tapi aku bolak balik tidak ada orang. Aku reflek buka pintu rumah dengan berpikiran mungkin saja sosok itu masih ada di situ. Ternyata tidak, aku tengak tengok jalanan sudah sepi maklum saat itu sudah lewat tengah malam. Tidak mau berpikir macam- macam karena aku sudah sangat mengantuk aku langsung tertidur. Karena besok hari yang sangat melelahkan kami harus pindah kontrakan lagi.
🌾🌾🌾
Keesokan harinya,
🌾🌾🌾
Aku sudah rapi dan anakku yang cantik juga sudah rapi, sudah sarapan dan mandi. Tidak lama suamiku datang bersama temannya membantu kami pindahan. Kami pindah di daerah Cilengsi. Alhamdullilah baru saja aku pindah aku sudah begitu akrab dengan orang-orang yang mengontrak di dekatku sudah seperti saudara. Bahkan kami sering mengadakan makan bersama. Oh ya lupa aku ceritakan, Di kontrakan sebelumnya ternyata aku kebobolan dan sedang hamil anak ke 2 dengan usia kehamilan sudah 3 bulan. Campur aduk rasanya saat itu. Disaat yang sama aku memikirkan putri kecilku bagaimana dengan terapinya. Apakah nanti dia akan iri karena masih kecil sudah mau punya adik? Dan bagaimana...bagaimana...begitu banyak pertanyaan di pikiranku.
Tapi kata suamiku disyukuri saja bun. Biar sekalian nanti kita capeknya.
Ada kejadian lucu saat kami sedang acara makan malam bersama di rumah tetangga kontrakan ku tinggal. Anakku saat itu sudah berumur mau jalan 1 tahun. Dia ketawa sendiri sambil mempratekkan jalannya si pocong. Oh ya disini dia sudah bisa berdiri dan berjalan sedikit-sedikit dengan menggunakan sepatu khusus. Lagi asyiknya mengobrol. Aku memperhatikan gelagat putri kecilku. Ada yang aneh pikirku. Dia tertawakan siapa. Sedangkan aku tidak melihat siapa-siapa. Langsung aku menghampiri anakku.
"Naya cantik (nama samaran). Anak bunda dari tadi bunda perhatikan tertawanya senang sekali sampai seperti itu. Tertawakan siapa nak ada yang lucukah."
"Tu Iba (artinya bunda). Ucu alannya ompat-ompat. Aya ini ni.
"Itu bunda. Lucu jalannya lompat-lompat. Kayak gini nih."Sambil mempraktekkan lompatnya pocong."Aduh nak hati-hati kaki Naya kan lagi sakit." Kataku khawatir.
"Ya sudah sini nak masuk. Sambil menggendong anakku. Aku berbisik pada suamiku. Kalau aku pulang duluan beralasan Naya sudah mengantuk saat itu. Karena aku merasa ada yang tidak beres aku berpamitan pulang kepada tetanggaku.
Tak terasa usia kandunganku sudah memasuki 38 minggu. Dini hari aku merasa sangat lapar. Tapi aku merasa kok aku makan tidak merasa kenyang-kenyang. Habis subuh suamiku terbangun dan melihatku berjalan bolak-balik. Sambil menggendong Naya dia menghampiriku.
"Bun kamu kenapa sih bolak balik kayak seterikaan begitu".
"Ga tau nih yah tadi bunda kan habis makan. Tapi kok perut bunda ngerasa ga enak. Apa kekenyangan ya."
"Mules ga bun."
Aku menjawab dengan menggeleng.
"Apa sudah HPL nya bun".
"Belum yah. Masih seminggu lagi."
Saat jam menunjukkan pukul.6 pagi. Aku bilang suamiku seperti ada yang tidak beres dengan perutku. Aku memintanya mengantarkanku ke bidan.
Sesampainya di bidan aku langsung ditangani. Bidan itu langsung kaget kalau bayiku sudah kelihatan kepalanya di jalan lahir. Kaget sekali aku karena aku sama sekali tidak merasakan mulas.
Beda saat melahirkan Naya yang penuh rasa sakit. Kelahiran anakku yang kedua ini sangat mudah. Hanya mengejan sekali saja bayiku sudah keluar.
"Sudah bu...sudah..ja..ngan mengejan lagi."Tapi karena punya pengalaman susah keluar di proses kelahiran anak pertama aku tetap mengejan beberapa kali walaupun bayiku sudah keluar dan tetap aku mengangkat pan**tku. Alhasil robekan sangat besar aku alami.
"Yah ibu saya suruh berhenti mengejan malah mengejan terus. Jadi robek lebar kan. Harus dijahit banyak deh. Bikin kerjaan saya saja." Ngedumel bidan itu.
"Iya maaf bu bidan."Kataku.
