Share

Bab 3

Author: Man D
Sudut pandang Bella.

Air mata memenuhi mataku, tapi seketika aku merasa semuanya begitu konyol.

Di momen tergelap dan paling menakutkan dalam hidupku, Damian selalu muncul untuk mengatakan kata-kata itu.

Kata-kata yang dulu memberiku kenyamanan, keberanian, dan rasa memiliki yang menusuk dada.

Tapi apa dia benar-benar mencintaiku?

Hanya dengan satu bisikan dari Karina, dia langsung menghukumku tanpa pikir panjang, tanpa peduli apakah aku hidup atau mati.

"Jangan sentuh aku!"

Aku meronta sekuat tenaga, tapi genggaman tangannya tidak bisa kulepas. Dalam keputusasaan, aku menggigitnya.

Dia mengerutkan kening lalu mengangkatku dan membawaku kembali ke rumahnya, membungkusku dengan selimut di sofa.

Aku hendak berteriak padanya, tapi dia menyerahkan secangkir cokelat panas.

"Minum ini," katanya lembut. "Kamu perlu menghangatkan tubuhmu."

Aku meringkuk menjauhinya sejauh mungkin dan tubuhku masih gemetar.

"Jangan ikut campur urusanku. Tinggalkan aku sendiri!" bentakku.

Dia tersenyum tipis.

"Meninggalkan kamu? Kamu pikir kamu bisa hidup tanpa aku?"

Tatapannya dan senyum tipisnya penuh dengan kepuasan seorang pemenang.

Aku dulu berharap dia akan menjadi cahayaku, tapi ternyata dia hanya membawaku semakin tenggelam dalam kegelapan.

Melihat aku diam, Damian bertanya, "Kamu melukai Karina hari ini. Apa penjelasanmu?"

"Kamu lihat sendiri," jawabku datar. "Lagipula kamu tidak akan percaya."

Aku sudah terlalu sering mencoba menjelaskan, baik kepada orang tuaku maupun kepadanya dan tidak ada yang mau mendengarkan ceritaku.

"Aku akan percaya kamu," katanya. "Tapi Karina itu kakakmu dan dia begitu rapuh. Kenapa kamu begitu membencinya?"

Aku tertawa dan membiarkan air mata mengalir dari sudut mataku. Beginikah caranya percaya padaku?

"Urus saja urusanmu sendiri!" bentakku, lalu masuk ke kamar dan membanting pintu.

...

Dua hari berikutnya, Damian mengabaikanku.

Dari foto-foto yang Karina kirim terus-menerus, aku tahu Damian bersama dengannya dan sedang menghiburnya.

Aku tidak peduli lagi. Dalam dua minggu, begitu semua dokumen beres, aku bisa pergi...

...

Di hari sidang skripsiku, aku bangun lebih awal.

Ada rasa semangat karena langkah ini akan membawaku semakin dekat pada kebebasan.

Damian duduk di antara para penguji sebagai sponsor kampus. Tapi aku tahu dia bukan ada di sana untukku.

Karina maju pertama.

"Selamat pagi, Profesor. Judul skripsi saya adalah..."

Aku terdiam sejenak, lalu berdiri dan memotong kalimatnya, "Itu skripsiku! Itu sama persis dengan punyaku!"

Bisik-bisik kebingungan terdengar di ruangan itu.

"Karina sering bolos kelas dan tidak pernah bekerja sekeras Bella. Kalau skripsi mereka sama, jelas sekali siapa yang menyalin."

"Menjiplak skripsi? Dia bisa dikeluarkan dari kampus! Berani sekali dia."

Mata Karina dipenuhi air mata palsu.

"Aku menulis ini sendiri. Aku begadang berhari-hari. Jangan kau fitnah aku!"

Aku hendak berargumen, tapi tatapan dingin Damian membuatku terhenti.

"Ini acara resmi," katanya datar. "Jangan buat keributan."

Hatiku tercekat. Saat itu aku benar-benar paham.

Aku mengambil gelas air dan melemparkannya ke laptop Karina.

Asap tipis muncul, dan Karina menjerit sambil menutup telinganya.

Aku pun mengabaikan Damian dan berbicara pada Karina, "Kalau memang ini hasil tulismu sendiri, seharusnya kau bisa membuktikannya tanpa laptopmu."

Kepanikan melintas di wajah Karina.

"Skripsinya panjang... aku... aku tidak ingat semuanya dengan jelas."

"Benarkah?" Aku tersenyum. "Kalau begitu biar aku yang presentasi dulu. Profesor, skripsiku terbagi menjadi beberapa bagian..."

Wajah Karina menjadi pucat. Dia tersandung ke arah Damian dan jatuh di depannya.

Damian memeluknya, menatapku seolah aku adalah penjahat.

Begitu aku selesai sidang, Damian menyeretku ke mobil dan membawaku ke kantornya.

Aku sedang marah besar dan butuh pelampiasan.

"Damian, boleh tahu kenapa skripsiku ada di laptopnya?!"

Suaranya dingin.