Setelah selesai bayiku langsung diazani suamiku dan aku susui. Beda sama Naya. Putra keduaku ini lebih ke putih dan sipit dan juga gemuk sekali badannya yang hampir mencapai 4 kilo.
Karena hari semakin sore. Dan aku harus tetap menginap di bidan untuk observasi. Aku belum diperbolehkan pulang.
"Yah, ayah sama Naya pulang saja. Kasian Naya kalau harus tidur di sini." Bujukku.
"Tapi bunda ga apa-apa kalau ayah pulang. Sendirian di sini?"
"Ga apa-apa yah. Ayah pulang saja istirahat. Bunda kan di sini ada bu bidan. Sekalian bawa ari-ari anak kita langsung bersihkan dan kuburkan ya yah."
"Ya sudah ayah ma Naya pulang dulu yah. Besok pagi ayah ma Naya ke sini lagi. (Kata suamiku sambil mencium keningku dan bayiku).
"Da..da..dede ayi. Ecok aku kecini agi ya. Da..da..Iba ."
"Da..da..dede bayi. Besok aku kesini lagi ya. Da..da..bunda."🌾🌾🌾
Saat jam 2 dini hari.
Aku merasa ada yang mencium keningku di saat aku tidur. Ternyata suamiku.
"Ya Allah ayah kenapa jam segini ke sini. Mana Naya? Kasian Naya malam-malam dibawa ke sini."
"Naya rewel bun. Manggil-manggil namamu terus. Semua penghuni kontrakan di buat repot. Banyak yang gendong mau menidurkan. Setelah tidur mengigau bangun terus manggil-manggil nama kamu terus. Terus kata mereka kadang Naya aneh bun suka ngomong sendiri. Bikin tetangga merasa takut kalau aku minta tolong jagain Naya sebentar."
"Woalah aku lupa Naya kalau tidur harus diusap-usap punggungnya dan disenandungin lagu shalawatan. Baru dia bisa tidur."
Dan memang kadang-kadang kalau malam ada yang suka mengajak Naya main. Dan itu hanya aku yang bisa melihatnya.
"Uh anak cantik bunda. Sini tidur deket bunda. Ga bisa bobo jauh dari bunda ya nak. Sambil mengusap-ngusap punggungnya dan terkadang menepuk-nepuk pantatnya sambil bershalawat. Barulah putri kecilku tertidur.
🌾🌾🌾
Dan keesokan harinya. Aku janjian dengan temanku itu untuk menemui seorang ustad untuk menanyakan perihal tentang rumah tanggaku yang aku rasa aneh. Setelah ku dengar bel sekolah berbunyi aku berpamitan pada putriku Naya."Nak, nanti kalau Naya pulang sekolah belum ada Bunda. Naya tunggu Bunda di kantin saja ya. Jangan langsung pulang sendirian ya. Tunggu Bunda datang jemput Naya." Terangku."Memang Bunda mau kemana sih? Kok tumben biasanya menunggu Naya sampai pulang sekolah." Tanyanya sambil kening mengkerut."Bunda lagi ada urusan Nak sama Tante Nina." Terangku lagi sambil mengusap rambutnya."Urusan apa sih Bunda. Naya kepo hehe.." Tanyanya sambil cengengesan."Anak kecil mau tau aja urusan orang tua. Sudah sana masuk kelas nanti bu guru keburu masuk kelas.""Ya sudah Naya masuk kelas dulu ya Bun. Tapi Bunda sama Tante Nina jangan lama-lama perginya. Takut Naya keburu pulang sekolah." Katanya sambil berlalu masuk ke kelasnya.
Tapi di saat istirahat sekolah tiba. Aku dipanggil oleh wali kelasnya Naya.Tok..tok..(Suara pintu diketuk)."Assalamualaikum bu guru." Kataku."Walaikumsalam. Eh Bunda Naya ayo silahkan masuk bun." Jawab Bu Guru."Maaf bu guru. Ada apa ya memanggil saya. Apakah ada masalah dengan Naya saat mengikuti pelajaran?" Tanyaku penasaran."Oh engga bun. Ini saya mau menanyakan sesuatu kepada bunda. Tapi, sebelumnya saya minta maaf. Kalau mungkin nanti pertanyaan saya agak sedikit pribadi dan takut menyinggung Bundanya Naya." Kata Bu Guru yang bikin aku tambah penasaran."Sebenarnya pertanyaan tentang apa ya Bu Guru saya jadi agak deg degan ini?" Tanyaku agak khawatir."Hmm..Ini Bunda. Saya ingin menanyakan tentang Naya. Saya lihat ada beberapa lebam di tangan dan wajah Naya bun. Saya melihatnya agak ngilu karena itu pasti sangat sakit sekali. Apalagi untuk anak kecil seumuran Naya. Kalau boleh tahu itu lukanya kenapa bu? Kalau memang Na
Bukkk...bukkk!!Melihat aku dihujami pukulan dan tendangan, Putriku Naya coba melindungiku. Tapi naasnya mengenai tangan mungil Naya."Aduhhhh...sakiitt Bunda!! Ayah jahat!!" Tangisnya sambil menahan sakit akibat kena tendangan ayahnya."Ya Allah Nayaa!!!" Teriakku."Jahat sekali kamu Yah!! Aku boleh kamu sakiti tapi jangan anak kita!! Apa salah kita sama kamu hingga kamu perlakukan seperti ini!" Kataku sambil menangis."Alah cengeng sekali kalian. Kayak gitu saja nangis. Dan kamu anak kecil ga usah sok ikut campur urusan orang tua. Sana kembali tidur!!" Suruhnya sambil melempar badan Naya ke atas tempat tidur."Sudah cukup Yah. Jangan kamu sakiti lagi Naya! Tidak ada sedikit hatikah kamu buat kami!" Isakku sambil menggendong Naya.Mendengar itu dia hanya melotot dan berhambur pergi dengan mengendarai motornya. Entah mengapa melihatnya pergi. Aku merasa sedikit lega. Paling tidak aku merasa dan anak-anak sudah aman sekarang.