"Bell, aku sudah terlalu memanjakan kamu. Hari ini kamu sudah keterlaluan. Berani-beraninya kamu mempermalukan Karina di depan semua orang."

Karina berdiri di belakangnya. Matanya yang penuh kemenangan menembusku, membuat dadaku terasa tersayat.

Apakah membela diriku sendiri dianggap keterlaluan?

Aku mengambil tongkat golf di sudut ruangan dan mengayunkannya keras ke kotak cerutunya, ke lambang keluarga, dan ke semua barang mahal di kantornya.

Karina menjerit dan kabur dari ruangan, sementara Damian hanya menonton dengan dingin dan tidak melakukan apa pun.

Sampai kantor berantakan, kertas dan pecahan kaca berserakan di mana-mana, aku menjatuhkan stik golf sambil terengah-engah.

"Sudah puas menghancurkan?" tanyanya.

"Aku masih mau menghancurkan kamu."

Ponselku menyala dengan pengingat penerbangan. Aku buru-buru menutupnya, tapi terlambat.

Wajah Damian menjadi muram.

"Penerbangan? Kamu mau pergi ke mana?"

"Bukan urusanmu! Aku mau liburan ke pantai dengan pria ganteng, kenapa?" Aku mengambil ponsel dan keluar.

Dia menangkap tanganku, menekanku ke mejanya, dan menarik resleting gaunku dari atas ke bawah.

"Sepertinya aku terlalu lama tidak mendisiplinkan kamu. Kamu sudah lupa siapa aku!"

Kulitku yang terbuka terasa terbakar oleh rasa malu, dan untuk pertama kalinya, kedekatannya membuatku menjauh karena takut.

Aku terisak. "Lepas... ini kantor. Jangan di sini..."

Damian mendekat, suaranya dingin dan penuh perintah.

"Kamu perlu ingat siapa yang memegang kendali. Semuanya tergantung pada suasana hatiku."

Seketika rasa dingin merayap di tubuhku.

Aku sadar dengan begitu jelasnya, bahwa aku hanyalah sesuatu yang bisa dia kendalikan.

Air mataku mengalir tanpa bisa dihentikan dan tubuhku gemetar di setiap isakan.

Dia terdiam sejenak, lalu menutup resleting, nada suaranya sedikit lebih lembut.

"Hari ini aku maafkan. Tapi lain kali, kamu tak akan seberuntung ini."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Putri Pemberontak   Bab 9

    Sudut pandang Bella.Aku menatapnya berdiri terpaku dengan tatapan kalah yang belum pernah kulihat darinya.Dia berdiri sangat lama, sebelum akhirnya perlahan berbalik untuk pergi.Tapi dia berhenti, menoleh lagi dan ada secercah harapan di matanya."Kamu... benar-benar bahagia sekarang?" tanyanya dengan suara serak yang menyakitkan.Aku tersenyum, senyum lebar dan tulus, lalu mengangguk. "Lebih bahagia dari sebelumnya."Cahaya di matanya pun meredup dan padam.Suaranya terdengar serak dan hancur."Baiklah. Berbahagialah. Dan kalau suatu hari kamu menghadapi masalah, janji kamu akan memberi tahu aku."Dia pergi.Asistennya, selalu hadir lewat ponselku dan terus mengirim kabar.Kerajaan bisnis ayahku telah diambil habis oleh Damian, dan semua keuntungan kini langsung masuk ke rekeningku.Orang tuaku dipindahkan ke apartemen sederhana, dan hidup dari uang bulanan yang Damian berikan.Karina dibawa ke pedesaan oleh anak buah Damian, dan tidak pernah kembali.Berdasarkan kebiasaan mereka,

  • Putri Pemberontak   Bab 8

    Sudut pandang Damian.Bella tidak luluh dalam pelukanku. Tubuhnya kaku, dan alisnya masih berkerut menahan sakit."Ada apa? Aku nyakitin kamu?" tanyaku dan langsung melepaskan pelukanku.Dia menyeringai dingin, lalu dalam satu gerakan lancar menarik kain tipis dari bahunya.Lekuk tubuhnya yang memukau kembali terpampang jelas dan pemandangan itu membangkitkan hasrat fisik yang sudah kukenal dengan sangat baik.Berapa kali aku pernah terhanyut dalam tubuhnya dengan gairah yang membuatku hilang kendali?Sebuah erangan nyaris terlepas dari tenggorokanku.Aku ingin melangkah maju, mencium setiap inci kulitnya dan memilikinya lagi.Tapi dia perlahan membalikkan tubuhnya.Dia berbalik perlahan, seakan dunia berhenti sejenak.Rasa takut menyergapku saat melihat bekas luka yang menutup punggungnya.Mataku seperti terbakar, aku terpaksa memalingkan wajah dan dada terasa sesak menahan sakitnya.Rasa malu dan takut menyambar keras dari dalam.Jantungku berdebar deras, dada terasa penuh dan menek

  • Putri Pemberontak   Bab 7

    Sudut pandang Bella.Aku bersandar di kursi panjang dan membiarkan angin laut menghembus lembut ke tubuhku sambil melihat ombak yang datang lalu surut lagi.Tidak ada ceramah dari orangtuaku.Tidak ada siasat licik Karina.Tidak ada wajah penuh kontrol dan ancaman dari Damian.Rasa bebas yang lama hilang itu akhirnya memberiku ketenangan penuh.Inilah hidup yang seharusnya kumiliki.Tapi entah kenapa, pikiranku mengkhianatiku, dan dia kembali memasuki ingatanku.Aku menempelkan tangan di dadaku.Setidaknya rasa sakit itu tak lagi seperti dulu.Bekas cambukan di punggungku belum sembuh sepenuhnya.Setiap hari aku mengoleskan krim luka dan berhati-hati agar kulitnya tidak robek lagi.Bahkan di sini ketika memakai pakaian renang, aku tetap menyampirkan kain tipis untuk menutupi bekas luka yang masih tersisa di tubuhku.Sosok tinggi muncul dan bayangannya menutupi tubuhku.Aku menatap ke atas, jantungku serasa berhenti.Sial.Damian.Matanya dipenuhi kelegaan yang tulus dan juga putus asa

  • Putri Pemberontak   Bab 6

    Sudut pandang Damian.Asistenku bicara dengan suara yang sangat pelan."Hari saat Nona Bella dibawa ke rumah sakit... hampir seketika itu juga dia melarikan diri."Aku menatapnya tajam dan dengan suaraku yang penuh amarah."Kenapa kalian tidak menghentikannya?! Kenapa kalian tidak memberitahuku?!"Dia tersentak melihat tatapanku."Kamu sibuk dengan urusan keluarga, dan... kami pikir kamu sudah tidak peduli lagi sama dia."Mataku menyipit. "Apa aku pernah mengatakan itu?"Dia terdiam sejenak. "Tidak, tapi... kelihatannya seperti itu. Kamu lebih lembut dengan Karina. Dengan Bella kamu... lebih keras."Lebih keras.Kata itu menusuk seperti pisau dan itu memang fakta yang menyakitkan.Aku membiarkan anak buah Karina menggantungkan Bella di lantai empat puluh.Aku membiarkan mereka memasukkannya ke ruang bawah tanah.Ruang bawah tanah!Aku menerobos keluar dari ruang rapat dan turun ke ruang bawah tanah.Udara di sana pengap dan lembap, aroma logam darah samar menyeruak ke hidungku.Di sud

  • Putri Pemberontak   Bab 5

    Sudut pandang Damian.Aku duduk di ruang rapat. Rasanya seperti ada sesuatu yang sangat penting sedang terlepas dari genggamanku, dan aku tidak bisa menghentikannya.Kepalan tanganku mengeras dengan spontan, tapi tidak ada apa pun yang bisa kugenggam.Aku memaksa diriku menstabilkan napas dan melanjutkan rapat.Setelah tiga hari rapat tanpa henti, aku menyingkirkan semua suara penentang dan akhirnya mendapatkan kendali penuh atas Keluarga Valendra.Ucapan selamat berdatangan dari teman dan sekutu, tetapi nomor yang paling aku tunggu tetap tidak memberi tanda apa pun.Pesan terakhir dari Bella sudah enam minggu yang lalu.Bagaimana keadaannya? Apa dia baik-baik saja?Dalam enam hari terakhir, aku hanya sempat melihatnya beberapa menit saja.Tuhan, aku merindukannya.Dia seperti kucing kecil yang liar, kalau sedang senang, dia akan melingkar manja di tubuhku, tapi kalau tidak, dia akan mencakarku tanpa ampun.Waktu ayahnya pertama kali mendatangiku dan meminta agar aku mendisiplinkan pu

  • Putri Pemberontak   Bab 4

    Sudut pandang Bella.Aku terpaku di atas meja dan butuh beberapa saat sampai aku sadar kalau aku sudah aman.Aku pun menghapus air mataku dan berjalan keluar tanpa menoleh padanya sedikit pun.Saat aku sampai di lobi lantai satu, aku melihat Karina.Dia mencibir, "Kamu pikir memancing emosi Damian bakal berakhir baik? Dia cuma bakal makin benci kamu. Dan aku akan pastikan kamu dikeluarkan sepenuhnya dari Keluarga Mahardika."Aku meliriknya dari ujung mataku."Hanya sampah sepertimu yang menganggap tempat busuk itu masih ada harganya."Raut wajah Karina berubah penuh amarah. Dia mencengkeram lenganku."Coba katakan sekali lagi!""Aku akan katakan sejuta kali. Kamu itu sampah! Sekarang lepaskan aku!"Pertengkaran kami terhenti seketika saat ada bunyi hantaman berat dari arah langit-langit.Lampu gantung besar terlepas dan meluncur jatuh tepat ke arah kami.Teriakan Karina menembus telingaku.Dalam sekejap, Damian berlari ke bawah lampu yang jatuh dan menarik Karina ke dalam pelukannya.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status