Mendengar suara keras itu. Aku langsung berlari ke Teras. "Ya Allah, Naya! Kamu kenapa nak? Kok bisa jatuh." Tanyaku kaget. Sambil mencoba membangunkannya. Aku melihat Naya merintih dan menahan tangisnya. "Kamu kenapa nak?" Tanyaku heran sambil melirik kearah suamiku. "Alah anakmu cengeng. Lihat tuh perbuatan anak yang selalu kau manja. Sampai menumpahkan kopiku!" Kata Suamiku marah. "Ya Allah yah cuma karena menumpahkan kopi. Ayah sampai mendorong Naya seperti ini Yah? Kasihan Naya yah." "Apa kamu bilang hanya menumpahkan kopi?! Ga lihat kamu itu mengenai celanaku!" Bentaknya. "Cuma karena itu kamu berlaku kasar pada anak kita yah. Kamu tahu kan Naya kakinya ga sempurna! Kakinya sakit yah. Tapi malah kamu mendorongnya. Tidak bisakah kamu bicara baik-baik dengan anakmu yah. Celana kena kopi kan bisa diganti nanti tapi hati anakmu yang sudah kau lukai, bisakah kau menggantinya?" Kataku hampir menangis. "Alah manjak
Saat sedang naik ojek menuju ke pasar. Dan sesampainya di sana. Aku dikagetkan karena melihat sesuatu. Yah, dikagetkan oleh suamiku yang saat itu sedang asyik makan bersama teman-temannya di sebuah warung makan. Melihat itu aku hanya membatin dan mengucapkan istigfar."Bisa-bisanya dia di sini makan-makan. Sedangkan anak-anakku kelaparan. Hmm..ga boleh suuzon Cha, mungkin saja dia sedang ditraktir temannya." Batinku.Tapi saat mendengar mendengar celotehan teman-temannya."Ri, kamu ga apa-apa ni traktir kita makan kayak gini. Itu anak istrimu bagaimana?" Tanya salah satu temannya."Alah ga usah bahas mereka. Bodo amat aku di sini mau senang-senang. Jadi please ga usah bicarain anak istri aku. Biarin aja mereka cari makan sendiri. Biar tahu rasa cari duit tuh susah. Jadi ga kerjanya ma aku tuh minta..minta dan minta." Jawab suamiku.Mendengar kata-katanya sakit sekali hatiku. Tak terasa butiran airmata jatuh di pipiku. Inikah suamiku yang sedang ber
Saat sedang asyik berbicara dengan Naya. Aku dikagetkan dengan suara pintu yang dibuka kasar. "Brakkk..!" Ya Allah ternyata suamiku yang membuka pintu itu dengan kasarnya. Tanpa mengucapkan salam pula. "Ya Allah ayah. Kok buka pintu seperti itu aku dan Naya sampai kaget tadi." Tanyaku berusaha selembut mungkin. "Makanya kalau suami pulang kuping dibuka lebar-lebar jadi dengar kalau aku masuk rumah." Jawabnya ketus. "Astagfirullah yah. Tadi benar bunda tidak mendengar salam ayah sama sekali. Makanya bunda tidak tahu kalau ayah pulang. Bunda minta maaf." Kataku lembut sambil menunduk. "Ya sudah besok-besok tidak bunda ulangi lagi." "Ya sudah. Ga usah banyak bacot. Aku lapar siapin makanan sana!" Bentaknya. "Iya sebentar ya. Ayah tidak mandi atau ganti baju dulu. Nanti bunda siapkan?" "Sudah ga usah bawel aku mau makan dulu ga usah ngatur-ngatur. Buruan!! Kamu dengar ga!!" Bentaknya. Melihat suamiku y